Share

Bab 3 : Arjuna dan Ayu.

"Kak Putra ngapain di sini?" tanya Arjuna yang berjalan ke arah kakaknya yang bersama Ayu.

Ayu hanya diam dan masih tetap berjongkok menunggu kakak laki-lakinya.

"Tadi Kakak mau menolong gadis ini, tapi dia menolaknya..." ucap Putra Kakak laki-laki dari Arjuna.

Ayu berdiri dan menatap Putra dengan tatapan datar, kemudian Bambang datang dengan motor ninja miliknya sambil membawa mobil derek untuk membawa motor sang Adik.

"Buruan, gue mau top up ini..." teriak Bambang sambil membuka helm-nya.

"Ada helm 'kan, lo?" tanya Bambang.

"Ada, main terus! Sampe mampus," balas Ayu.

Arjuna hanya tersenyum kecil melihat tingkah Ayu. Entah kenapa jika di dekat gadis itu, bawaan Arjuna selalu ingin tersenyum. Ayu memasang helm-nya dan menatap Arjuna dengan sekilas.

"Ingat ucapan gue yang di perpustakaan tadi," gumam Ayu di telinga Arjuna.

Pria itu mengangguk dan menatap kepergian Ayu. Putra hanya diam melihat adiknya terus tersenyum. "Buruan jangan lama-lama menatap mantanmu," ucap Putra.

Senyuman Arjuna seketika hilang dan menatap kakaknya. Ia berjalan ke arah mobil, dan kemudian masuk ke dalam mobil. Mereka pun pulang ke rumah untuk beristirahat.

***

Di Kediaman Keluarga Arjuna.

Kedua pria tampan turun dari dalam mobil, dan langsung berjalan masuk ke dalam rumah yang sangat megah. Di ruang tamu sudah terlihat seorang wanita paruh baya, tengah tersenyum menanti kepulangan kedua pria tampan tersebut. Arjuna langsung memeluk wanita paruh baya itu dengan erat, karena merindukannya.

"Mama, kapan pulang?" tanya Arjuna.

"Baru saja," balas Nyonya Winda.

Putra ikut memeluk ibunya dan Arjuna melepaskan pelukan tersebut. Nyonya Winda mengusap rambut milik kedua putranya dan membawa mereka ke ruang makan.

"Mama, sudah buatin makanan spesial untuk dua putra tersayang..." tutur Nyonya Winda sambil tersenyum ramah.

Arjuna dan Putra pun duduk kursi sambil mengambil makanan yang sudah dibuatkan oleh Ibu mereka.

Ting tong!

Suara bel berbunyi, pertanda ada tamu yang datang. Salah satu asisten rumah tangga langsung membuka 'kan pintu rumah dan terlihat ada seorang wanita cantik tengah berdiri di depan pintu rumah.

"Assalamualaikum, Tante Winda nya ada?" sapa gadis tersebut.

"Wa'alaikumsalam. Ada Mbak, silahkan masuk." balas asisten rumah tangga.

"Ah, tidak perlu Mbok Siti soalnya saya buru-buru banget. Tolong berikan gado-gado ini ke Tante Winda ya dan ini buat Mbok Siti," sambungnya.

"Makasih loh, Mbak Ayu." jawab Simbok lagi.

"Panggil Ayu aja, Mbok. Jangan panggil Mbak, umur Ayu masih 20 tahun, hehe." balas Ayu yang tersenyum manis.

"Iya, Ayu." ucap Mbok Siti.

"Ayu pamit ya, assalamualaikum," tutur Ayu dengan sopan dan mencium punggung tangan asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Nyonya Winda.

Ayu berlari ke arah Bambang yang sudah menunggu di depan halaman rumah. Bambang memberikan helm dan menghidupkan motor-nya, tak lupa ia meng-klakson asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Nyonya Winda. Mbok Siti berjalan ke arah ruang makan dan memberikan makanan yang diberikan Ayu padanya tadi.

"Nyonya, tadi ada anak gadis Nyonya Dara ke sini. Dia membawakan gado-gado untuk keluarga, Nyonya dan saya..." ujar Mbok Siti.

"Lah, terus dia di mana?" tanya Nyonya Winda.

"Dia lagi buru-buru, Nyonya. Jadi dia cuma mampir di depan rumah saja, saya tawarkan masuk dia gak mau," balas Mbok Siti.

"Oo, pasti anak mereka sedang sibuk kuliah..." sambung Nyonya Winda membuka rantang makanan yang berisi gado-gado.

Mbok Siti berjalan ke arah dapur dan membawakan piring kosong ke ruang makan. Arjuna menyodorkan piring kosong ke ibunya, dan Nyonya Winda tersenyum sambil memasukkan gado-gado ke piring putra bungsunya.

"Dasar hantu gado-gado," ucap Nyonya Winda sambil terkekeh kecil melihat Arjuna yang memang menyukai gado-gado.

"Mama 'kan tau, aku suka gado-gado," jawab Arjuna.

"Iya, iya. Putra kamu mau?" tanya Nyonya Winda.

"Gak, Ma. Makanannya terlalu kampungan," jawab Putra.

"Baiklah, kalau tidak mau. Tapi jangan menghina makanan gak baik tau, Nak." balas Nyonya Winda.

Putra hanya diam dan melanjutkan makan makanannya. Sifatnya sangat berbanding terbalik dengan Arjuna yang begitu menyukai kesederhanaan. Putra sangat menyukai kemewahan, karena mereka sudah terlahir di keluarga konglomerat. Ibu mereka memahami anaknya, tapi Putra juga memiliki sisi baik, setiap ia mendapat uang bulanan dia selalu menyumbangkan ke mesjid di komplek perumahan-nya yang sedang direnovasi. Arjuna pun tak kalah baiknya, ia selalu menyumbangkan setengah dari uang bulanan yang ia dapat ke panti asuhan, panti jompo dan musholla kecil.

***

Di Kediaman Keluarga Ayu.

Bambang menghentikan motornya di garasi rumah. Ayu turun dan melepas helm dari kepalanya, Nyonya Tiara memberi kode agar membuka sepatu saat masuk ke dalam rumah. Ayu dan Bambang langsung membuka sepatu dan melangkahkan kaki kanan terlebih dahulu untuk masuk ke rumah.

"Assalamualaikum, Nyonya besar." salam kedua orang tersebut secara bersamaan.

Nyonya Dara mengulurkan tangannya dan kedua anaknya bergantian mencium punggung tangan milik sang Ibunda. "Sudah kalian antar?" tanya Nyonya Dara.

"Sudah Nyonya besar," balas mereka bersamaan.

"Oke, masuk ke kamar. Bersihkan diri, setelah itu turun ke bawah untuk makan bersama..." sambung Nyonya Dara.

Ayu dan Bambang mengangguk, kemudian mereka berpacu untuk lebih dulu sampai di kamar mereka yang terletak di lantai dua. Nyonya Tiara hanya menggelengkan kepalanya karena pusing melihat kelakuan kedua anaknya yang seperti anak kecil.

"Assalamualaikum, Ayah pulang." salam Tuan Alif sambil membuka sepatunya.

"Wa'alaikumsalam, hua Mas sudah pulang," jawab Nyonya Dara langsung memeluk suaminya.

"Sudah, eh anak-anak mana?" tanya Tuan Alif.

"Lagi di dalam kamar, Mas. Sini tas-nya biar Dara bawakan," balas Nyonya Dara membawa tas suaminya.

Tuan Alif dan Nyonya Dara pun masuk ke dalam kamar bersama, sedangkan Bambang dan Ayu ternyata masih duduk di tepi pagar tangga lantai dua.

"Romantis, kaya nonton drakor..." ucap Bambang.

"Otak Lo, drakor mulu. Sekali-kali nonton kartun upin & ipin dong, biar pro." balas Ayu menatap datar kakak laki-lakinya.

"Pro darimana, kagak ada pro-nya. Itu cuma film kartun, kagak ada yang uwu-uwunya loh. Kaya ciuman atau pelukkan," sambung Bambang.

Ayu langsung terdiam saat mendengar kata ciuman, gadis itu langsung berlari ke dalam kamar dan mengunci pintunya. Bambang yang melihatnya bingung dan ia pun ikut masuk ke dalam kamar.

"Aish, masa ciuman pertama gue diambil sama mantan," ucap Ayu yang guling-guling di atas kasur.

"Hua, gue jadi malu kalau ketemu dia!" teriak Ayu yang frustasi.

"Kenapa harus satu kampus sih, aish takdir apa ini ya Allah," sambung Ayu yang langsung duduk dan mengingat kejadian di perpustakaan tadi.

Gadis itu mengacak rambutnya dan menatap ke arah sebuah gelang yang terletak di dalam toples kaca. Ia memanyunkan bibirnya dan langsung menudukkan kepala.

"Kenapa aku masih menyimpan barang pemberiannya saat kami masih memiliki hubungan," ucap Ayu dengan lemas.

***

Di dalam kamar, Arjuna berbaring di atas kasur dan memegang bibirnya yang tadi sempat menyentuh bibir Ayu. Ia tersenyum kecil dan menatap gelang yang ia letakkan di tempat khusus di atas meja belajarnya.

"Akhirnya kita bertemu lagi, setelah 5 tahun lamanya. Apakah takdir ingin mempersatukan kita?" ucap Arjuna yang begitu bahagia bisa bertemu dengan mantan kekasihnya 5 tahun yang lalu.

Ia memejamkan matanya dan membayangkan Ayu dalam pikirannya. Arjuna kembali membuka mata dan berjalan ke arah jendela kamar, sambil menikmati pemandangan di sore hari.

"Aku akan berusaha mendapatkanmu lagi, walaupun itu sulit. Aku yakin kamu membenciku, karena telah memutuskan hubungan tanpa alasan yang jelas," gumam Arjuna dengan lemah.

***

Jam menujukkan pukul 19.00 WIB.

Ayu keluar dari rumah, untuk menghadiri rapat di kampus. Ia membawa mobil, karena disuruh oleh sang Ayah. Setelah tiba di kampus, wanita itu langsung masuk ke dalam ruang rapat.

"Sorry banget, gue telat parah." ucap Ayu.

"Santai," balas Bella.

Mereka pun memulai rapat tentang kegiatan para maba keesokan harinya. Jam pun sudah menujukkan pukul 21.00 WIB, mereka selesai rapat dan pulang ke rumah masing-masing. Namun, tidak dengan Ayu yang sedang berada di tempat pecel lele langganan-nya. Ia duduk di kursi dan meja kosong sambil menyantap makanan tersebut.

Gadis tersebut tidak sengaja melihat Arjuna yang masuk ke dalam tempat jualan pecel lele langganan-nya sambil mengantri pesanan. Ayu menutup wajah dengan menggunakan tangan agar tidak dilihat oleh Arjuna.

"Mampus ngapain tuh cowok di sini?" gumam Ayu.

"Beli pecel lele lah," balas Arjuna yang ternyata sudah duduk di sampingnya.

"Uhuk,"

Ayu terkejut dan langsung tersedak saat mengetahui pria yang ia hindari sudah duduk di sampingnya. Arjuna memberikan air pada Ayu dan akhirnya gadis itu mulai merasa lega.

"Makannya pelan-pelan," ujar Arjuna yang menepuk pelan punggung Ayu.

Gadis itu menjauhkan tangan Arjuna dari punggung dan lanjut makan. Ia hanya diam dan saat pesanan Arjuna sudah selesai, pria itu langsung berdiri mengambil pesanan tersebut. Ayu selesai makan, lalu membayar makanannya.

"Kamu naik apa? Motor?" tanya Arjuna.

"Mobil," balas Ayu dengan singkat.

"Aku kira naik motor, soalnya bahaya kalau perempuan naik motor sendiri di malam hari..." sambung Arjuna.

Ayu hanya diam dan keluar dari tempat pecel lele, kemudian masuk ke dalam mobil yang terparkir di depan tempat pecel lele. Arjuna tersenyum kecil dan ikut keluar, sambil menunggu supir menjemputnya. Mobil yang Ayu bawa meng-klakson Arjuna, dan pria itu mendekati mobil tersebut. Ayu menurunkan kaca mobil, sambil menatap Arjuna dengan tatapan datar.

"Masuklah, biar gue antar pulang. Dari pada berdiri lama di luar." ucap Ayu.

"Tidak perlu, supirku sebentar lagi datang. Duluan saja, Ayu." jawab Arjuna.

Ayu turun dari dalam mobil dan menarik tangan Arjuna untuk masuk ke dalam mobil. Ia menatap kedua mata pria tampan itu dan entah kenapa, rasa yang dulu pernah ia rasakan timbul kembali.

"Jangan menolak," ucap Ayu yang gugup dan mengalihkan tatapan ke arah lain.

Saat gadis cantik itu akan berjalan ke arah bangku kemudi, Arjuna memegang tangannya dan mereka pun saling tatap.

"Apa kamu membenciku, Ayu?" tanya Arjuna.

Ayu hanya diam dan semakin gugup saat di pegang oleh Arjuna. Ia menatap Arjuna dalam diam, kemudian menepis tangan pria tampan itu dengan lembut.

"Menurutmu?" [.]

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status