Share

Bab 2 : Akan Mati Betulan

"Kamu ke mana lagi sih Richie? Masa setiap ada masalah kamu selalu pilih minggat dari rumah, kamu lebih parah dari seorang cewek yang lagi PMS tahu ga?"

 

Suara seorang wanita terdengar dari sebuah ponsel yang tergeletak di atas pantry. Seorang pria berwajah blasteran sibuk menyeduh kopi sambil terus mendengarkan suara itu. 

"Mama sedih tahu, pulang lah! Mama kesepian."

"Mama bisa pergi dengan teman-teman mama seperti biasa," jawab Pria itu sambil menyandarkan punggungnya ke pantry. Satu tangannya dia pakai untuk memegang cangkir dan menyesap cairan hitam di dalamnya, sementara tangan lainnya ia gunakan untuk menekan simbol merah -mematikan panggilan itu. 

"Halo! Richard! Richaaarrrrrddd."

Wanita bernama Nova yang merupakan mamanya pun berteriak kesal. Jika bisa ingin rasanya dia membawa sapu lidi untuk mengancam anaknya agar mau pulang ke rumah. 

_

_

_

Richard Tyaga, 27 tahun biasa dipanggil Richie. Pria itu meletakkan cangkirnya sambil menatap lurus ke tembok. Pikirannya menerawang, bayang-bayang masa lalunya pun kembali terkenang. 

Satu tahun yang lalu, putra ke dua dari klan Tyaga itu terlibat cinta segitiga antara dirinya seorang wanita bernama Isabella dan- Daniel, yang merupakan kakak kandungnya sendiri. Kisah cinta mereka sungguh membagongkan. 

Richie yang memang menaruh hati sejak lama ke Isabella merasa kecewa, saat sang kakak-Daniel berkata sudah melamar dan akan menikahi gadis itu. Abel, panggilan akrab gadis yang dicintainya itu, ternyata diam-diam memberikan harapan sekaligus kepada dirinya dan sang kakak. Hingga, hati Abel berlabuh ke Daniel dan membuat Richie tidak terima, ia kecewa dan hilang kendali.

Masih terpatri di dalam otak Richie di malam dia memukul wajah kakak yang begitu disayanginya hingga meninggalkan bekas memar, sementara Daniel yang begitu sabar hanya bisa terperanga saat Richie menjelaskan, bahwa dia juga menaruh hati ke Abel sejak lama.

 

“Kenapa kakak bisa dengan enteng berkata ingin menikahinya?”

Teriakan Richie membuat sang mama panik malam itu, ia sedih melihat dua putra kesayangannya bertengkar hebat memerebutkan seorang wanita. Jika saja suaminya Tyaga masih hidup, mungkin akan ada yang membantunya melerai pertengkaran itu. 

Richie mengembuskan napas dan kembali menyesap kopinya, rasa pahitnya tak seberapa dengan kepahitan kisah cintanya. Dan malam itu ia kembali pergi dari rumah, tapi tidak sampai ke luar negeri. Pria itu hanya menenangkan diri ke apartemen miliknya yang masih berada satu kota dengan kediaman utamanya. 

Akar permasalahannya pun lagi-lagi Abel, wanita itu tidak bisa menerima kenyataan bahwa Daniel sudah menikah bahkan istrinya tengah mengandung sekarang. Gadis itu menyalahkan Richie dengan apa yang terjadi kepadanya. Satu tahun yang lalu dia diputuskan oleh Daniel, setelah melewati waktu cukup lama, ia kecewa mendapati kenyataan bahwa pria itu berpaling, padahal ia ingin sekali bisa merajut jalinan asmara kembali. 

Meletakkan cangkirnya ke dalam bak cuci piring, Richie berjalan gontai menuju kamar. Ia menghempaskan tubuhnya dengan kasar, mengingat ucapan Daniel kepadanya beberapa saat yang lalu. 

“Kamu juga harus segera membantuku mengambil alih beberapa anak perusahaan.”

Richie yang berjiwa seni dan bebas itu sepertinya keberatan. Ia menggosok wajahnya kasar, ia tak bisa membayangkan bagaimana jadinya harus berpenampilan rapi, duduk di balik meja kerja dan memeriksa dokumen-dokumen dan neraca.

Meskipun latar belakang pendidikannya mumpuni ia sudah terbiasa hidup santai dengan menulis lagu atau bermain musik.

Merasa sedikit bosan, Richie mencoba untuk menghibur diri. Ia kembali keluar dan meraih gitar akustiknya yang berada di atas sofa. Namun, tiba-tiba saja keningnya mengernyit saat mendengar suara benda terjatuh di luar pintu apartemennya, tapi ia tak peduli, dan memilih menuju balkon untuk bermain gitar di sana.

-

-

-

-

“Segara! udah mama bilang kan hati-hati.”

Mina mengangkat putranya yang terjatuh dan menangis, mainan robot-robotan salah satu putra kembarnya itu pun rusak. 

“Tenang aja Gala, pakai punya Bilu.”

Kimi yang melihat keponakannya begitu saling menyayangi terlihat tersenyum sambil membuka pintu apartemen miliknya. 

Meski Biru dianggap adik tapi sikapnya jauh lebih dewasa dari Segara. Entahlah masih menjadi misteri dan perdebatan yang tak ada habisnya. Ada yang menganggap bahwa bayi kembar yang terlahir lebih dulu adalah kakak, tapi ada juga yang menganggap bahwa bayi yang lahir lebih dulu adalah adik, karena sang kakak membiarkan adiknya terlahir lebih dulu.

Setelah pintu terbuka, Segara dan Biru langsung melompat naik ke atas sofa seperti biasanya, mereka memang sudah sering ke apartemen Kimi. Sementara itu, Mina yang terakhir masuk melihat seorang pria keluar dari apartemen yang berada tepat di sebelah unit apartemen saudara tirinya.

“Kim, sebelah ada orangnya ya?”

“Hah? iya kah?” Kimi menengok ke luar pintu, dan hanya punggung seorang pria dengan kaus berwarna navy lah yang dia lihat. Ia pun menggeleng bingung. “Nggak tahu, sepertinya kosong.”

“Bisa-bisanya, bahaya tahu bagaimana kalau terjadi hal yang tidak diinginkan?” Mina memasang mimik khawatir.

“Berdoa saja semoga terjadi hal yang diinginkan."

Candaan Kimi mendapat cubitan di lengannya dari Mina. Seberapa pun luka di hatinya, Kimi memilih untuk tidak menunjukkannya. 

_

_

_

Kimi dan Mina pun berbincang di sofa sambil mengawasi Segara dan Biru yang sedang asyik bermain. Kimi tertawa dan kadang menasehati keponakannya untuk lebih hati-hati. Namun, tidak bagi Mina. Ia seketika sedih melihat raut wajah Kimi.

“Onikim … apa kamu tidak ingin berpacaran lagi?” Mina menanyakan hal itu dengan nada sedikit bercanda, Ia tidak ingin ucapannya sampai melukai perasaan saudaranya.

“Tidak, aku mau langsung menikah saja!”Kimi tersenyum dan melingkarkan tangannya ke lengan Mina. “Apa kamu mengkhawtirkan aku? Nas, sebenarnya aku ingin berhenti bekerja di rumah sakit.”

Mengedikkan bahu dan lengannya, Mina meminta Kimi menyingkirkan kepalanya. Matanya menyorot tak percaya ke arah saudara tirinya itu. “Lalu kamu mau apa?”

“Menjadi managermu lagi, bukankah kamu kuwalahan menghandle endorse-an seorang diri?”

"Kamu sudah berjuang mati-matian untuk bisa mendapat gelar dokter, dan malah ingin menjadi manager selebgram?" Mina menunjuk hidungnya. 

Mengangguk dengan bibir ditekuk ke dalam, Kimi berucap, "Atau aku akan mati betulan."

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Devi Pramita
kimi belum ketemu sama Richie ......
goodnovel comment avatar
Fahmi
Bisa mendapat gelar dokter
goodnovel comment avatar
Murdani Dani
richis oniki m yes
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status