Ayu, Arjuna dan Anisa sudah tiba di gedung tempat olimpiade akan diselenggarakan. Anisa juga diutus oleh Pak Herman, peraturan 1 hari yang lalu sudah diperbaharui. Jadi harus ada tiga utusan, yang mengikuti olimpiade tersebut."Kak, anter aku ke kamar nanti ya..." ucap Anisa."Lah, situ punya kaki 'kan? Ngapain minta antar sama cowok, mana harga dirimu, ukhty." ketus Ayu."Diem deh, gue lagi ngomong sama Kak Arjuna. Jadi yang gak berkepentingan harap diam," tegas Anisa.Ayu hanya menghela napas dengan kasar, dan akan pergi dari gadis titisan iblis itu. Namun, Arjuna menahan tangan Ayu, dan akhirnya gadis itu mengurungkan niatnya untuk pergi."Pergi sendiri, saya ada urusan..." ucap Arjuna menarik tangan Ayu dengan lembut.Tentunya Anisa menjadi kesal dan menghentakkan kakinya dengan keras. Ia berjalan kearah penginapan yang bertepatan di sebelah gedung tempat olimpiade akan diselenggarakan."Awas aja tuh cewek ganje.." ketus Anisa.-Di taman depan gedung.Ayu duduk di kursi taman, sam
Jam menunjukkan pukul 16.00 WIB.Arjuna membuka kedua matanya secara perlahan. Ia menatap sekeliling ruangan, dan tersenyum saat melihat Ayu tengah berbaring di samping brankar, dengan posisi kepala bersandar di atas brankar."Sayang, aku haus." ucap Arjuna dengan lemas.Ayu terbangun dan langsung mengucek matanya, ia terkejut saat melihat Arjuna sudah sadar dan gadis itu langsung mengambil minuman untuk kekasihnya"Minumnya pelan-pelan. Jangan terburu-buru." ujar Ayu.Arjuna pun minum secara perlahan, dan setelah air di dalam gelas habis, Ayu meletakkan kembali gelas tersebut ke meja samping brankar."Makasih," ucap Arjuna.Gadis itu hanya tersenyum dan mengusap lembut rambut tebal kekasihnya. Kemudian, Ayu mengusap punggung tangan Arjuna."Kok bisa sesak napas sih?" tanya Ayu."Tadi, Anisa bersihin tangannya di depan wajahku. Jadi, hidungku terhirup debu yang ada di tangan Anisa. Makanya jadi drop kayak gini." jelas Arjuna.Ayu mengangguk tanda mengerti dan menatap manik mata Arjuna.
Di ruang medisArjuna tengah duduk di atas brankar, sedangkan Ayu tengah mencari kotak P3K untuk mengobati wajah kekasihnya."Maaf," ucap Arjuna."Untuk apa?" Tanya Ayu yang langsung duduk di depan kekasihnya."Lima tahun yang lalu, alasan aku memutuskan hubungan kita itu karena kakakku," sambung Arjuna.Ayu yang tengah membuka kotak P3K, langsung menghentikan kegiatannya. Ia menatap Arjuna dengan tatapan bingung, sedangkan yang ditatap hanya bisa menundukkan kepalanya karena merasa bersalah."Ceritakan padaku, Kak." ucap Ayu sambil mengusap tangan Arjuna.Pria itu menganggukkan kepalanya dan mulai menceritakan alasan ia harus mengakhiri hubungannya dengan Ayu.Flashback -"Akh, Ibu dadaku sesak sekali..." ringis Arjuna."Tahan ya, Ayah dan kakakmu lagi dijalan sayang. Jun jangan tutup mata ya sayang, jangan tinggalkan, Ibu." tangis Nyonya Winda.Arjuna hanya diam dan memukul dadanya yang terasa sangat sakit. Tuan Candra dan Putra membuka pintu rumah, kemudian menggendong Arjuna yang t
CeklekSuara pintu terbuka membuat Arjuna langsung menatap ke arah pintu, untuk melihat siapa yang baru saja membuka pintu ruang kesehatan. Terlihat gadis hitam manis, tengah tersenyum dan langsung mendekat ke Arjuna."Kak Arjuna gapapa 'kan, mana yang sakit? Ya ampun, kakak tahu nggak aku khawatir banget ngeliat Kakak tiba-tiba pingsan." Tanya Nisa yang menyentuh wajah Arjuna.Pria itu merasa risih, kemudian ia menepis tangan Nisa yang berada di wajahnya. Menatap datar Nisa, dan langsung tersenyum saat melihat Ayu tengah membuka pintu sambil menenteng banyak makanan."Eh ngapain Lo disini? Kagak ada kerjaan ya lo," ketus Nisa.Ayu hanya diam dan meletakkan makanan di atas nakas samping brankar Arjuna. Ia tersenyum ke arah Arjuna dan memasukkan bubur ke dalam mangkok yang ia bawa."Anjir, gue bicara sama lo setan. Malah kagak di jawab..." sambung Nisa."Yang, kok bubur sih?" Tanya Arjuna."Kamu lagi sakit, jadi lebih baik makan bubur aja yaa. Terus nanti makan buah, biar cepat sembuh.
Sudah seminggu berlalu, semua para peserta olimpiade sudah melakukan kegiatan seperti biasa di kampus mereka masing-masing. Pemenang olimpiade diraih oleh Ayu dan Arjuna, mereka sudah menjadi Mahasiswa/i kebanggaan di Universitas Kedokteran Jogjakarta."Kak," teriak Nisa.Arjuna hanya diam dan berjalan masuk ke dalam perpustakaan. Tangan pria itu ditahan oleh Nisa, dan otomatis Arjuna langsung menepis tangan gadis itu."Lo murahan banget ya jadi cewek! Main pegang tangan orang sembarangan. Seperti tidak ada harga dirinya Lo!" Tegas Arjuna."Kak, kenapa hindari aku sih. Aku salah apa?" Tanya Nisa."Banyak! Lo udah buat, cewek gue diemin gue selama seminggu. Jadi cewek jangan murahan dong! Awas aja, kalau sampai cewek gue ngajak gue. Lo bakal terima akibatnya!" bentak Arjuna."Lah bagus dong, jadi kamu bisa denganku, Kak. Putusin aja si Ayu itu, dia gak cocok sama Kakak loh. Mending sama aku aja, aku cantik, pintar lagi." balas Nisa tanpa malu.Arjuna menggelengkan kepalanya, karena suda
Bambang masuk ke dalam kamar, sambil meletakkan makanan dan minuman di meja yang ada di dalam kamar Ayu. Ia duduk di sofa dan melihat Arjuna tengah mengganti kompres sang adik."Minum dulu, lanjut nanti saja..." ucap Bambang."Iya, bang." balas Arjuna yang berjalan dan duduk di samping Bambang.Pria itu meminum air sirup buatan Bambang, kemudian meletakkan kembali gelas tersebut."Putra abang Lo 'kan?" Tanya Bambang."Iya, bang. Emangnya kenapa?" Arjuna kembali bertanya."Tadi adek gue balik sama Putra. Btw, mereka gak ada hubungan apa-apa 'kan?" sambung Bambang yang tampak khawatir jika sang adik bersama Putra."Ayu pacar gue bang. Kak Putra juga suka sama Ayu, gue gak bakal biarin dia deketin Ayu. Bukan mau menjelekkan kakak sendiri ya, tapi bang Putra udah terlalu banyak cewek, gue gak bakal biarin Ayu dia dapetin. Karena Ayu hanya untuk gue bang.." jelas Arjuna.Bambang menganggukkan kepalanya dan menepuk pelan bahu Arjuna. "Good, gue juga gak setuju kalau Putra jadi kabar adek gue
Arjuna memilih untuk pulang ke rumah, karena jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Saatnya pria itu beristirahat, sebenarnya ia ingin menginap di rumah Ayu, tapi Bambang takut terjadi fitnah. Karena kedua orang tua Ayu dan Bambang tidak ada di rumah."Huh, semoga besok Ayu udah sembuh.." gumam Arjuna.TokTokKetukan pintu terdengar, dan Putra pun masuk ke dalam kamar Arjuna. Pria itu menatap Arjuna dengan tatapan datar sangat datar."Turun, makan." ucapnya sekilas dan langsung keluar dari kamar.Arjuna hanya diam dan masuk ke dalam kamar mandi. Setelah itu, ia menuju ruang makan yang disana sudah ada kedua orang tuanya. Pria itu duduk dalam diam, dan mengambil makanan."Bagaimana kuliahmu, Putra?" Tanya Tuan Candra."Lancar yah, tinggal bimbingan aja..." jawab Putra."Bagus deh, setelah itu langsung kerja diperusahaan keluarga kita ya..." sambung Tuan Candra.Putra membalas dengan anggukan dan melanjutkan makannya. Tuan Candra menatap Arjuna yang sedari tadi hanya diam."Papa dengar, k
Anisa tengah duduk di sebuah cafe, seperti tengah menunggu seseorang. Setelah cukup lama dia menunggu, akhirnya orang yang di tunggu-tunggu pun datang."Lama banget, abis ngapain? Udah dari tadi gue nungguin lo." Tanya Nisa."Berantem sama adek sialan gue," balas Putra."Ah, eh iya lo suka sama Ayu 'kan?" Sambung Nisa."Iya, emang kenapa?" Tanya Putra."Mau kerja sama gak, buat jauhin Ayu dari Arjuna..." jelas Anisa."Gimana caranya?" Tanya Putra.Anisa mendekati telinga Putra, dan membisikkan rencana yang sudah ia susun. Setelah itu mereka tersenyum licik, sambil berjabatan tangan."Deal," ucap Putra.Gadis itu tersenyum dan meneguk minumannya. Mereka menikmati makan malam yang cukup damai, tanpa gangguan sedikit pun.-Pagi hari,Tok!Tok!Bambang membuka pintu rumah dan terkejut saat melihat ada seorang gadis tengah tersenyum ke arahnya, sambil membawa bingkisan buah. Pria itu menggenggam tangan gadis tersebut dan membawanya ke taman depan."Ngapain kesini?" Tanya Bambang."Jengukin