Disisi lain Clarisa, menjalani hari-harinya tanpa kehadiran Conan, dan Lukas. Kini dia mulai terbiasa akan keadaan itu. Namun saat dia pulang kerja, entah kenapa dia tiba-tiba sangat merindukan Lukas, dan Conan.
Clarisa menatap Ponselnya, namun tidak ada satu pun pesan dari Lukas, Clarisa bergunam sendiri, "Ahhh, kenapa dia tidak mengabariku? Aku sangat merindukannya. Sungguh!"
Tiba-tiba saja, terlintas bayangan saat sebelum dia dekat dengan Lukas seperti saat ini.
Dahulu, sebelum dirinya bersama Lukas, dia berpikir jika Lukas tidak menyukai perempuan, dengan sikap yang sombong, dan angkuh itu semakin mebuatnya sulit untuk didekati.
Semakin lama dia membayangkan banyak kenangan manis tentangnya dan Lukas, namun tiba-tiba Clarisa meneteskan air matanya begitu saja, dia berkata, "Kenapa? Kenapa aku sangat merindukannya? Padahal mereka bicara hanya pergi sebentar saja. Tapi sudah 1 bulan mereka tak kembali!"
"Ibu, ada apa?" Christian
Clarisa pergi hanya membawa sedikit uang disakunya, dengan linglung dia, menaiki taksi menunju rumah Joana Lei. Ting dong... ting dong... Suara bell berbunyi, dengan berlinangan air mata Clarisa menekan bell apartement Joana. Cekrek... suara pintu dibuka. Dengan kaget Joana bertanya, "Clarisa apa yang terjadi denganmu?" Clarisa hanya menangis sesegukkan, didepan pintu Apartemen Joana. Joana mencoba menenangkan Clarisa, dengan lembut dia berkata, "Masuklah, kau pasti kedinginan!" Joana Lei membawa masuk Clarisa, memberikan secangkir minuman hangat pada Clarisa, dengan lembut Joana kembali bertanya, "Apakah sesuatu telah terjadi?" "Bicaralah padaku, mungkin aku bisa mengurangi bebanmu!" Clarisa mencoba membuat dirinya tenang, setelah beberapa lama, akhirnya Clarisa mengeluarkan suaranya. Dengan sedikit terisak dia bertanya, "Apa yang harus aku lakukan?" Joana menjawab, "Apa maksudmu? J
Disisi lain, Lukas yang berada dikamarnya sedang merenungi kejadian hari ini, hari dimana dia mengungkapkan kebenaran pada Clarisa, wanita yang mampu menyentuh hatinya yang dingin. Lukas merasa begitu hampa kala Clarisa meninggalkannya, saat dia memalingkan pandangan nya pada Christian, Lukas merasakan sedikit kehangatan untuk sejenak. Lukas beranjak pergi menuju Bar miliknya yang berada di kawasan Elit, dengan cepat dia melajukan mobil Maserati hitamnya yang menambah kesan dingin. Setiba nya di sana, Lukas disambut oleh Raymond sahabatnya. Mereka pun memasuki ruang VVIP di sana sudah ada, Gerald, Yo Han, Marvel. “Yo... Saudara kita Lukas, bagaimana kabarmu?” Seru Marvel yang sedari tadi memperhatikan Lukas. Lukas tak mengatakan sepatah kata pun, dengan dingin dia melangkahkan kakinya ke dalam ruangan. Yo Han yang melihat Lukas pun memberanikan diri, dengan hati-hati dia bertanya, “Apakah terjadi sesuatu?” Lukas melirik Yo
Bab 58 Di tengah malam, Christian terbangun, dan mendapati dirinya tidur dikamar Lukas, terasa begitu sepi. Christian mencoba keluar kamar untuk mencari ayahnya Lukas, namun setelah berkeliling pun dia tidak menemukannya dimana pun. Akhirnya Christian menuju dapur, mencari apakah ada makanan di kulkas. “Aku sangat lapar.” Gunam Christian yang berada di dapur sendirian. Tiba-tiba sebuah suara terdengar, dan cukup mengagetkan dirinya. “Tuan kecil, Anda sedang apa?” Kepala pelayan bertanya dengan sedikit bingung. “Astaga... kau membuatku kaget.” Christian yang kaget pun berkata, “Akh aku, aku sedikit lapar sehingga aku mencari sedikit makanan di sini. Apakah aku tidak boleh berada di sini? Pada jam tengah malam seperti ini?” Kepala pelayan hanya tersenyum, dengan lembut dia berkata, “Seharusnya Anda tidak boleh berada di dapur pada jam ini.” “Karena tuan muda Lukas, menerapkan peraturan yang mana dia pulang l
“Clarisa, Apakah kau sudah bangun?” Joana, mencoba memanggil Clarisa yang berada di kamar.Clarisa yang mendengar, panggilan Joana pun, dengan perlahan dia mulai membuka matanya.Joana kembali, memanggil Clarisa, “Clarisa bangunlah, kau harus makan!”Clarisa perlahan bangkit dari tempat tidurnya, seraya berkata, "Iya, aku sudah bangun!”Joana berkata, “Cepatlah, makanannya akan dingin jika kau terlalu lama.”Clarisa berkata, "Aku, ke sana!”Clarisa yang selesai mencuci mukanya, mencari-cari ponsel nya.“Akh, celaka, aku meninggalkan ponselku di mansion Lukas.” Batin Clarisa.“Christian, pasti khawatir!”Clarisa berjalan keluar, seraya memanggil Joana, “Joana, dapatkah aku meminjam ponselmu sebentar?”Joana berkata, “Apakah kau meninggalkan ponselmu di tempat Lukas?”Clarisa menjawab, “Mmm, aku lupa meningga
Drrrtttt... drttt ponsel Lukas bergetar. Terdengar suara di seberang telepon begitu panik. “Halo presdir, di perusahaan terjadi sedikit masalah.” Lukas bertanya, “Apa yang terjadi?” “Ada sebuah virus, menyerang data Base perusahaan, dan itu seperti kanker.” “Setelah di hapus, akan ada lagi, dan lagi!” Ungkap seorang teknisi IT di perusahaan yang di naungi oleh Jian Group. Lukas sedikit berpikir, dia pun berkata, “Baiklah, aku akan melihat ke sana! Pertahankan pengamanannya.” “Baik presdir!” Lukas yang masih merasakan sakit di bagian perutnya, pun bersusah payah mengenakan pakaiannya. Dan di saat yang sama Dokter Anand masuk, untuk memeriksa keadaan Lukas. Dokter Anand bertanya, “Apa yang kau lakukan?” Lukas menjawabnya dengan enteng, “Aku akan pergi ke kantor, ada sedikit masalah di sana. Dokter Anand sedikit marah, dia berteriak pada Lukas di depan perawat, “YA! Kau sudah bosan hidup ya!”
Christian di turunkan di depan pintu masuk perusahaan, di sana dia menjadi pusat perhatian. Dalam batin Christian dia berkata, "Padahal aku sudah berusaha untuk tidak mencolok!” Semua karyawan yang berada di lobi, memandang Christian dengan takjub, walaupun tidak melihat wajahnya, semua orang tetap merasakan aura nya. “Bukankah anak itu tampan?” “Apakah dia salah satu Brand dari perusahaan ini?” “Wah, sepertinya dia sangat cocok untuk jadi model pakaian musim ini!” Tiba-tiba security menghampiri Christian, dia bertanya, “Hei, anak muda, apa uang kau lakukan di sini?” Christian dengan sopan menjawab, “Aku datang ke sini, karena ingin bertemu dengan ayahku!” Dalam batinnya security bertanya, “Siapa yang berani membawa anak, saat sedang bekerja?” Security kembali bertanya, “Siapa ayahmu? Ada keperluan apa? Sehingga kau datang menemuinya!” Dengan spontan Christian menjawabnya, “Karena aku akan pergi bermain
Christian di tarik oleh seorang dokter, dan perawat. Namun Christian menolak, bahkan dia memeluk kursi tunggu. “Tuan muda, Anda harus melanjutkan pemeriksaan lebih lanjut!” Ucap seorang dokter. “Aku ingin berada di sini!” “Aku ingin menemani ayahku!” Christian berteriak, wajah nya di penuhi air mata. “Tuan muda, jika kau bersikap seperti ini, akan menghambat pemeriksaannya.” Dokter kembali mengingatkan Christian. Perawat, dan dokter kembali saling menarik dengan Christian. Christian memohon dengan sangat, pada dokter, “Aku mohon izinkan aku berada di sini! Aku mohon!” Dokter dengan putus asa kembali membujuk Christian, “Tuan muda, bukankah jika ingin menunggu, kepalamu harus di obati terlebih dahulu!” Christian kembali berpikir sejenak, dia pun berkata, “Aku tidak ingin pergi, aku ingin bersama ayahku!” Darah segar pun kembali mengalir di kepala Christian, dokter, dan perawat sedikit panik. “Darah
Tut... tut... tut... panggilan pun tersambung. “Pak kepala, ada yang ingin bertemu dengan Anda, di bangsal IGD!” Di seberang telepon pun terdengar, “Siapa yang sedang mencariku?” kepala rumah sakit bertanya. “Orang yang ingin bertemu Anda, bernama Raven Jiang!” Ungkap perawat. Kepala rumah sakit sedikit kaget, seraya berkata, “APA!!!” “Tuan besar? Aku akan segera ke sana!” Sang perawat pun sedikit kaget, kala mendengar teriakan dari kepala rumah sakit. Dengan tergopoh-gopoh kepala rumah sakit bersama dokter yang lain, menuju bangsal IGD. Raven Jiang sedang duduk di samping ranjang, memperhatikan dokter jaga yang lain mengobati, dan kembali menjahit luka Christian. Raven berkata, “Hati-hati, jangan membuat cucuku kesakitan!” Dokter jaga hanya menganggukkan kepalanya. Christian yang menyadari ekspresi tegang dokter jaga pun, dengan tersenyum lembut dia berkata, “Tenanglah, jangan gugup! Perla