Share

Bab 5 : Rasa Malu.

Ayu melempar batu ke arah punggung pria yang mengintipnya tadi. Tentunya pria tersebut terjatuh di halaman kampus, dilihat oleh seluruh anak maba dan BEM lainnya.

"Eh itu 'kan yang ngintip aku pas ganti baju di toilet," ucap salah satu anggota BEM.

"Iya, dia juga ngintip aku buang air kecil kemarin. Aa aku takut banget," sambung anggota BEM lainnya.

Semua orang saling berbisik dan Bella menampar wajah pria yang terjatuh di halaman kampus. Ayu berjongkok, dan mengatur napasnya karena habis berlari.

"Ini si mesum kagak ada akhlak, ngintip gue di toilet waktu gue buang air kecil. Terus tadi ngintip Ayu ganti baju. Kurang aja banget lo ya! Kurang belaian dari cewe lo ha! Mau gue colok mata Lo pakai besi panas!" bentak Bella menampar kembali wajah pria itu.

Arjuna kesal saat mendengar ucapan Bella, dan mendekati pria tersebut, namun ditahan oleh Anisa. Pria itu menepis tangan Anisa, dan berjalan ke arah Bella.

Bruk!

Satu pukulan mendarat di wajah pria yang sudah berani mengintip Ayu saat mengganti bajunya. Arjuna menarik kerah baju pria tersebut dan mengambil ponsel yang ada di saku si tukang cabul. Arjuna membuka ponsel dan melihat banyak foto Ayu di galeri miliknya. Tentunya Arjuna murka dan menghapus foto tersebut.

Bruk!

Satu pukulan lagi mendarat di wajah si pria cabul. Ayu berlari dan menghentikan Arjuna yang tengah marah. "Kak Jun, sudah." gumam Ayu dengan pelan.

"Lepas Ayu, dia harus diberi pelajaran. Kurang ajar sekali, memotret kamu sembarangan!" tegas Arjuna yang sudah dipenuhi amarah.

"Udah, Kak Jun. Sabar, orang-orang terus memperhatikanmu," sambung Ayu menarik tangan Arjuna menjauh dari halaman.

Bella dan yang lain hanya menatap kepergian mereka, kemudian membawa pria cabul itu ke kantor polisi. Acara ospek selesai, semua maba dan anggota BEM dipulang 'kan, kecuali Ayu dan Arjuna yang masih di kampus dan yang membantu Bella membawa si cabul ke kantor polisi.

***

"Tahan emosimu," ucap Ayu yang menghentikan langkahnya di bawah tangga.

Arjuna bersandar di dinding sambil memegang kepalanya, agar emosinya mereda. Ia berjongkok, sambil menghela napas dengan sangat kasar. Ayu mendekati Arjuna dan berjongkok di depan mantan kekasihnya.

"Emosimu belum pernah berubah," ucap Ayu.

"Bagaimana aku tidak emosi, kamu dilecehkan seperti itu. Fotomu sudah banyak di galerinya, ingin rasanya aku menghajarnya habis-habisan, jika perlu dia mati di tanganku..." jawab Arjuna yang sudah sangat kesal.

Napas pria itu sudah tak teratur, Ayu memeluk Arjuna dengan hangat. Pria itu mematung dan seketika emosi-nya langsung mereda.

"Jangan emosi," ujar Ayu yang menenangkan Arjuna.

Arjuna membalas pelukan mantan kekasihnya dan memejamkan kedua matanya. Anisa yang melihat dari kejauhan, mengepal tangannya karena cemburu melihat adegan pelukan Ayu dan Arjuna. Wanita itu menghentak 'kan kaki dan pergi dari kampus.

"Terima kasih," tutur Ayu dengan lembut.

"Untuk?" tanya Arjuna yang masih setia memejamkan matanya.

"Semuanya, tentang pertanyaan semalam. Aku tidak pernah membencimu, karena itu bukan salahmu, melainkan takdir yang tidak menginzinkan kita untuk bersama dan membuat kita berpisah." sambung Ayu melepas pelukannya.

Arjuna menatap Ayu dan memegang tangan gadis cantik itu. "Tapi takdir mempertemukan kita kembali. Jadi kita sudah diizinkan untuk bersama kembali..." jawab Arjuna.

"Kita lihat kedepannya, jika takdir benar-benar mengizinkan kita untuk kembali bersama. Pasti kita akan bersama lagi dan menjalin hubungan seperti 5 tahun yang lalu," jelas Ayu.

Gadis itu berdiri dan mengulurkan tangannya, Arjuna membalas uluran tangan tersebut. "Aku pulang dulu," ucap Ayu yang melepas pegangannya.

Ayu berjalan menelusuri koridor kampus dan berjalan ke arah gerbang Universitas. Arjuna mengikuti gadis itu dari belakang dan langsung mengambil motor yang terletak di tempat parkir. Ia menghidupkan motor dan mendekati Ayu yang berdiri di depan gerbang untuk masuk Universitas.

"Aku antar," tawar Arjuna.

"Tidak, aku bisa pulang sendiri..." balas Ayu.

"Sekarang udah aku, kamu ya." sambung Arjuna yang tersenyum kecil.

"Ah, perasaan lo aja kali..." jawab Ayu lagi yang langsung gugup.

Arjuna memakai 'kan helm ke kepala Ayu dan menarik tangan gadis itu agar duduk di bangku belakang motornya. Ayu naik ke atas motor dan memegang jaket yang dikenakan Arjuna.

"Pegang yang erat, nanti kamu jatuh.." ujar Arjuna.

Ayu memegang jaket dengan kuat dan pria itu menghidupkan motornya. Mereka pun menuju rumah Ayu yang membutuhkan 20 menit perjalanan. Arjuna tiba-tiba rem mendadak saat ada kucing yang menyeberang jalan. Tentu, Ayu langsung melingkarkan tangannya di pinggang Arjuna karena kaget.

Pria itu terkejut dan langsung mematung saat merasakan tangan Ayu berada di pinggangnya. Arjuna melanjutkan perjalanan, dan Ayu langsung melepaskan tangannya dari pinggang pria tampan itu.

"Pegangan, nanti kamu jatuh.." ucap Arjuna yang sekarang jantungnya berdetak sangat kuat.

"Lo modus ya," jawab Ayu.

"Enggak, seriusan. Aku gak modus, tadi memang ada kucing menyeberangi jalan.." sambung Arjuna.

Ayu hanya diam dan kembali memegang jaket yang dikenakan Arjuna. Namun, pria itu malah menghentikan motornya dan memegang tangan wanita cantik itu, kemudian melingkarkan ke pinggangnya.

"Pegangan biar gak jatuh," ujar Arjuna yang tersenyum ke arah Ayu.

Wanita itu hanya mengangguk pelan dan Arjuna langsung menghidupkan kembali motornya, menuju rumah Ayu.

***

Di Kediaman keluarga Ayu.

Arjuna menghentikan motornya di depan pintu gerbang, Ayu turun dan mengembalikan helm yang ia pakai.

"Terima kasih," ucap Ayu.

"Sama-sama, aku pergi dulu ya," jawab Arjuna.

Namun, saat motor Arjuna akan pergi. Ada sebuah mobil menghalangi jalan pria tampan tersebut. Tuan Alif dan Nyonya Dara turun dari mobil, menghampiri Arjuna. Tentunya pria itu turun dari motor miliknya dan bersalaman dengan orang yang lebih tua. Ayu juga menyalami tangan kedua orang tuanya.

"Masuk yuk, Arjuna." ucap Tuan Alif.

"Memangnya boleh, Om?" tanya Arjuna.

"Tentu saja boleh, ayo masuk 'kan motor mu lebih dulu.." sambung Tuan Alif.

Arjuna naik ke atas motornya dan memasuki halaman rumah kedua orang tua Ayu. Tuan Alif masuk ke dalam mobil, kemudian meletakkan mobil nya di garasi.

"Bunda kenal sama, Kak Arjuna?" tanya Ayu yang penasaran.

"Ya kenallah, dia 'kan anak Tante Winda dan Om Candra. Kamu kadang panggil Mama, kadang bunda, labil sekali." balas Nyonya Dara.

"Apa? Bunda gak becanda 'kan." sambung Ayu.

"Ngapain Bunda becanda, seriusan itu anak Tante Winda mu," balas Nyonya Dara dan masuk ke dalam rumah.

Ayu masih mematung melihat kedua orang tuanya dan Arjuna masuk ke dalam rumah. Bambang yang ada di garasi, memukul wajah Adik perempuannya hingga memerah dan berlari ke dalam rumah.

"Woi, Bambang! Kagak ada akhlak ya Lo!" teriak Ayu yang mengejar Bambang.

Lari sang Kakak terhenti saat melihat Arjuna tengah duduk di sofa ruang tamu bersama ayahnya. Bambang tersenyum dan berjalan ke arah sofa ruang tamu.

"Yang tadi pagi 'kan?" tanya Bambang.

"Iya, Kak." balas Arjuna.

Plak!

Satu tamparan mendarat di wajah Bambang, sehingga pria itu menatap tajam ke arah adiknya.

"Astagfirullah, Ayu. Abangnya kok dipukul..." ucap Tuan Alif.

"Abang duluan, Ayah. Lihat wajah Ayu jadi memerah.." balas Ayu.

"Dih wajah lo aja yang sensitif," sahut Bambang yang tak mau kalah.

Nyonya Dada mencubit perut anak laki-lakinya dengan pelan dan meletakkan minuman di atas meja ruang tamu. Arjuna tersenyum ke arah Nyonya Dara dan menatap Ayu yang tengah menatapnya dengan kondisi pipi memerah.

"Astagfirullah, Bambang. Lihat wajah adikmu memerah ini," ujar Nyonya Dara yang mencubit kembali perut anak pertamanya.

"Akh, iya maaf, Bunda." balas Bambang.

"Masuk kamar sekarang juga," perintah Nyonya Dara dengan nada tegas.

Bambang mengangguk dan membisik 'kan sesuatu ke telinga adiknya. "Bilang makasih, karena dia kamar lo tadi pagi bersih. Terus minta maaf, tadi lo peluk dia loh," bisik Bambang membuat Ayu langsung mematung dan wajahnya memerah karena merasa malu.

Nyonya Dara membawa Ayu duduk di samping Arjuna, sedangkan Bambang hanya tertawa pelan dan berlari menuju kamarnya.

"Kalian saling kenal?" tanya Tuan Alif.

"Kami satu kampus, Om. Kebetulan Jun berkuliah di kampus yang sama dengan anak, Om." tutur Arjuna dengan ramah.

"Benarkah? Wah, bagus itu. Jadi Om gak perlu khawatir lagi dengan Ayu yang sering telat pulangnya, 'kan ada kamu yang bisa jagain Ayu..." sambung Tuan Alif.

"Ayah," ujar Ayu yang menatap Tuan Alif dengan tatapan tajam.

Arjuna tersenyum. "Ya, kalau anak Om mau dan gak risih, Jun mau menjaga-nya..." jawab Arjuna.

Ayu menundukkan kepalanya dan semakin malu dengan Arjuna. Nyonya Dara tersenyum nakal melihat putrinya yang menundukkan kepala, untuk menyembunyikan wajah merahnya.

"Pasti malu dia," sahut Nyonya Dara.

'Mak sama Bapak gue, bikin gue makin malu aja dah,-' batin Ayu.

"Baiklah Tante, Arjuna akan menjaga anak gadis Tante dan Om. Tapi tanpa disuruh pun Arjuna akan menjaga-nya dengan baik," sambung Arjuna yang menatap kedua orang tua Ayu.

Gadis itu langsung menatap Arjuna dan kembali menundukkan kepalanya. Bambang keluar dari kamar dan menghampiri Ayah dan ibunya yang ada di ruang tamu.

"Bah, muka lo kenapa dek? Haha si Ayu malu ya, makanya kamar dibersihkan. Noh, cowok yang masuk kamar Lo tadi pagi, terus Lo pakai peluk dia lagi," ungkap Bambang yang tertawa puas.

Ayu menatap tajam kakaknya dan mengepal kedua tangannya. Arjuna menatap Ayu, kemudian menyentuh tangan gadis itu agar tidak marah.

"Ini anak, suka banget ganggu adiknya. Nanti kalau gak ada adiknya nangis!" tegas Nyonya Dara.

"Namanya juga sayang, Bunda. Jadi harus gangguin dia terus..." balas Bambang yang langsung membulatkan matanya saat Arjuna memegang tangan Ayu.

"Tangan kondisi 'kan," ujar Bambang yang langsung duduk di tengah antara Ayu dan Arjuna.

"Akh, tangan gue bang..." teriak Ayu saat tangannya di duduki sang Kakak.

Arjuna menatap Tuan Alif dan Nyonya Tiara. "Tante, Om, Kak, Arjuna pulang dulu ya. Hari sudah semakin sore..." ujar Arjuna dengan lemah lembut.

"Ah, baiklah. Hati-hati di jalan ya," balas Tuan Alif.

"Baik Om, permisi." sambung Arjuna lagi.

"Ayu, antar Arjuna ke depan rumah gih.." sahut Nyonya Tiara.

Ayu mengangguk pelan dan berjalan lebih dulu. Arjuna tersenyum kecil, kemudian menyusul Ayu yang sudah berada di dekat motor-nya. Pria itu memasang helm dan menatap Ayu yang masih menunduk karena malu.

"Santai saja, Ayu. Kamarmu gak terlalu berantakan kok.." ucap Arjuna.

"Benarkah?" tanya Ayu.

"Iya, hanya kamu harus membuang sampah ke tempatnya ya..." sambung Arjuna terkekeh kecil.

Gadis itu kembali menunduk, Arjuna memegang tangan Ayu dan menatap kedua mata wanita cantik tersebut. "Santai saja, jangan malu." jelas Arjuna.

"Maaf, sudah memelukmu tadi. Aku kalau tidur emang gak liat orang yang dipeluk." jawab Ayu.

"Tidak apa, malah aku suka. Ada kenyal-kenyalnya gitu..." ucap Arjuna lagi, sambil menggoda Ayu.

Plak!

Ayu memukul pelan helm yang dipakai Arjuna dan menatap pria itu dengan tatapan datar. "Dasar mesum,"

"Haha, bercanda jangan terlalu dibawa serius. Yasudah aku pulang dulu ya," balas Arjuna menatap Ayu.

"Ya sudah, jangan terus tatap gue. Nanti jatuh cinta lagi," jawab Ayu dengan pede-nya.

Arjuna tertawa karena merasa gemas melihat wanita yang ada di dekatnya itu. Ia menghidupkan motornya dan keluar dari halaman rumah Ayu dengan perasaan yang sangat bahagia.

'Alasanku mencintaimu, karena kamu selalu membuatku bahagia dan nyaman, Ayu.-' batin Arjuna. [.]

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status