Share

Bab 4 : Darah.

"Maafkan aku. Ini permintaan maaf yang sangat tulus. Maafkan aku." ucap Arjuna yang menangkup wajah gadis cantik yang ada di hadapannya.

Gadis itu langsung terkejut dan menelan saliva dengan susah payah. Ayu hanya bisa mematung, sambil menahan napasnya.

Tiit!

Suara klaskson mobil milik Arjuna membuat Ayu langsung mendorong tubuh pria tampan itu. Arjuna keluar dari mobil dan berjalan ke arah mobil yang terparkir di samping Ayu. Pria itu hanya menatap gadis yang berstatus mantan kekasihnya dalam diam, kemudian masuk ke dalam mobil.

"Jalan, Pak." perintah Arjuna pada supirnya.

Supir pun menghidupkan mobil dan menjauhi tampat pecel lele tersebut. Ayu masih mematung, karena perkataan mantan kekasihnya tadi.

"Segampang itukah, dia meminta maaf. Dasar cowok tidak tau malu," gumam Ayu yang mengepal tangannya.

Ia masuk ke dalam mobil dan menghidupkan mobil menuju rumahnya.

***

Pagi Hari.

Jam sudah menujukkan pukul 07.00 WIB.

Ayu masih setia berada di atas kasur dan memeluk erat bantal guling kesayangannya. Seperti biasa, di depan pintu kamar Bambang sudah stand by untuk membangunkan Adik perawan-nya.

"Hadeh anak perawan nyusahin banget dah, untung Adek gue kalau kagak, udah gue tabok badannya..." gumam Bambang.

Tok!

Tok!

Sudah lima kali Bambang mengetuk pintu kamar, namun gadis itu belum juga membukanya. Bambang tidak sengaja memegang ganggang pintu kamar, membuat pintu kamar itu terbuka. Terlihat Ayu masih tidur di atas kasur, Bambang langsung menduduk'kan adiknya dan akhirnya wanita cantik itu terbangun.

"Aish, apaan sih bang? Gue masih ngantuk banget ini," ucap Ayu masih setia memejamkan matanya.

"Bangun! Udah jam 7 pagi! Pintu kamar kenapa kagak dikunci? Kalau ada maling masuk gimana!" tegas Bambang.

Ayu hanya diam dan melanjutkan tidurnya, Bambang kesal dan menggendong Ayu keluar kamar. Nyonya Dara terkejut saat melihat anak laki-lakinya menggendong Ayu, turun ke ruang tamu.

"Bambang! Mau kamu apa'kan adikmu? Jangan usilin dia Bambang," tanya Nyonya Tiara.

Bambang menjatuhkan Ayu hingga bokong gadis itu terbentur pelan, saat melihat Nyonya Dara tengah duduk bersama seorang pria muda di sampingnya.

"Akh," rintih Ayu.

Arjuna yang melihatnya langsung membantu gadis itu untuk berdiri. Ayu masih belum sadar dan memeluk Arjuna, karena masih sangat mengantuk.

"Bangunnya nanti aja ya, Bang. Gue masih ngantuk banget ini," ucap Ayu memeluk erat Arjuna sambil memejamkan kedua matanya.

Bambang dan yang lain terkejut melihat Ayu yang memeluk erat Arjuna. Bambang memukul pelan pipi adiknya dan ditahan oleh Arjuna.

"Biarkan saja dia tidur, Kak." ujar Arjuna.

Bambang hanya menganggukkan kepalanya dan duduk di sofa ruang tamu. "Kamarnya di mana ya, Tante?" tanya Arjuna.

"Di lantai atas, ah biar Bambang saja yang bawa dia ke atas. Anak gadis Tante berat loh," jawab Nyonya Tiara.

"Gak papa, Tante. Arjuna izin bawa Ayu ke kamar-nya ya..." tutur Arjuna dengan sopan.

Nyonya Dara menganggukkan kepalanya dan Arjuna pun menggendong Ayu yang tengah tertidur pulas. Ia menaiki satu persatu anak tangga dengan perlahan, dan sesekali melihat wajah wanita cantik yang tengah ia gendong.

'Kamu cantik,-' batin Arjuna.

Saat tiba di depan kamar, Arjuna terkejut saat melihat kamar Ayu sangat berantakan. Bambang datang dan memegang lututnya, karena kelelahan saat berlari untuk tiba di lantai atas. Pria itu menutup kamar Ayu dan tersenyum ke arah Arjuna.

"Biar Kakak saja yang bawa dia masuk ke dalam kamar," ucap Bambang.

Arjuna menganggukkan kepalanya dan akan memberikan Ayu ke Bambang. Namun, gadis itu malah memeluk erat tubuh Arjuna.

"Jun," gumam Ayu yang mengigau.

"Biar saya saja yang membawanya masuk, Kak." balas nya.

"Tapi kamarnya berantakan, sampah dimana-mana. Apa kamu yakin? Aish, kakak jadi malu, padahal ini bukan kamar kakak." sambung Bambang-Kakak laki-laki Ayu.

"Tidak apa, saya izin masuk ya..." jawab Arjuna lagi.

Bambang hanya menganggukkan kepalanya dan pasrah. Pria itu langsung turun ke lantai atas. Arjuna membaring'kan Ayu di atas kasur, setelah itu menatap sekeliling kamar gadis cantik itu. Pria tersebut membersihkan kamar Ayu dan tak sengaja melihat gelang pemberiannya yang masih disimpan oleh mantan kekasihnya itu.

"Jun,"

Ayu kembali mengigau menyebut nama Arjuna, pria tersebut berjalan ke arah kasur dan duduk di samping kasur milik Ayu. Ia menggenggam tangan mungil gadis tersebut dan mengecup singkat punggung tangan Ayu.

"Maaf," ucap Arjuna.

Kedua mata Ayu terbuka saat mendengar suara pria yang masih ada di dalam hatinya. Ayu terduduk sambil memegang kepalanya yang tiba-tiba sakit dan langsung masuk ke dalam kamar mandi, untuk bersiap-siap. Setelah selesai ia turun ke lantai bawah dengan berpakaian rapi, dan berpamitan pergi ke kampus.

"Sudah bangun?" tanya Nyonya Dara.

"Sudah, Nyonya." jawab Ayu dengan lemah sambil bersalaman dengan ibunya.

"Anak Mama kenapa?" tanya Nyonya Dara lagi.

Ayu hanya diam dan memakai sepatunya. Ia masuk ke dalam taksi yang ia pesan, dan menuju tempat ia berkuliah. Dua puluh menit ia berada di perjalanan, Ayu tiba di Universitas Kedokteran, para maba sudah memulai aktivitasnya dengan anggota BEM lainnya. Arjuna yang menyadari kedatangan Ayu, langsung menatap gadis cantik itu. Namun, hari ini gadis itu terlihat lemah dan seperti tidak enak badan. Ayu duduk bersandar di pohon rindang, sambil memakai almamater yang ia bawa.

"Kak Arjuna," sapa seorang maba wanita kepada Arjuna.

"Iya," balas Arjuna dengan singkat.

"Kenalin, nama aku Anisa. Fakultas dokter saraf, salam kenal ya Kak," sambung Anisa mengulurkan tangannya.

Arjuna membalas uluran tangan tersebut, "salam kenal kembali."

Bella naik ke atas panggung untuk mewakili Ayu yang tak enak badan. Wanita tersebut langsung menghidupkan mic dan menatap semua para maba yang sudah berbaris rapi di depannya.

"Baiklah, saya disini sebagai wakil ketua BEM, akan memberi tahukan hasil rapat kami semalam tentang kegiatan di hari terakhir masa ospek. Besok adalah hari terakhir kalian melakukan ospek, dan kami memutuskan agar kalian membuat surat untuk anggota BEM yang berada di depan kalian, ya seperti surat cinta, lalu kami akan membaca satu persatu di panggung ini. Jadi rangkailah kata-kata yang bagus agar kalian tidak malu, ehehe.." jelas Bella sambil terkekeh kecil.

Para maba mulai terlihat bahagia, karena ini kesempatan mereka untuk mengungkapkan isi hati pada Kakak senior mereka. Arjuna hanya diam dan terus saja menatap Ayu yang sedari tadi diam. Gadis itu merasakan ada yang sedang menatapnya, ia membalas tatapan Arjuna dengan mata yang terlihat sangat sayu.

"Dan untuk Arjuna, kamu 'kan murid pindahan. Jadi kamu tidak diwajib'kan untuk membuat surat cinta, tapi kalau kamu mau ya gak papa sih..." sambung Bella.

"Baik," balas Arjuna dengan singkat.

"Baiklah, lanjutkan kegiatan kali. Bubar barisan!" perintah Bella yang langsung turun dari panggung.

***

Ayu berjalan ke arah tim Arjuna, karena dia mendapatkan bagian untuk mengontrol tim tersebut.

"Berdiri semua," perintah Ayu.

Semua maba berdiri dan berbaris rapi di depan Ayu. Gadis itu, menatap satu persatu wajah maba yang seperti ketakutan di hadapannya. Ayu memberikan senyum tipis pada mereka, agar tidak terlalu canggung.

"Jangan takut, saya tidak makan orang..." ucap Ayu.

Para maba mengangguk dan Arjuna terus saja menatap Ayu, karena wajah gadis itu begitu pucat.

"Kita akan berkeliling Universitas ini, agar kalian bisa mengenal kampus tempat kalian berkuliah. Ayo ikut saya," sambung Ayu yang berjalan ke arah ruang laboratorium.

Tentunya semua para maba mengikuti Ayu dan anggota BEM lainnya. Ayu mulai menjelaskan kegunaan ruangan yang ada di Universitas Kedokteran Jogjakarta, kemudian menujukkan semua ruangan bahkan fasilitas yang diberikan pihak kampus untuk Mahasiswa/i nya.

"Saya yakin, kalian semua pasti sulit untuk mengingat satu persatu ruangan yang saya jelaskan tadi. Di setiap jalur sudah ada peta, jadi jika kalian menyasar atau lupa letak ruangan kalian tuju, kalian tinggal lihat saja di peta ini," jelas Ayu dengan ramah.

Semua maba mengangguk dan saat Ayu akan melangkahkan kakinya, tiba-tiba ada seorang wanita melompat dari lantai sepuluh dan darahnya mengenai wajah dan baju yang dikenakan Ayu. Semua maba ketakutan, dan tubuh Ayu mulai gemetar melihat kejadian tersebut. Anggota BEM menyuruh semua maba untuk mundur, sedangkan Bella mengambil tisu dan menghapus darah yang ada di wajah Ayu.

"Astaga, kenapa terus saja ada kejadian seperti ini?" ucap Bella yang menghapus darah di wajah Ayu.

Arjuna yang ingin menghampiri Ayu terdorong hingga jatuh, pria itu kesulitan untuk mendekati Ayu. Polisi datang dan memasukkan mayat ke dalam kantong berwarna kuning. Bella memegangi tubuh Ayu dan membawa sahabatnya menjauh dari mayat tersebut.

Arjuna berhasil keluar dari kerumunan maba, dan langsung menghampiri Ayu. "Kamu baik-baik saja?" tanyanya.

Ayu mengangguk dan menatap wajah Arjuna. "Bisa antar aku ke UKS," ucapnya sambil memegang baju yang dipakai Arjuna.

Pria itu langsung memegang tangan Ayu dan membawanya ke ruang UKS. Para maba terkejut melihat Ayu meminta tolong pada pangeran tampan mereka.

"Kalian urus mereka ya," ucap Bella.

Anggota BEM lainnya mengangguk dan Bella menyusul ke ruang UKS.

***

Di Ruang UKS.

Ayu duduk di atas kasur, sambil membuka almamater yang ia pakai. Arjuna duduk di depan gadis cantik tersebut dan membersihkan darah yang masih tersisa di wajah Ayu.

"Ayu," ujar Bella duduk di samping sahabatnya.

"Aish, kenapa setiap tahun ada saja yang mati sih. Selalu saja di hari kedua ospek," sambung Bella yang mulai takut.

"Memangnya setiap tahun seperti ini?" tanya Arjuna.

Bella mengangguk dan menghapus darah di baju Ayu. "Yang menjadi anggota BEM, pasti selalu melihat kejadian itu. Bukan hanya anak BEM saja, maba pun ikut melihatnya. Ada saja yang bunuh diri, yang tadi Kakak senior semester akhirnya, mungkin pusing memikirkan skripsi..." jelas Bella.

Arjuna langsung mengangguk tanda mengerti, dan kembali membersihkan wajah Ayu. Namun, gadis itu menahan tangan Arjuna.

"Bergabunglah dengan maba lainnya," ucap Ayu.

"Iya, pergilah. Nanti maba lain iri lagi, mereka panas-panasan kamu enak berteduh di sini..." sambung Bella.

"Bukan maksud kami mengusir, tapi kami hanya tidak mau dibilang pilih kasih," ujar Ayu.

"Aku paham, baiklah. Aku keluar dulu," jawab Arjuna sambil tersenyum.

"Terima kasih, Kak." sambung Ayu.

Arjuna tersenyum dan langsung keluar dari ruang UKS. Ia menyusul para maba lainnya, di ruang UKS hanya tersisa Ayu dan sahabatnya. Bella memberikan baju ganti untuk sahabatnya, dan Ayu langsung mengganti bajunya. Kedua gadis itu menatap ke arah pintu UKS dan ternyata seorang pria yang memakai kacamata tengah mengintip mereka.

"Woi, kurang ajar lo ya. Jangan kabur, lo siluman. Enak banget mata Lo ngintip kita berdua!" teriak Ayu yang berlari saat melihat pria itu kabur.

Bella menyusul sahabatnya, karena ia sangat ingin memberi pelajaran pada pria itu, yang sudah mengintip dirinya sedang buang air kecil di toilet kampus kemarin. Bella sangat muak, benar-benar sangat muak dan akan memberikan pukulan mautnya. Ia tidak terima ada yang mengintipnya saat berada di toilet. Ia merasa ternodai oleh pria tersebut, dan pria itu harus diberikan hukum. Jika perlu, ia lama membuat pria itu malu tujuh turunan. Bella, jika sudah marah, akan sangat berbahaya. [.]

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status