"Katakan padaku hal yang paling kamu takutkan sebagai seorang dokter."
"Aku takut saat melihat tanda-tanda vital pasien mulai melemah."
"Kenapa?"
"Karena kemungkinan malaikat maut sedang berada di sana"
DEG
Kimi tersentak dan seketika membuka kelopak matanya lebar-lebar. Jantungnya berdetak tak karuan, keringat dingin nampak membasahi pelipisnya. Sudah lebih dari sebulan ini, dokter cantik berumur dua puluh enam tahun itu mendapat mimpi yang seolah menjadi teror baginya.
"Mimpi buruk lagi?"
Kimi hanya mengangguk menjawab pertanyaan Kayla-temannya. Dokter cantik berumur dua puluh enam tahun itu lantas berdiri dari kursinya. Kimi memilih mengayunkan kakinya ke kamar mandi untuk mencuci muka.
Selesai menyapukan air ke seluruh wajahnya, Kimi memandangi pantulan dirinya dari cermin yang tepat berada di depan bak cuci tangan. Menyedihkan, ia bahkan seolah lupa bagaimana cara tersenyum.
Perubahan pada diri Kimi terjadi setelah kepergian Noah-kekasihnya satu bulan yang lalu. Pria yang menjadi pujaan hatinya selama hampir satu tahun itu meninggal akibat penyakit kanker hati yang dideritanya.
Semenjak Noah meninggal, Kimi selalu saja bermimpi tentang percakapan terakhirnya dengan pria itu, terlebih dengan mata kepalanya sendiri Kimi melihat tanda-tanda vital Noah melemah, hingga menutup mata untuk selama-lamanya.
"Ternyata patah hati karena putus belum seberapa sakitnya dibanding patah hati ditinggal mati," gumam Kimi sambil mengusap linangan air mata yang bercampur dengan air kran di wajahnya.
"Ayo Kimi, kamu pasti bisa," lirihnya menyemangati diri sendiri.
Selesai membasuh muka dan mengeringkan wajahnya, Kimi kembali ke ruangan jaga dimana beberapa rekan yang seprofesi dengannya berada. Mematahkan lehernya ke kanan dan ke kiri, Kimi kembali berpura-pura baik-baik saja di depan rekan kerjanya. Ia meregangkan punggung dan memijat tangannya yang sedikit pegal karena dia gunakan sebagai bantalan kepala.
Menyodorkan sebuah pizza ke Kimi setelah gadis itu duduk di sebelahnya, Kayla tak lupa membukakan sebuah botol air mineral agar Kimi bisa sedikit tenang, Kayla sadar temannya yang memiliki nama lengkap Kimi Zia Azzahra itu sedang tidak dalam kondisi baik.
"Makan! aku tahu sejak pagi kamu tidak makan, tidak lucu jika dokter sering sakit-sakitan," ucap Kayla layaknya ibu yang memarahi anaknya yang sedang melakukan GTM alias gerakan tutup mulut.
Kimi pun tersenyum simpul dan mengucapkan terima kasih. Ia meraih potongan pizza bertabur potongan sosis dari kardusnya. Membuka lebar-lebar dan menyuapkannya ke dalam mulut, Kimi menggoyang-goyangkan bagian atas tubuhnya sambil bergumam, "Sesekali dokter juga butuh makanan yang bisa memanjakan lidah, aku bosan makan sehat."
Selesai mengisi perut. Perlahan Kimi mulai bisa mencurahkan isi hatinya ke Kayla. Gadis itu berkata bahwa dia tidak bisa terus bekerja di rumah sakit ini karena terlalu banyak kenangan yang dia habiskan bersama Noah.
"Apa lebih baik aku berhenti saja menjadi dokter?"
Kayla terdiam, sebenarnya ia terlalu bingung menyikapi pertanyaan Kimi, terlebih gurat kesedihan langsung nampak dari wajah temannya itu. Ia tahu bahwa menjadi dokter adalah cita-cita Kimi sejak kecil, berhenti menjadi dokter jelas tidak akan mudah. Kayla pada akhirnya hanya bisa menghela napas dan menepuk pundak Kimi untuk menunjukkan rasa simpati.
_
_
_
Ternyata benar bahwa cinta itu bisa datang ke siapa saja, tanpa memandang rupa, banyaknya harta, juga derajat yang kita punya. Begitulah yang dirasakan oleh Kimi. Satu tahun yang lalu, Ia jatuh cinta kepada seorang pria yang sering dia temui di rumah sakit tempatnya bekerja. Ya, pria itu bernama Noah, dan sayangnya ia mengidap penyakit kanker hati.
Meskipun Kimi tahu bahwa harapan hidup Noah sangatlah tipis. Namun, kedekatan yang terjalin berhasil menimbulkan benih-benih cinta diantara keduanya. Hingga, perjuangan hidup Noah berakhir tepat di depan matanya, dan membuat hati Kimi hancur.
Kim, aku sudah bisa membaca bagaimana akhir kisah cinta kita. Namun, sejak pertama kali bertemu denganmu, aku merasa tiba-tiba cahaya yang sudah mati di dalam diriku menyala kembali. Sejak divonis mengidap penyakit mematikan ini, aku hanya pasrah dan menjalani pengobatan untuk menyenangkan hati keluargaku. Hingga kamu datang dan membuatku tidak ingin cepat meninggalkan dunia ini. Aku ingin hidup lebih lama, dan aku ingin memulainya bersamamu. Maukah kamu menjadi kekasihku?
Kimi membaca kembali pesan Noah yang tidak pernah dia hapus dari ponselnya. Ia sangat merindukan sosok pria itu. Kristal Bening pun kembali meleleh membasahi pipinya. Gadis itu menjatuhkan kepalanya ke stir mobil sambil meremas bagian kemejanya yang berada di depan dada.
Hingga ponsel miliknya berbunyi. Kimi pun menghapus air mata dan menggeser tanda hijau yang berada di layarnya.
"Halo!"
"Onikim, Bilu mau bobok sama onikim malam ini."
Kimi cepat-cepat membawa mobilnya menuju apartemen setelah menerima telepon. Salah satu hiburan bagi dirinya adalah dua keponakan kembarnya yang bernama Segara dan Biru. Dua bocah itu selalu bisa membuat Kimi tertawa, terlebih Biru yang memang lebih dekat dengannya.
Memarkirkan mobilnya di basement, Kimi tersenyum dan berjalan menuju sebuah mobil van mewah dimana saudara tirinya yang bernama Mina dan kedua putra kembarnya sudah menunggu. Ya, meskipun umur mereka sama, tapi Mina menikah muda di usia 21 tahun.
“Onikim Bilu kangen.”
Bocah bernama Biru itu langsung memeluk tubuh Kimi, menggaungkan nama panggilan kesayangan darinya untuk sang tante-Onikim kepanjangan dari onty Kimi.
“Onikim juga kangen.” Mengusap rambut Biru, Kimi berjalan mendekat ke arah Mina yang menggandeng Segara.
“Lembur terus.”
“Aku butuh membayar cicilan apartemen tau,” ketus Kimi ke Mina, memasang muka masam keduanya lantas tertawa.
Sejak dua tahun lalu gadis itu memutuskan membeli apartemen untuk dia tinggali, alasannya hanya ingin mandiri dan sebagai aset pribadi, karena Kimi sadar CEO kaya raya seperti suami Mina tidak mungkin ada yang meliriknya, apa lagi berharap bertubrukan di jalan kemudian jatuh cinta pada pandangan pertama. Halah-
"Kamu ke mana lagi sih Richie? Masa setiap ada masalah kamu selalu pilih minggat dari rumah, kamu lebih parah dari seorang cewek yang lagi PMS tahu ga?"Suara seorang wanita terdengar dari sebuah ponsel yang tergeletak di atas pantry. Seorang pria berwajah blasteran sibuk menyeduh kopi sambil terus mendengarkan suara itu. "Mama sedih tahu, pulang lah! Mama kesepian.""Mama bisa pergi dengan teman-teman mama seperti biasa," jawab Pria itu sambil menyandarkan punggungnya ke pantry. Satu tangannya dia pakai untuk memegang cangkir dan menyesap cairan hitam di dalamnya, sementara tangan lainnya ia gunakan untuk menekan simbol merah -mematikan panggilan itu. "Halo! Richard! Richaaarrrrrddd."Wanita bernama Nova yang merupakan mamanya pun berteriak kesal. Jika bisa ingin rasanya dia membawa sapu lidi untuk mengancam anaknya agar mau pulang ke rumah. ___Richard Tyaga, 27 tahun biasa dipanggil Richie. Pria itu meletakkan cangkirnya sambil menatap lurus ke tembok. Pikirannya menerawang, b
Perkataan Kimi jelas membuat Mina tak habis pikir, mungkinkah pikiran Kimi sedangkal itu? Bibirnya kelu, sedangkan saudara tirinya itu hanya menatapnya dengan pandangan mata sayu.“Jangan berpikiran bodoh Kim! Ingat mami sama papi!”Kimi membalas larangan Mina yang mengandung kecamasan dengan sebuah candaan lagi, “Kamu akan menjadi orang pertama yang akan aku hantui setiap malam kalau sampai aku mati bunuh diri.”“Kimi!”“Aku hanya bercanda!” Kimi melingkarkan tangannya ke lengen Mina. “Jangan menganggap serius, aku masih ingin pergi ke tempat-tempat yang ingin aku singgahi, aku juga ingin menemukan lelaki yang baik untuk bisa kujadikan suami.” Kimi memulas senyum. Namun, tak berselang lama senyumnya seketika hilang berganti dengan sebuah hembusan napas kasar. “Kenapa?” Mina lagi-lagi cemas dengan perubahan mood saudaranya itu.“Aku ingin berhenti bekerja di rumah sakit itu, aku tidak sanggup lagi. Terlalu banyak kenangan bersama Noah di sana.”Kini Mina ikut mengembusakan napasnya k
Sebelum pulang ke rumah, Richie sengaja pergi ke rumah temannya yang seorang produser musik. Richie memang bekerja menjadi seorang penulis lagu karena begitu menggilai dunia seni dan musik sejak kecil, bahkan beberapa lagu ciptaannya dinyanyikan oleh penyanyi terkenal dan sangat sukses di pasaran. Namun, Richie memakai nama lain sebagai pencipta lagu, agar tidak ada yang tahu identitas aslinya-'Riga' singkatan dari namanya sendiri Richard Tyaga. Keluarganya pun sudah mengetahui pekerjaanya ini tapi tidak pernah berkoar-koar karena Richie meminta mereka merahasiakannya. Karena hal ini juga lah kakak kandungnya-Daniel tak pernah menuntutnya bekerja di perusahaan mendiang sang papa. Kebahagiaan Richie adalah kebahagiaan Daniel, hingga kejadian yang membuat Daniel murka beberapa hari yang lalu menjadi awal keputusan pria itu. Meskipun Daniel sudah menikah, Richie masih saja berusaha menyatukannya dengan mantan kekasihnya. Rasa bersalah Richie yang setahun lalu membuat Daniel dan Abel be
“Uhuk.” Richie berpura-pura batuk. Setelah mengambil minuman di dalam lemari pendingin, pria itu mendekati Ghea-kakak iparnya yang sedang sibuk membuat teh di pantry.“Kenapa? ada apa? sudah ngambeknya.”Sindiran Ghea membuat Richie salah tingkah, cukup sudah. Ia berjanji, ini kali terakhir dia minggat karena kesal. Menggaruk rambut kepalanya yang gatal karena belum keramas, Richie memberanikan diri menanyakan sesuatu ke sang kakak ipar.“Apa kamu mungkin mengenal CEO ABI TV?”“Kenapa?”“Apa istrinya galak?”Ghea melipat kening mendapati pertanyaan sang adik ipar yang dirasanya sangat aneh. Namun, belum juga mendapatkan jawaban dari kakak iparnya itu, kini pikiran Richie sudah berubah. “Sudahlah, tidak usah dijawab! aku hanya iseng bertanya,” ucapnya sambil berlalu.“Kenapa aku merasa wajah gadis itu tidak asing,” gumam Richie sepanjang perjalanannya menuju ruang keluarga untuk menemani sang mama.---Menyandarkan punggung di sofa dan memeluk bantal dengan nyaman, Kimi menatap lay
Lama Kimi terdiam di parkiran rumah sakit tempatnya bekerja. Ia masih ragu untuk turun dan menginjakkan kaki keluar, apa lagi masuk ke dalam sana. Meskipun setuju untuk bertahan satu bulan lagi, setelah diberikan libur selama satu minggu, tapi Kimi takut akan goyah dan memilih terus bertahan bekerja, jika banyak rekan atau seniornya yang mempengaruhi keputusannya nanti.“Ayo Kim semangat! bulatkan tekatmu, jangan goyah!” gumamnya sambil menyambar tas lalu mematikan mesin mobil. Gadis itu turun dan meraih jas snellinya di kursi penumpang sebelum benar-benar mengunci mobilnya.Kimi berjalan masuk dengan langkah tak bersemangat, gadis itu tak sadar gerak-geriknya sedari tadi diamati oleh seseorang dari dalam mobil. Ya, siapa lagi kalau bukan putra kesayangan Nova dedengkot perkumpulan MAPAN.Seminggu yang lalu Daniel mengalami sebuah insiden kecelakaan, untuk itu Richie berada di rumah sakit dan mengurus kakaknya itu.“Jika dia dokter dan bekerja di rumah sakit ini, kenapa aku tidak meli
Sara syok, ia benar-benar terkejut saat putri kesayangannya bercerita bahwa sudah mengundurkan diri dari rumah sakit tempatnya bekerja. "Kim, kenapa? Lalu kamu mau ngapain? nganggur?" Sara begitu kecewa. Kimi memilih diam dan tidak memberitahu alasan sebenarnya ke sang mami. Sejujurnya Kimi bingung dan juga merasa bersalah. Pertama, gadis itu bingung karena harus merogoh tabungannya beberapa bulan ke depan untuk membayar cicilan apartemen. Kimi sadar ini tidak mungkin dilakukannya setiap bulan, jadi dia harus segera mencari pekerjaan demi cicilan. Kedua, Kimi merasa bersalah ke orangtuanya, terutama ke sang mami-Sara, tapi sebagai orang yang berkecimpung di dunia medis, Ia sadar harus menjaga kewarasannya. Menurut Kimi, dirinya sudah berada diambang batas kemampuannya untuk menjaga kesehatan mentalnya jika terus bertahan di sana. "Nanti Kimi cari kerjaan deh Mi, untuk sementara aku mau nganggur dulu," Jawab Kimi, ia menggigit bibir bawahnya takut jika kena sembur Sara. Faraj ya
Richie masih menatap Kimi dengan seringai nakalnya, Ia masih tak menyangka gadis seimut Kimi sudah memiliki anak. Cincin yang melingkar di jari manis gadis itu, Richie yakini sebagai cincin pernikahan. Ia sengaja mencuri kesempatan, membiarkan Kimi masih memegang erat kedua lengannya di balik kemeja biru yang dia kenakan.Masa bodoh kali ini, jika harus menjadi pebinor pun aku rela. Richie masih menatap wajah Kimi, hingga dia tersadar dan bertanya, “apa kamu mengingatku?”Kimi menggelengkan kepalanya berpura-pura. Sejujurnya dia takut karena pernah memarahi Richie secara membabi buta saat Biru menendangkan bola dan mengenai kaca jendela mobil pria itu. “Apa kamu sudah meminta ganti rugi ke orang yang kartu namanya aku berikan kepadamu?”Richie menggeleng.“Kenapa?” tanya Kimi lagi.“Bisakah kamu melepaskan cengkeramanmu dari lenganku?”Kimi seketika melepaskan pegangannya ke Richie, ia sempat oleng lagi karena ternyata heel sebelah sepatunya patah. Beruntung dia tidak terjerembab kem
Kimi berusaha menutupi rasa groginya. Ia merasa habis, berakhir, tak ada harapan. Gadis itu menangis di dalam hatinya. Mendapati pria yang dia maki, pria yang ia curhati asal-asalan di rooftop beberapa hari yang lalu ternyata pemilik perusahaan tempatnya melamar pekerjaan. Richie terlihat bersikap biasa di depan para karyawan dan pelamarnya. Ia beberapa kali melempar pertanyaan ke dua pelamar lain, dan saat giliran Kimi, Richie mengerutkan kening dan berhasil membuat gadis cantik itu menelan saliva. Kimi Zia Azzahra, Kimi-jadi namanya Kimi. Mata Richie fokus pada CV dan membaca catatan tim HRD yang mewawancarai Kimi kemarin, di sana tertulis 'tidak menjawab dengan baik alasan keluar dari rumah sakit tempatnya bekerja sebelumnya'. Namun, Richie memutuskan untuk tidak menanyakan hal itu kepada Kimi.“Jika kamu diterima bekerja di klinik rumah sakit ini, apa yang bisa kamu janjikan ke perusahaan kami?” tanya Richie sambil menekan pulpen miliknya lantas menyandarkan punggungnya ke kurs