“Uhuk.”
Richie berpura-pura batuk. Setelah mengambil minuman di dalam lemari pendingin, pria itu mendekati Ghea-kakak iparnya yang sedang sibuk membuat teh di pantry.
“Kenapa? ada apa? sudah ngambeknya.”
Sindiran Ghea membuat Richie salah tingkah, cukup sudah. Ia berjanji, ini kali terakhir dia minggat karena kesal. Menggaruk rambut kepalanya yang gatal karena belum keramas, Richie memberanikan diri menanyakan sesuatu ke sang kakak ipar.
“Apa kamu mungkin mengenal CEO ABI TV?”
“Kenapa?”
“Apa istrinya galak?”
Ghea melipat kening mendapati pertanyaan sang adik ipar yang dirasanya sangat aneh. Namun, belum juga mendapatkan jawaban dari kakak iparnya itu, kini pikiran Richie sudah berubah.
“Sudahlah, tidak usah dijawab! aku hanya iseng bertanya,” ucapnya sambil berlalu.
“Kenapa aku merasa wajah gadis itu tidak asing,” gumam Richie sepanjang perjalanannya menuju ruang keluarga untuk menemani sang mama.
-
-
-
Menyandarkan punggung di sofa dan memeluk bantal dengan nyaman, Kimi menatap layar televisi yang sedang menayangkan sebuah sinetron. Sara-mami Kimi, nampak sesekali melirik ke arah putrinya yang malam itu berniat menginap di rumahnya.
“Mami berdosa banget!”
“Hah … apa?”
Sara seketika kaget, mungkinkah Kimi marah? ia sadar saat ini sedang menonton sinetron berjudul Ikatan Batin di saluran TV burung berenang, di mana pemeran utama pria di sinetron itu bernama asli Noah. Sara tahu dengan jelas bahwa nama aktor itu sama persis dengan nama mantan kekasih putrinya yang sudah meninggal satu tahun yang lalu.
“Seharusnya Mami menonton sinetron di saluran ABI TV milik menantu mami, kalau seperti ini mami namanya dzolim,” ucap Kimi dengan penuh keseriusan. Gadis itu menyipitkan mata, membuat Sara merasa tak enak hati.
“Kirain karena Noah.” Sara seketika menutup mulut, lidahnya tanpa sengaja terpleset dan malah mengungkapkan apa yang menjadi dugaannya tadi.
“Beda, Noahku lebih tampan,” gerutu Kimi kemudian bersikap wajar, dia tidak ingin maminya tahu bahwa dia tertekan dan memang sulit melupakan mantan kekasihnya itu. “Apa sinetron di ABI TV kalah bagus?” tanyanya.
“Iya, Mami sudah protes ke Nic, seharusnya dia membuat sinetron lagi seperti ‘Cinderella Dinikahi CEO Tajir Melintir’ yang dulu pernah meledak di pasaran, bukan cerita pelakor pelakoran, apalagi mertua dan saudara ipar yang kejam. Duh … Mami kan udah pusing mikirin realita hidup, masa iya mama juga disuguhi tontonan yang menguras emosi dan jiwa raga,” cerocos Sara dengan gerak tubuh yang dia sesuaikan dengan intonasi bicaranya.
“Hiss … Mami, mungkin memang sekarang pasarnya ABI TV lagi cerita dengan tema seperti itu.”
“Padahal Nic pernah bilang dia tidak ingin cerita yang perempuannya terlalu ditindas, tapi apa? apa? sekarang sinetron di stasiun TV miliknya malah jadi ngeri-ngeri sedap. Lagian pecinta sinetron di ABI TV orang-orangnya ga asik tahu Kim, di Ikatan Batin itu mama tergabung dalam perkumpula PATIN ‘Pecinta Ana di Sinetron Ikatan Batin’, tapi sayang si Ghea yang meranin tokoh Ana nikah sama orang kaya, terus berhenti dari sinetron itu dan dibikin mati. Oh ... ya Kim besok kalau kamu udah nikah, Mami harap suamimu ga ngelarang kamu berhenti dari pekerjaan yang kamu sukai.”
Kimi terkekeh bahagia mendapati Sara yang masih saja energik meskipun sudah memiliki dua cucu, gadis itu menyambar martabak manis di atas meja dan melahapnya sambil bertanya lagi.
”Kalau Ghea udah ga main sinetron, dan si Ana mati bubarlah perkumpulan Mami itu?”
“Enggaklah, kami membentuk perkumpulan baru bernama MAPAN-Mama Mama Pecinta Noah.”
UHUK
Kimi tersedak kacang dari martabak manis yang baru saja dia telan. Dengan panik Sara pun menepuk punggung putrinya dan bergegas mengambilkan air minum.
Kimi bernapas dengan muka yang masih memerah, kristal bening nampak membasahi sudut matanya, Ia terlampau tak percaya dengan kelakuan maminya yang ikut-ikutan grup-grup macam itu.
“Wah … Mami, memang luar biasa, apa Mami punya banyak teman di sana?"
“Ada donk, namanya Nova. Dia sering japrian sama Mami. Dia itu mertuanya Ghea, tapi cuma anggota tertentu yang tahu termasuk Mami. Dia istrinya pemilik Tyaga grup Kim. Itu ya pas Mami browsing di gulugulu, ternyata keluarganya termasuk orang terkaya di negeri ini, dia di urutan tujuh sementara Nic, di nomor dua puluh dua.”
Entah kenapa Nova tiba-tiba saja berbisik seolah apa yang dia ucapkan ke putrinya barusan adalah sebuah rahasia yang tidak boleh diketahui orang lain.
“Jadi, keluarganya lebih kaya dari pada keluarga kak Nic?”
Kimi pun ikut-ikutan, Ia berbicara sambill menundukkan kepala dan sedikit membungkukkan punggungnya ke Sara.
“Jelas!”
“Bagaimana kalau aku jadi pelakor dan merebut anaknya yang menikah dengan artis itu?”
“Astaghfirullahaladzim, Kimi-Kimi,” teriak Sara. “ Mami itu besarin kamu bukan untuk bercita-cita menjadi perebut suami orang kayak si Bulan Kamila istrinya Rahmat Danu?”
Kimi pun terbahak-bahak melihat maminya emosi, ia pun memilih memeluk lengan wanita yang melahirkannya itu dan berkata dia hanya bercanda.
“Aku lebih baik melajang seumur hidup dari pada menjadi pelakor Mi. Oh … ya coba tanyakan ke teman Mami itu, apa dia punya anak lagi, keponakan, sepupu atau siapalah yang masih jomlo.”
“Ih … ga lah, serem.”
“Kenapa?”
“Mina dapat Nic aja mami merinding disko, status sosial kita terlalu jauh terpautnya. Apalagi dengan keluarga Mamano.”
“Mamano, siapa lagi Mamano.” Kimi menggelangkan kepala, obrolan dengan maminya benar-benar menjadi hiburan sendiri baginya malam itu.
“Mama Nova lah, kan mami udah bilang tadi namanya Nova.”
-
-
-
Sementara itu, Nova tiba-tiba saja mengaduh karena bibirnya tergigit, padahal dia sedang tidak mengunyah apapun dan hanya diam menonton sinetron kesukaannya.
Richie yang sibuk bermain ponsel pun sampai meletakkan benda pipih di tangannya, dan mencoba melihat luka di bibir sang mama. “Sakit Ma?” tanyanya.
“Sakitlah! Ambilkan sesuatu biar hilang sakitnya ini!” pinta Nova.
“Bentar, aku ambilkan obat.”
Richie yang hampir berdiri tertahan oleh mamanya yang malah menariknya duduk kembali.
“Memang kamu tahu obatnya apa?”
“Salep kan?” kening Richie terlipat halus, ia bingung dengan pertanyaan aneh mamanya.
Nova menggeleng, dan dengan modusnya wanita itu berucap, “Obatnya cuma satu Rich, carikan mama menantu.”
Lama Kimi terdiam di parkiran rumah sakit tempatnya bekerja. Ia masih ragu untuk turun dan menginjakkan kaki keluar, apa lagi masuk ke dalam sana. Meskipun setuju untuk bertahan satu bulan lagi, setelah diberikan libur selama satu minggu, tapi Kimi takut akan goyah dan memilih terus bertahan bekerja, jika banyak rekan atau seniornya yang mempengaruhi keputusannya nanti.“Ayo Kim semangat! bulatkan tekatmu, jangan goyah!” gumamnya sambil menyambar tas lalu mematikan mesin mobil. Gadis itu turun dan meraih jas snellinya di kursi penumpang sebelum benar-benar mengunci mobilnya.Kimi berjalan masuk dengan langkah tak bersemangat, gadis itu tak sadar gerak-geriknya sedari tadi diamati oleh seseorang dari dalam mobil. Ya, siapa lagi kalau bukan putra kesayangan Nova dedengkot perkumpulan MAPAN.Seminggu yang lalu Daniel mengalami sebuah insiden kecelakaan, untuk itu Richie berada di rumah sakit dan mengurus kakaknya itu.“Jika dia dokter dan bekerja di rumah sakit ini, kenapa aku tidak meli
Sara syok, ia benar-benar terkejut saat putri kesayangannya bercerita bahwa sudah mengundurkan diri dari rumah sakit tempatnya bekerja. "Kim, kenapa? Lalu kamu mau ngapain? nganggur?" Sara begitu kecewa. Kimi memilih diam dan tidak memberitahu alasan sebenarnya ke sang mami. Sejujurnya Kimi bingung dan juga merasa bersalah. Pertama, gadis itu bingung karena harus merogoh tabungannya beberapa bulan ke depan untuk membayar cicilan apartemen. Kimi sadar ini tidak mungkin dilakukannya setiap bulan, jadi dia harus segera mencari pekerjaan demi cicilan. Kedua, Kimi merasa bersalah ke orangtuanya, terutama ke sang mami-Sara, tapi sebagai orang yang berkecimpung di dunia medis, Ia sadar harus menjaga kewarasannya. Menurut Kimi, dirinya sudah berada diambang batas kemampuannya untuk menjaga kesehatan mentalnya jika terus bertahan di sana. "Nanti Kimi cari kerjaan deh Mi, untuk sementara aku mau nganggur dulu," Jawab Kimi, ia menggigit bibir bawahnya takut jika kena sembur Sara. Faraj ya
Richie masih menatap Kimi dengan seringai nakalnya, Ia masih tak menyangka gadis seimut Kimi sudah memiliki anak. Cincin yang melingkar di jari manis gadis itu, Richie yakini sebagai cincin pernikahan. Ia sengaja mencuri kesempatan, membiarkan Kimi masih memegang erat kedua lengannya di balik kemeja biru yang dia kenakan.Masa bodoh kali ini, jika harus menjadi pebinor pun aku rela. Richie masih menatap wajah Kimi, hingga dia tersadar dan bertanya, “apa kamu mengingatku?”Kimi menggelengkan kepalanya berpura-pura. Sejujurnya dia takut karena pernah memarahi Richie secara membabi buta saat Biru menendangkan bola dan mengenai kaca jendela mobil pria itu. “Apa kamu sudah meminta ganti rugi ke orang yang kartu namanya aku berikan kepadamu?”Richie menggeleng.“Kenapa?” tanya Kimi lagi.“Bisakah kamu melepaskan cengkeramanmu dari lenganku?”Kimi seketika melepaskan pegangannya ke Richie, ia sempat oleng lagi karena ternyata heel sebelah sepatunya patah. Beruntung dia tidak terjerembab kem
Kimi berusaha menutupi rasa groginya. Ia merasa habis, berakhir, tak ada harapan. Gadis itu menangis di dalam hatinya. Mendapati pria yang dia maki, pria yang ia curhati asal-asalan di rooftop beberapa hari yang lalu ternyata pemilik perusahaan tempatnya melamar pekerjaan. Richie terlihat bersikap biasa di depan para karyawan dan pelamarnya. Ia beberapa kali melempar pertanyaan ke dua pelamar lain, dan saat giliran Kimi, Richie mengerutkan kening dan berhasil membuat gadis cantik itu menelan saliva. Kimi Zia Azzahra, Kimi-jadi namanya Kimi. Mata Richie fokus pada CV dan membaca catatan tim HRD yang mewawancarai Kimi kemarin, di sana tertulis 'tidak menjawab dengan baik alasan keluar dari rumah sakit tempatnya bekerja sebelumnya'. Namun, Richie memutuskan untuk tidak menanyakan hal itu kepada Kimi.“Jika kamu diterima bekerja di klinik rumah sakit ini, apa yang bisa kamu janjikan ke perusahaan kami?” tanya Richie sambil menekan pulpen miliknya lantas menyandarkan punggungnya ke kurs
“Ada apa?”"Pa-pak Ri-Ri-Richard."Jim tergagap-gagap melihat adik atasannya bersikap biasa saja saat Kimi sampai ke ruangannya. Gadis itu pun bingung, menatap secara bergantian Richie dan Jim yang terlihat megap-megap. “Bukankah anda tadi berkata akan berpura-pura sesak napas dan meminta saya memanggilkan dokter dari klinik?” Jim menyatukan giginya, alis matanya bergerak-gerak mencoba berkomunikasi dengan Richie yang benar-benar membuatnya malu.“Maaf jim, tapi aku merasa seperti orang bodoh saat memandangi wajahku sendiri yang berpura-pura sesak napas tadi, mukaku seperti ikan terkena kail. Tidak mungkin aku membiarkan dia melihat wajah jelekku.”“Jadi, apa anda sudah baik-baik saja?” tanya Kimi dengan wajah kebingungan.“Ya-ya aku baik-baik saja!” jawab Richie yang sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalahnya ke Jim.Kini tatapan Kimi beralih ke pria bernama lengkap Jimmy Lin itu. Sorot matanya jelas menuntut sebuah jawaban. Jim benar-benar tak berkutik, hingga Richie mengalihka
“Mi!”“Apa? udah nggak usah!”Kimi yang malam itu kembali menginap di rumah maminya terheran dengan ke-gede rasaan Sara kepadanya. “Mami tahu kamu mau kasih gaji pertama kamu di T Factory buat Mami kan? udah ga usah,” ucap Sara dengan santainya. Wanita itu memeluk bantal sofa dan asyik menonton acara gosip sore di televisi. Bukan tanpa alasan Sara mengatakan hal itu, Kimi terkadang memang suka berjanji akan melaksanakan sesuatu jika tujuan yang diinginkannya tercapai, semacam nazar. “Mami GR, bukan itu!” Kimi mencebik, ia lantas bangkit dan pergi meninggalkan Sara sebentar menuju dapur.“Apa? kamu mau martabak manis?” teriak Sara setengah peduli ke putrinya itu. "Pesen aja via go back."Sara masih menatap layar televisi saat Kimi kembali dengan membawa dua cangkir teh di tangannya. Menyuguhkan teh itu ke maminya, Kimi pun bertanya,” Mi, kalau ada pria yang tanya apa kamu sudah punya pacar, Mami tahu nggak itu artinya apa?”“Suka sama kamu lah apa lagi? jangan sok polos deh Kimoci,”
“Onikim, kasih obat Eyang biar cepat sembuh!” Segara menarik-narik tangan Kimi, yang baru saja akan melepas sepatunya. Karena sang mami sakit, Kimi memutuskan untuk menginap lagi di rumah orangtuanya hari itu. Apa lagi ada dua keponakannya yang lucu di sana. Belum juga menghalau Segara, kini giliran Biru yang menarik tangannya, alhasil empat kotak makan kosong yang dia bawa jatuh ke lantai.“Biru! Segara! Kasihan onty Kiminya baru pulang.” Mina mendekat lalu membungkuk memungut kotak-kotak itu. “Banyak banget kotak makanmu, emang Mami masak apa tadi?” Mina berjalan masuk dan meletakkan kotak itu di meja makan di mana Sara dan Faraj sedang duduk mengobrol di sana.“Itu bukan koperwere Mami.” Sara menatap wadah makan yang diletakkan Mina, menyebutkan merek sebuah produk wadah makanan dan minuman yang dulunya sangat digilai Sara sampai mengoleksinya beberapa.“Hem … tadi pagi Pak Richard memberikan makanan untukku. Aku memberikannya bekal nasi uduk dari Mami dan dia menggantinya denga
“Dia sudah berada di surga.” Jawaban Kimi terus terngiang di kepala Richie. Antara senang dan sedih mendengar jawaban gadis itu atas pertanyaannya tadi. Jadi, apa mungkin sainganku adalah pria yang sudah mati? Richie membenturkan punggungnya ke sandaran jok mobil. Ia merasa mengejar Kimi jauh lebih berat dari pada mengejar Abel yang dulu menjalin kisah asmara dengan kakaknya sendiri. Pria itu mendengkus, jika pada akhirnya Abel tidak Richie dapatkan, akankah sama juga sekarang? Mungkinkah dia juga tidak akan berakhir menjalin kisah dengan Kimi? - - - Richie berubah menjadi sosok yang pendiam tiga hari ini. Ia tak lagi mendatangi klinik untuk bertemu dengan Kimi. Penyakit ‘malarindunya’ sudah berubah menjadi penyakit ‘baper’ akut. Tidak pernah Richie merasa se insecure ini di dalam hidupnya, apa lagi dengan orang yang sudah mati. Richie tiduran terlentang di pinggiran kolam. Matanya menatap ke langit di mana bintang malam itu terlihat tidak nampak sama sekali. Sepertinya sosok