Share

Bab 6 : Takut Kehilangan.

Di Kediaman Keluarga Arjuna.

Pria itu memasukkan motornya ke dalam garasi. Drtt.. drtt.. tiba-tiba ponsel-nya bergetar, ia langsung mengambil ponsel yang ada di dalam tas-nya.

Wechat~

[Hallo, selamat sore. Maaf menganggu jam istirahat kalian, grup ini adalah grup khusus untuk Mahasiswa/i Universiatas Kedokteran Jogyakarta, jadi jika ada informasi penting kami akan langsung memberitahu kalian, lewat grup Wechat ini. Terima kasih.]

[Siap, Kak.]

[Wah, pasti banyak nomor cogan ini.]

[Boleh 'kan, kami save nomer kalian?]

[Silahkan.]

[Nomor Kak Ayu yang mana ya, anggota BEM gak pake foto, jadi sulit cari nomer Kak Ayu.]

[Padahal mau save nomer, Kak Ayu.]

[Save aja semua nomer.]

[Silent.]

Arjuna langsung menyimpan nomer yang mengirim pesan terakhir, karena dia mengetahui itu adalah Ayu. Pria itu memasukkan kembali ponsel-nya ke dalam tas, kemudian berjalan masuk ke dalam rumah menuju kamar pribadinya. Setelah tiba di dalam kamar, Arjuna langsung berbaring sambil memejamkan matanya. Ia membayangkan wajah Ayu, kemudian mengeluarkan ponsel-nya dan akan menelepon gadis cantik tersebut.

Lima detik berlalu, akhirnya Ayu mengangkat panggil video dari Arjuna.

[Astagfirullah, lo Kak Jun 'kan?]

"Iya aku Jun, kok kamu pakai istighfar kaya ngeliat hantu aja," jawab Arjuna terkekeh.

[Kak Jun dapet nomer gue darimana?]

"Wechat grup," jawab Arjuna.

[Lah, kok bisa tau kalo ini nomer gue kak?]

"Dari cara kamu bales chat," ucap Arjuna sambil menatap wajah Ayu yang cantik polos tanpa make up.

[Ah, gitu toh. Jangan diliatin terus Kak, nanti jatuh cinta.]

"Gak kenapa-napa kali kalau jatuh cinta," sambung Arjuna.

[Iyain dah, dari pada nangis. Permen jaman sekarang mahal, lima ratus perak cuma dapet dua biji. Dulu dapet lima, hehe.]

"Hehe, lagi ngapain kamu?" tanya Arjuna.

[Lagi ngerjain tugas, Kak. Eh, Kak Jun gak bikin surat cinta?]

"Oh iya aku jadi lupa, bentar ya. Jangan dimatiin, temenin aku bikin surat cintanya,"

[Fine.]

Arjuna tersenyum dan mengambil pena beserta kertas untuk menulis surat cinta. Ia duduk di meja belajar dan meletakkan ponsel-nya dekat pot bunga, yang ada di atas meja belajarnya.

[Udah.]

"Udah, aku mau buat suratnya dulu. Jangan dimatiin." jawab Arjuna.

Terlihat Ayu hanya membalas dengan anggukan, sambil menatap laptop-nya. Gadis itu memang benar-benar tengah sibuk, karena tugasnya menumpuk. Setiap pulang dari kampus mengurusi para maba, Ayu langsung mengerjakan tugas-tugas yang belum ia selesaikan. Arjuna menatap wajah Ayu dengan senyuman manis miliknya. Setelah beberapa menit kemudian, Ayu tertidur pulas di atas kasur dengan laptop yang menyala. Arjuna tersenyum dan menangkap layar saat melihat Ayu tengah tertidur.

"Selamat tidur," ucap Arjuna.

Pria itu berbaring di atas kasur sambil menatap wajah Ayu pada layar ponsel-nya. Arjuna ikut tertidur, karena tubuhnya terasa lelah.

***

Pagi Hari.

Semua maba sudah berkumpul di lapangan, dengan surat di tangan mereka. Anggota BEM meletakkan kotak dan maba langsung memasukkan surat ke dalam kotak surat kepada siapa yang mereka tuju. Surat maba pria amplop berwarna merah dan maba wanita berwarna pink. Kotak surat Ayu penuh dan anggota BEM pun mulai membaca surat yang mereka dapatkan satu persatu. Giliran Ayu yang mendapatkan banyak surat dari para maba pria. Ia menghela napas, dan sudah muak melihat surat-surat yang harus ia baca.

"Aku akan memilih satu surat untuk dibaca, sisanya nanti di ruang rapat aku baca. Karena suratnya terlalu banyak, dan akan menghabiskan banyak waktu..." ungkap Ayu.

Para maba mengangguk dan Ayu memilih satu surat cinta. Ia membuka surat tersebut, dan tidak melihat nama penulisnya.

"Oke, akan saya bacakan..." ucap Ayu.

~ Aku mencintaimu saat pertama kali melihatmu tengah duduk, bersandar dan memejamkan kedua matamu di sebuah pohon yang rindang. Saat aku melihat wajahmu, melihat senyummu, tingkahmu membuat aku semakin mencintaimu.

Kau selalu membuatku nyaman, jika aku ada di sampingmu. Kau selalu menyemangati ku disaat aku ingin menyerah.

Kau selalu ada untukku, disaat aku tengah membutuhkanmu. Kau adalah segalanya bagiku, senyuman mu adalah kebahagianku. Kau adalah hidup dan mati ku, terima kasih sudah hadir kembali di kehidupanku.

---------

Ayu menudukkan kepalanya dan menatap para maba lainnya. Ia memasukkan surat tersebut ke saku almamater yang ia pakai.

"Si penulis surat tidak ingin disebut namanya. Aku sangat berterima kasih kepada penulis surat, dan untuk kalian semua yang sudah berpartisipasi dalam acara ospek selama 3 hari ini. Besok adalah hari pertama kalian masuk kuliah, semoga kalian betah berkuliah di sini, sekarang kalian boleh masuk ke fakultas masing-masing dan Kak Arjuna sudah ditunggu Dekan di kantornya..." jelas Ayu.

"Baiklah, bubar barisan." sambung Ayu yang tersenyum hangat kepada maba yang sudah resmi menjadi Mahasiwa/i Universitas Kedokteran Jogyakarta.

Arjuna berjalan masuk ke dalam kantor Dekan, saat tiba di dalam ruangan. Pak Herman langsung menyuruh Arjuna untuk duduk di sofa.

"Sebentar ya, masih ada satu lagi yang belum datang.." ucap Pak Herman.

"Siap, Pak." balas Arjuna.

Tok!

Tok!

Ketukan pintu terdengar, dan terlihat Ayu membuka pintu ruangan sambil berjalan kearah Pak Herman.

"Duduk, Yu." perintah Pak Herman.

"Oke sekarang udah kumpul nih, bapak ada info buat kalian..." ujar Pak Herman.

"Apa itu, Pak?" tanya Ayu.

"Arjuna 'kan Mahasiswa pintar di Universitas Kedokteran Surabaya. Jadi apa kamu mau, ikut olimpiade antar Universitas 2 minggu lagi?" tanya Pak Herman.

"Olimpiade? Dimana, Pak?" tanya Arjuna.

"Bandung," balas Pak Herman.

"Kamu tidak sendiri, Arjuna. Ayu akan ikut denganmu, karena olimpiade itu membutuhkan dua orang kandidat. Jadi jika kalian setuju, 2 hari sebelum olimpiade di mulai kalian akan berangkat ke Bandung," jelas Pak Herman.

Ayu hanya diam dan menatap Arjuna, kemudian gadis itu mengangguk tanda setuju. Arjuna ikut mengangguk, tentunya Pak Herman bahagia dengan keputusan Mahasiswa/i nya.

"Baiklah, kalian boleh keluar sekarang..." ujar Pak Herman.

"Baik, Pak." jawab Ayu dan Arjuna dengan bersamaan.

Mereka pun keluar dari ruangan dan berjalan beriringan di koridor kampus. Ayu berbelok ke arah belakang kampus, Arjuna pun berbelok dan mengikuti gadis itu. Saat sudah berada di belakang kampus, Ayu mengeluarkan surat cinta yang ditulis Arjuna untuknya.

"Masih ingat dengan pertemuan pertama kita?" tanya Ayu.

"Pertemuan itu tidak akan pernah aku lupakan.." jawab Arjuna.

"Apa alasanmu mengakhiri hubungan kita 5 tahun yang lalu?" tanya Ayu.

Arjuna hanya terdiam dan menundukkan kepalanya. Berat rasanya untuk berbicara, saat pria itu ingin memberikan alasan kenapa ia memutuskan Ayu. Tiba-tiba debu mengenai hidung Arjuna, sehingga terhirup oleh pria tampan itu. Dada Arjuna mulai sakit dan kesulitan untuk bernapas. Ayu memegangi tubuh Arjuna, dan mencari alat pernapasan pria tampan tersebut.

"Astagfirullah, kenapa gak dibawa lagi, Kak." ucap Ayu.

Arjuna sudah hampir tidak bisa bernapas, akhirnya Ayu memberikan napas buatan untuk mantan kekasihnya. Gadis itu memeluk Arjuna dan meneteskan air matanya saat melihat pria yang masih ia cintai sedang sekarat. Ia terus berusaha memberikan napas buatan, agar Arjuna bisa bernapas dengan teratur. Ayu melepaskan tautannya dan menatap Arjuna yang masih kesulitan bernapas. Gadis itu kembali memberikan napas buatan untuk Arjuna, sudah dua puluh detik berlalu pria itu menepuk pelan bahu Ayu.

"Bagaimana? Apa sudah enak 'kan?" tanya Ayu dengan mata berkaca-kaca.

"Sudah," jawab Arjuna tersenyum lemah.

"Sudah aku bilang, jangan lupa bawa alat pernapasan Kakak. Kenapa susah sekali dibilangin, kalau terjadi sesuatu sama Kakak bagaimana?" ucap Ayu yang akhirnya menangis, karena tidak sanggup menahan sedihnya.

Arjuna memeluk Ayu yang sedang menangis dan mengusap punggung gadis tersebut. "Kenapa Kakak susah sekali dibilangin sih, sifatnya tidak pernah berubah. Aku takut terjadi sesuatu denganmu, Kak." tangis Ayu semakin menjadi dan Arjuna semakin memeluk erat tubuh gadis cantik itu.

Ayu membalas pelukan mantan kekasihnya tersebut, dan menenggelamkan wajah ke dada bidang milik Arjuna. Ia terus menangis, di belakang kampus, karena panik melihat Arjuna sempat kesulitan untuk bernapas.

***

Sudah sepuluh menit berlalu.

Ayu duduk sedikit jauh dari Arjuna. Mata gadis itu bengkak dan sesekali melirik pria yang tengah duduk di sampingnya.

"Kakak yakin, baik-baik saja?" tanya Ayu.

"Iya, aku baik-baik saja..." jawab Arjuna yang memperlihatkan senyumnya kepada Ayu.

Gadis itu mendekati Arjuna dan membantu pria itu untuk berdiri. Posisi mereka sekarang tengah berdiri dan saling berhadapan.

"Masuklah ke ruangan, Kakak. Jika memerlukan sesuatu telepon saja," ujar Ayu yang menunduk 'kan kepalanya.

"Baiklah, ayo bersama. Bukankah, fakultas jurusan dokter bedah dan dokter gigi bersebelahan..." jawab Arjuna.

"Aku masih banyak tugas di aula, Kak." sambung Ayu.

"Akh," rintih Arjuna.

"Kakak kenapa? Mana yang sakit, kasih tau Ayu..." ujar Ayu yang begitu panik.

"Bisa antar aku, untuk melihat ruang belajar ku besok?" tanya Arjuna sambil tersenyum.

"Kakak bikin takut saja. Baiklah, ayo dan setelah itu pulang," sambung Ayu memopong Arjuna menuju fakultas jurusan dokter bedah.

Setelah selesai, Ayu membawa Arjuna ke gerbang masuk Universitas. Taksi pesanan Ayu pun datang, gadis itu masuk ke dalam taksi dan Arjuna pun ikut masuk.

"Jalan sudirman ya, Pak." ucap Ayu.

Taksi pun berjalan menuju alamat tujuan. Arjuna menyandarkan kepalanya ke bahu milik Ayu, kemudian memejamkan kedua matanya dan akhirnya tertidur pulas. Ayu menggenggam tangan Arjuna dan tidur pria itu semakin pulas.

Beberapa menit di perjalanan, akhirnya taksi berhenti di depan rumah Arjuna. Ayu menggoyangkan tubuh pria tampan itu, namun Arjuna tak kunjung bangun.

"Kak, udah nyampe." ucap Ayu yang berusaha membangunkan Arjuna.

Akhirnya pria itu bangun dan menatap Ayu dengan tatapan lemah. Napasnya kembali sesak, Ayu langsung keluar dari dalam mobil setelah membayar ongkos taksi.

"Ayo kita keluar, Kak." ucap Ayu memopong Arjuna.

"Dadaku sesak," jawab Arjuna.

"Tahan, Kak." sambung Ayu.

Mereka tiba di depan pintu rumah dan Mbok Siti pun membuka pintu. "Kamar Kak Jun dimana, Mbok?" tanya Ayu.

"Di atas," jawab Mbok Siti sambil membantu anak majikannya masuk ke dalam kamar.

***

"Alat untuk pernapasan Jun di mana, Mbok?" tanya Ayu.

Mbok Siti memberikan alat pernapasan, Ayu memasangkan alat itu kepada Arjuna. Mbok Siti keluar kamar untuk menyiapkan minum untuk Arjuna dan Ayu.

"Kak," panggil Ayu.

Arjuna menatapnya dengan tatapan lemah, sambil menggenggam tangan Ayu dengan erat.

"Jangan pergi,"

Ayu menganggukkan kepalanya dan membalas genggaman Arjuna. Ia mengusap lembut rambut milik pria yang masih ada di hatinya itu.

"Cepat sembuh, Kak. Please jangan sakit seperti ini. Aku gak kuat liatnya..."

Akankah mereka kembali menjalin hubungan seperti 5 tahun yang lalu? Atau malah sebaliknya? [.]

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status