Usai makan malam yang Eve lewati dengan hambar karena rasa penasarannya, benarlah Nyonya Daphne mengajaknya berkeliling ke ruangan besar di bagian dalam dari lorong ke dua yang mengarah ke kamar-kamar penghuninya.Ketika pintu dibukakan oleh snag pelayan yang mengikuti kami, Eve disambut oleh pemandangan seantero dinding yang penuh dengan foto keluarga itu. Memang tadi di ruang tamu maupun di ruang makan juga sudah ada sebuah pigora megah yang tergantung berisi foto keluarga Foster, tetapi hanya satu di tiap ruangan, sementara di ruangan yang satu ini terdapat banyak sekali, hampir tak terhitung oleh Eve meskipun ia mencoba menghitung cepat melalui ekor matanya.Tampaknya segala moment diabadikan di dalam foto lalu dibingkai dalam pigura yang mewah dan diletakkan di sana sebagai kenangan terakhir yang ditinggalkan oleh kedua orang tua Gery dan juga mendiang kakeknya.“Di sini adalah tempat tersimpannya kenangan dari seluruh anggota keluarga Foster, Eve. Kami memang sudah digariskan me
Eve terenyuh juga mendengar kisah masa lalu Gery tersebut. Ia mendesah panjang dan mencoba menyembunyikan rasa simpatinya karena tak ingin disangka semudah itu mengubah rasa. Tapi, ketika kemudian Nyonya Daphne menceritakan kisah pilu selanjutnya, pertahanan Eve roboh seketika. Ia langsung merasa begitu iba kepada nasib yang dialami oleh Gery dan sepertinya bisa memaklumi perubahan sikapnya setelah mengalami dua kejadian super memilukan itu.“Dia baru sedikit lebih bisa ceria ketika bertemu dengan Cheryl. Gadis cantik teman sekolahnya itu seringkali menjadi alasan kebahagiaan Gery kala ia bercerita tentang moment yang dilaluinya di sekolah dengan gadis itu.” Nyonya Daphne bercerita.Eve terus diam mendengarkan dengan seksama kisah yang semakin menarik itu. Rasnaya ia mulai bisa menelisik bagaimana kepribadian Gery pada mulanya.“Sampai kuliah mereka terus memilih satu sekolah dan kampus yang sama. Bahkan kami, saya dan orangtua Cheryl, sudah bersepakat akan menjodohkan keduanya ketika
“Jangan mentang-mentang kau dekat dengan nenekku lalu kau bisa seenaknya di sini. Lekas kerjakan pekerjaanmu!” Gery menegur Eve yang saat itu tengah mengobrol sebentar dengan seorang temannya di koridor kantor. Eve terbelalak karena malu ditegur di depan karyawan lain. Padahal ia hanya sedang menanyakan perihal sebuah berkas yang ia butuhkan untuk mendukung pekerjaannya. Namun, HENDak langsung membantah ia tak bisa sebab usai menegur Eve dengan semena-mena tadi, Gery langsung ngeloyor pergi. Tinggallah Eve yang memerah mukanya setengah malu dan setengah marah. “Ingin kuhajar saja rasanya dia!” umpat Eve. Rekan kerjanya terkikik geli, “Memangnya kau berani dengan Pak Gery?” cibir sang rekan. “Ngapain takut sama kulkas angkuh kayak gitu! Aku nggak takut selama aku tidak berbuat salah,” jawab Eve dengan tegasnya. “Yah, aku juga tahu sih kamu dekat dengan Nyonya Daphne. Tentu saja kau berani, pelindungmu luar bisa, haha.” Lagi, rekannya tadi mencibir. Eve kemudian memutar bola matany
Kabar kedekatan Eve dengan Nyonya Daphne dan juga diangkatnya ia menjadi asisten Gery tentu tak lepas juga dari perhatian seisi perusahaan. Mulai santer kabvar beredar bahwa ada sesuatu yang terjadi antara Eve dengan Gery. Dan gosip tak menyenangkan pun tak dapat terhindarkan.Eve kini mengahdapi suasana yang tak enak karena setiap di kantin, akan terdengar bisik-bisik para staf lain sambil melirik ke arahnya. Terasa sekali bahwa mereka pasti tengah membicarakan perihal dirinya. Eve awalnya mencoba cuek dan mengabaikan mereka, tapi lama-kelamaan ia jengah juga. Akhirnya ia tak lagi pernah ke kantin. Ia sengaja minta mamanya untuk menyiapkan bekal makan siang setiap hari dengan dalih tak sempat kalau harus mengantri makanan di kantin.“Eve, kau dengar kabar yang beredar tentangmu di kalangan karyawan, nggak?” Dave bertanya pada suatu hari kala mereka memutuskan janjian untuk makan siang berdua di sebuah spot taman Vinestra.“Entahlah, pasti tidak jauh-jauh dari gosip tentang kedekatank
Esok harinya ketika berangkat kerja, Eve terkejut kala melihat Dave yang sudah menghadangnya di area parkir basement kantor tempatnya biasa meletakkan mobil.“Kenapa tidak meneleponku, Eve? Semalaman aku menunggu kabar darimu.” Tanya Dave setelah Eve menutup dan mengunci pintu mobilnya.“Hmm? Meneleponmu? Tapi kan aku tidak ada perlu?” Eve malah bingung karena ia tidak mengerti mengapa Dave menunggu telepon darinya. Kabar apa memangnya?“Astaga! Apa kau lupa belum membuka kotak yang kuberikan kemarin?” tanya Dave lagi. Pria itu tampak sedikit frustasi.“Ya ampun, maaf, Dave. Aku kemarin membukanya di mobil lalu karena isinya agenda dnegan banyak tulisan, aku berniat membacanya sesampai di rumah, tapi ... emm ... aku sibuk dan lupa, hehe.” Eve mencoba meminta maaf karena ia memang lupa sama sekali tentang agenda Dave semalam.Dave menepuk dahinya keras dengan wajah semakin frustasi.“Maaf, ya? Apa itu penting? Atau aku bacasekarang aja, ya? Sebentar!” Eve merasa bersalah dan bergegas m
Dave yang masih menunggu jawaban dari Eve malah dibuat semakain kacau perasaannya kala melihat gadis itu berjalan tergesa berdua saja dengan Gery dengan berpenampilan resmi dan membawa tas kerja maqsing-masing. Sudah bisa ditebak bahwa mereka akan pergi ke luar entah untuk acara apa, entah urusan profesional atau bukan. Tinggallah Dave dengan segala kecamuk pikiran buruknya.“Dasar gadis sialan! Dia bahkan belum memberikan jawaban apa pun padaku, tetapi langsung sebiasa itu pergi dengan pria lain! Sial!” rutuk Dave seorang diri sambil matanya lekat mengawasi dua sosok itu berjalan semakin menjauh menuju ke area parkir khusus para petinggi di Vinestra itu.Dave terbakar api cemburu. Terlebih karena didengarnya juga percakapan antara Nyonya Daphne dan Sofia suatu waktu bahwa dua wanita itu sangat menginginkan Gery bisa dekat Dengan Eve dan dengan sengaja mereka akan mencarikan banyak kesempatan untuk mereka berdua bersama.“Aku harus segera bertindak sebelum terlambat,” tekadnya sambil
Kabar semakin santer terdengar bahwa Eve kini terlalu dekat dengan Gery. Bisik-bisik parastaff lain juga semakin menjadi-jadi. Meskipun Eve tak peduli, tapi lambat laun telinganya tersakiti juga, sebab rupanya ada saja beberapa staf wanita yang mungkin merasa cemburu atau iri hati mengatainya dengan tuduhan yang teramat kejam.“Kau pasti menggoda Pak Gery dengan tubuhmu itu hingga secepat kilat sudah menduduki posisi penting di sini, iya kan?” Salah satu tuduhan itu begitu menusuk hati Eve hingga ia pun marah.“Apa kau bilang? Tolong jaga mulutmu, ya! Kau ini sesama wanita tetapi begitu mudah mencerca wanita lainnya dengan tuduhan serendah itu!” tuding Eve sambil matanya melotot tajam. Ia memang terima saja digosipkan biasanya karena toh memang ia tak akan bisa mencegah berita tersebar seantero kantor. Tapi kalau sampai ia dituduh menggoda pria demi jabatan, maka itu sudah sangat keterlaluan. Ia tak bisa diam.Gerombolan wanita yang mengatainya tadi rupanya adalah para sekretaris mana
“Hmm ... sudah sedekat itu dengan si bos, hm?” cibir Dave kala di jam pulang ia sengaja mensejajari langkah Eve yang hendak menuju ke mobilnya di parkiran. “Eh, Dave? Apa maksudmy?” tanya Eve tak paham ke arah mana pembicaraan Dave tersebut. “Kamu makan siang di luar sama Pak Gery kan tadi? Dan masih saja bersikap seolah kalian berdua bermusuhan. Ck, sungguh dramatis!” Dave lanjut mencibir sambil mendengkus kesal. Wajahnya yang tampak sangat menghina Eve itu membuat Eve sebal. “Kamu kenapa, sih? Kami meeting di jam makan siang tadi sama calon investor. Aku diajak mendadak karena memang mereka bikin janji temunya juga mendadak tanpa rencana sebelumnya,” jawab Eve sambil matanya menyipit meneliti Dave yang sikapnya semakin hari semakin tampak aneh itu. “Oh, tapi bahkan sikap kalian berdua sudah seperti partner yang lama bekerja sama saja. Bukan seperti dua manusia yang saling bermusuhan,” komentardave lagi, “Astaga, Dave! Kami dua orang dewasa dan profesional. Kami tahu kapan urusan