AMARA POV
Di hari pertama sekolah saya belum menemukan sesuatu yang mencurigakan. Suasana normal sekolah yang rasanya kayak nano nano. Yang seru, ngeselin, lucu sampai yang modus juga ada. Tapi semua itu yang buat kangen masa masa sekolah dulu. Meskipun terlambat, mungkin saat ini saya diberikan kesempatan menikmati masa sekolah karena dulu saya tidak bisa menikmatinya.Nasib seorang yatim piatu yang hidup di panti asuhan, sambil menjadi tulang punggung teman teman disana. Bukannya ibu panti tidak mengurus kami. Hanya saja saya tidak mau menambah beban beliau di usia yang sudah tidak muda lagi menanggung beban kami semua.
Tidak bisa merasakan indahnya cinta monyet, kumpul bareng teman teman, kalaupun ada beban yang paling berat itupun sebatas bagaimana menyelesakan tugas matematika.
Tapi saya bersyukur tuhan memberikan otak yang cerdas sehingga semua pelajaran bisa saya kuasai dengan mudah. Apalagi saat ini saya bekerja sebagai mata mata yang sangat beresiko jika identitas asli saya terungkap. Tapi ya sudahlah, jika sesuatu terjadi pun tidak ada keluarga yang ikut menanggung resikonya.
Hari ini cukup melelahkan tapi menyenangkan. Tidak sabar ingin cepat cepat pagi dan bertemu dengan teman teman narsis ku. Teman? saya menyebut mereka teman? Ya itulah yang saya rasakan. Meski ada kemungkinan salah satu dari mereka justru orang yang saya cari selama ini. Ya tuhan, kuatkan hati hamba jika hal itu benar benar terjadi.
***
"Morning silv" sapa maya yang baru saja masuk ke dalam kelas lalu duduk di samping amara."Pagi pagi udah buka buku aja lo silv. Kayaknya siswa terpintar tahun ini bakal ganti ni. Haha"
"Nggak gitu juga may, saya kan masih nyesuain pelajaran di sekolah ini. Biar nggak ketinggalan banget".
Tiba tiba seorang siswi datang menghampiri mereka berdua. "Iya betul, lo harus banyak adaptasi di sini. Dan kalau lo ada kesulitan tentang pelajaran, bisa nanya kok ke gue. Abis gimana ya, yang bisa dapet nilai tertinggi ya cuma gue".
"Heh intan, jangan mentang mentang lo pinter terus ngomong seenak jidat ya. Mendingan nilai gue jeblok daripada konsul pelajaran ke lo".
"Halaah, udah bego belagu lo".
"Halaah, pinter pinter nggak punya temen".
Dengan wajah memerah menahan amarah, intan pergi ke tempat duduknya sendiri.
"Kok lo diem aja sih intan ngomong begitu? Jadi gue yang geregetan".
Sambil tersenyum amara menjawab "saya nggak peduli sama orang kayak gitu. Saya cuma mau pantau aja".
"Dasar anak anak". Gumam amara.
"Lo ngomong apa barusan?".
"Nggak, perasaan kamu aja". Amara sambil tersenyum manis.
***
Rivaldo vinza aditya, siswa populer lain yang ada d SMA Cahaya Hati. Kepribadiannya sangat berbeda 180 derajat jika dibandingkan dengan ruben.Ruben dikenal sebagai siswa yang ramah dan pandai bergaul ditambah wajah yang rupawan membuat hampir satu sekolah kenal dengannya.
Sedangan valdo adalah tipe cowok yang dingin dan tertutup. Tidak kalah populer jika dibandingkan dengan ruben, valdo juga memiliki wajah yang sangat mempesona. Kulit yang putih dengan rambut hitam dan mata yang tajam membuat siapapun yang melihat pasti langsung tertarik. Namun hanya beberapa siswa saja yang bisa menjadi temannya yaitu ruben, maya, angga, yudha dan martin.
Tapi entah kenapa dua cowok populer di sekolah ini justru tidak pernah kedapatan pacaran. Padahal cowok yang memiliki wajah pas pasan saja banyak yang jadi playboy. Haha.
"Lo mau kemana val?". Tanya ruben sambil memasukan buku pelajaran ke dalam tas karena sekarang sudah waktunya istirahat.
"Taman". Jawab valdo singkat.
"Lo suka banget ya duduk di situ. Ngapain? Cari wangsit? atau jangan jangan lo janjian sama cewek tanpa sepengetahuan gue?".
"Sialan lo ben, gue nyaman disana nggak banyak orang". Valdo memang lebih senang di tempat yang tidak banyak orang.
"Gue mau ke IPA 1. Akhirnya hati gue ngerasain getaran juga. Harusnya dia masuk ke kelas kita aja".
"Gue nggak nanya. Gue pergi dulu". Tanpa menunggu jawaban ruben, valdo langsung melangkahkan kakinya menuju taman sekolah.
Setelah selesai memasukan buku buku pelajaran ke dalam tas, ruben bergegas menuju kelas III IPA 1 yang tidak lain ialah kelas silvie berada. Tapi sesampainya ia disana, ruben tidak menemukan orang yang ia cari. Namun, melihat tas silvie ada di bangkunya bisa di simpulkan bahwa silvie sedang berada keluar.
"May, lu nggak sama silvie?". Ruben berjalan mendekati maya yang duduk di kursinya.
"Nggak. Dia bilang mau keluar keliling liat sekolah".
"Lah, kemarin kan udah sama gue kelilingnya".
"Emang kenapa,,nggak boleh? Lagian gue liat lu nanyain silvie terus. Naksir lo ya".
"Kalo iya kenapa? Cemburu yaaa".
"Ck,,cewek cewek yang lain boleh terpesona. Tapi gue kayaknya nggak deh".
"Bagus kalo gitu,,karena kalo sampe lu suka sama gue. Siap siap patah hati juga nanti".
"Iya iya yang paling ganteng satu sekolah".
Ruben berlalu keluar dari kelas, lalu menuju kantin. Siapa tahu silvie ada disana.
Di tempat lain tepatnya di taman sekolah, amara sedang berjalan memperhatikan seluruh area sekolah. Sekilah ia melihat seorang siswa duduk sendirian di bangku taman. Memakai headset, bersandar pada bangku taman dan tertidur..?? Iya, dia tertidur saat jam istirahat dimana biasanya waktu tersebut dimanfaatkan oleh sebagian besar siswa untuk sekedar makan, jalan atau bahkan pacaran.
Amara langsung mengenali kalau pria di hadapannya adalah valdo. Siswa populer namun sangat dingin.
"Gue tau kalo gue ganteng, tapi jangan lama lama liatnya. Bisa bisa bolong muka gue". Kalimat yang diucapkan valdo sontak membuat amara kaget. Pasalnya saat itu mata valdo masih terpejam.
"Hah,,saya cuma nggak sengaja liat siswa di jam istirahat tidur sendirian di taman. Lagian saya nggak bisa liat siswa lain selain kamu disini karena memang nggak ada orang lagi selain kita. Masa saya harus liatin pohon".
Valdo lantas membuka mata sambil melepas sebelah headsetnya. "Oo siswa baru ya".
Berdiri dari posisinya untuk meninggalkan taman lalu diam sejenak. "Inget, itu tempat gue. Lo nggak boleh duduk disitu kalo jam istirahat kayak gini".
"Terserah saya mau kemana. Kamu berani ngelarang saya duduk di situ. Emang kamu yang punya wilayah ini?".
"Kalo iya kenapa?".
***
"Iptu amara, silahkan melaporkan keadaan di SMA Cayaha Hati. Apakah ada hal yang mencurigakan disana?". Satu minggu sudah amara menyamar sebagai silvie sebagai siswa disana."Mohon maaf komandan, selama satu minggu saya mengamati keadaan disana belum ada hal yang mencurigakan. Untuk langkah selanjutnya saya akan melakukan pendekatan secara personal".
"Baik. Selanjutnya Iptu Wahyu, bagaimana perkembangan kasus saat ini?".
"Semalam telah terjadi penyerangan lagi di club winner. Untungnya tidak ada korban jiwa, tapi ceo disana mengalami luka serius di bagian kepala. Sepertinya kelompok penyerangan masih sama dengan kasus kasus sebelumnya. Karena tiap beraksi mereka selalu memakai pakaian serba hitam dan topeng. Dan kesamaan yang lain adalah tiap korban menjabat sebagai ceo. Kemungkinan besar motif penyerangan beberapa tempat hiburan adalah balas dendam".
"Kalau begitu selidiki apakah ada kaitan antara para ceo yang menjadi korban. Dengan begitu kita bisa memprediksi langkah pelaku selanjutnya. Rapat saya akhiri. Saya harap kasus ini dapat diselesaikan secepatnya". Akp budi sanjaya meninggalkan ruang rapat di kantor kepolisian.
"Siap, 86".
Di waktu yang sama dengan tempat berbeda, beberapa orang lelaki berkumpul di sebuah perumahan kosong yang sudah lama ditinggalkan. Salah satu dari mereka sedang menerima panggilan telepon.
"Kerja bagus. Upah kalian sudah saya transfer ke rekening masing masing. Untuk lokasi selanjutnya nanti akan saya beritahukan lagi". Suara dari sambungan telepon yang sedang diloudspeaker.
"Terima kasih killian, kabari saja kalau ada tempat yang harus kami serang lagi. Tapi apa tidak sebaiknya kita bertemu agar saya tahu bagaimana rupa bos kami". Kata salah satu anak buahnya yang berbadan kekar nan bertato.
"Kalian tidak perlu tahu tentang saya. Cukup jalankan perintah yang saya ucapkan. Karena jika kalian tahu siapa saya, maka saya harus menghabisi kalian juga". Ucapnya dengan nada datar namun terasa menekan.
"B,,baik killian. Saya tidak akan membahas itu lagi. Kabari saja jika ada perintah selanjutnya". Pria itu gemetar mendengar ancaman dari killian, tak lama sambungan telepon pun terputus.
Di sebuah kafe, terdapat dua remaja yang sedang menikmati makanan ala jepang. "Wah, makanannya udah sampe. Sorry ya gue lama ke toiletnya".
"Santai aja, ini juga makanannya baru sampe".
"Kayaknya lo lagi seneng banget ya. Dari tadi senyum terus".
"Gitu deh, karena sebentar lagi rencana gue bakal berhasil".
"Rencana apa sih?".
"Ra..ha..si..a".
“jangan melihatku kayak gitu” valdo merasa kurang nyaman karena terus ditatap oleh amara. Berjalan menuruni anak tangga di Gedung SMA Cahaya Hati dengan valdo berada di depan sedangkan amara hanya mengekori. Entah apa alasannya, yang jelas amara memilih untuk berjalan di belakang valdo. Mereka berdua hendak keluar dari tempat itu sedangkan wahyu tetap berada di atas untuk membantu tim forensik sekaligus mengamankan TKP. “terima kasih” akhirnya amara berani mengeluarkan kata kata yang sedari tadi bermain di kepala namun tak berani ia utarakan. “terima kasih untuk apa?” valdo bertanya. “karena kamu sudah membantu saya” jawab amara. “walau dengan cara yang tidak terduga sama sekali” lanjutnya dengan suara pelan. Valdo menghentikan langkahnya membuat amara tak sengaja menabrak tubuh bagian belakang kekasihnya. Kebetulan mereka sudah berada di koridor sekolah sehingga tak ada yang membahayakan saat amara menabrak tubuhnya. “aduh, kenapa tiba tiba kamu berhenti?” amara mengusap dahinya
“diam” gumam amara sehingga ruben perlu bertanya kembali apa yang gadis itu ucapkan.“saya bilang diaaamm” amara berteriak lalu dengan cepat menyerang kedua orang lelaki yang ternyata adalah anak buah ruben atau killian.Ruben terkejut melihat kedua anak buahnya dilumpuhkan dengan mudah. Ia tahu jika kedua lelaki itu tak kuasa menahan gerakan amara yang lincah dan mematikan. Ia berpikir jika dalam waktu dekat amara pasti langsung menghajar dirinya juga.Ruben pun keluar, berlari ke arah tangga. Menaiki banyaknya anak tangga menuju atas Gedung sekolah tersebut. Benar saja, belum lama ruben berlari, amara telah bisa melumpuhkan seluruh anak buahnya.“cepat, keluar dari sini” amara memerintahkan seluruh siswa untuk segera meninggalkan Gedung sekolah.Merasa situasi sudah aman, semua siswa pun berduyun duyun berlari keluar mengikuti perintah amara. Tak sedikit yang mengucapkan terima kasih karena telah membebaskan mereka semua.Amara berlari mengikuti ruben. Ia yakin ruben menuju atap Ged
amara berlari secepat mungkin menuju sumber suara minta tolong dari para siswa. melihat dari lokasinya, ia yakin jika kelasnya lah yang menjadi sasaran penyerangan. namun langkahnya terhalangi ketika banyak siswa dari kelas lain yang berhamburan untuk segera keluar dari gedung sekolah."silv, ngapain lo kesana?! cepat ikut keluar, disana berbahaya. kita harus menyelamatan diri" ujar maya langsung menarik pergelangan tangannya ketika melihat sahabatnya hendak menerobos masuk melawan arus kerumunan para siswa."apa yang terjadi di dalam?" amara balik bertanya."kelas lo. kelas lo diserang sama orang orang bersenjata. pokoknya cepet lo ikut keluar biar nggak dijadikan sandera juga sama mereka" maya terus menarik tangan sahabatnya namun posisi amara masih tak bergeming.sambil mengepalkan tangannya, amara melampiaskan rasa marahnya. apakah pelakunya merupakan sisa gerombolan tersangka pengrusakan? rasanya masih mengganjal karena pimpinan mereka telah tiada."saya harus masuk. kamu tetap d
tindakan yang harus diambil saat ada tersangka yang melawan saat penangkapan benar benar telah amara lakukan. terutama dalam keadaan genting seperti tadi, dimana valdo sempat menodongkan senjata ke arahnya. apalagi senjata yang dipegang merupakan pistol milik amara yang pernah hilang.suara deburan ombak dan hembusan angin laut yang menghujam tubuh menemani kesedihan yang amara rasakan. dikala kedua tangannya masih memeluk tubuh tak bergerak yang penuh dengan darah akibat luka tembak yang tepat mengenai jantungnya.rasa kehilangan menyelimuti gadis itu hingga udara dingin yang menusuk sampai ke tulang sampai tak terasa sama sekali."AMARA..." panggil seseorang dari kejauhan.seorang lelaki yang sengaja menyusul sedang berlari mendekat ke arah amara dan valdo. dengan menahan rasa sakit di lengan yang telah diperban, wahyu sangat terkejut dengan pemandangan yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. amara sama sekali tak menjawab panggilannya, sedari tadi ia hanya memeluk dalam diam.
baik amara maupun valdo sama sama terkejut dengan pertemuan tak terduga saat ini. tak terbayangkan jika hanya dengan bertatapan langsung bisa membongkar semua hal yang selama ini disembunyikan.dengan begini, identitas amara sebagai polisi juga langsung ketahuan oleh valdo. begitupun sebaliknya, amara tahu siapa lelaki yang dipanggil 'bos' oleh para tersangka yang berhasil mereka lumpuhkan lebih dulu.tiba tiba semua konsentrasi pun pecah, amara tak tahu harus bersikap seperti apa menghadapi situasi seperti ini. hal ini dimanfaatkan oleh valdo untuk membalikkan keadaan yang tadinya amara berada di atas tubuhnya, kini pemuda itu dengan cepat mendorongnya sehingga amara terhuyung ke belakang.valdo mengunci gerakan amara dengan cara menggenggam erat kedua tangan gadis itu. "biar aku jelaskan" valdo berkata dengan tatapan tak terbaca."jelaskan apa!? buktinya sudah sangat jelas kalau kamu pimpinan mereka" amara langsung menyimpulkan begitu karena tidak ada orang lain di tempat itu selain
"kamu sudah datang" wahyu baru saja ingin masuk ke ruangan AKP Budi saat melihat kedatangan amara yang masih memakai seragam sekolahnya."iya. bagaimana situasinya?" tanya amara cepat."kita masuk dulu" akhirnya amara dan wahyu masuk bersama ke dalam ruangan yang telah ada beberapa rekan mereka."akhirnya kalian tiba. ada pergerakan yang dicurigai sebagai gerombolan para pengrusak. lokasinya di perumahan yang telah lama terbengkalai. malam ini bergeraklah kesana dan tangkap para pelaku teror itu" perintah dari atasannya dijawab serempak oleh semua anggota tim."siap.""saya akan kembali dulu ke rumah untuk mengganti pakaian dan mempersiapkan semua yang dibutuhkan untuk operasi malam ini" amara berkata kepada wahyu setelah mereka semua keluar dari ruangan atasannya."aku juga akan kembali dulu" wahyu terlihat memikirkan sesuatu sebelum akhirnya ia memutuskan untuk berbicara lagi. "apa kamu yakin akan ikut penangkapan malam ini?"."memangnya kenapa?" amara mengerutkan keningnya."entahla