Share

Bab 7 : Ciuman.

Arjuna bangun dari tidurnya dan melihat ada bubur serta susu hangat di atas meja belajar. Ia berjalan ke arah meja belajar dan melihat bubur yang di tengahnya terhias daun bawang, serta bawang goreng kesukaannya. Di sampingnya ada sebuah kertas yang bertulisan.

- Maaf, aku harus pergi karena ada rapat di kampus. Jangan lupa makan, dan maaf kalau bubur buatanku tidak enak. Cepat sembuh. -

Pria itu hanya tersenyum bahagia dan duduk, kemudian memakan bubur buatan Ayu. Setelah selesai, ia keluar dari dalam kamar, dan terlihat Nyonya Winda masuk ke dalam rumah langsung memeluk putra bungsunya.

"Sayang, kamu baik-baik saja 'kan.." ucap Nyonya Winda dengan nada khawatir.

"Aku baik-baik saja, Ma." balas Arjuna.

"Sudah makan?" tanya Nyonya Winda.

"Sudah, Ma. Baru saja Arjuna selesai makan," sambung Arjuna.

"Syukurlah, sayang. Siapa yang membawamu pulang? Kamu juga kenapa susah sekali disuruh bawa alat pernapasan. Sudah tau alergi debu, masih juga bandel," ungkap Nyonya Winda.

"Iya, maaf Ma." tutur Arjuna dengan sopan.

Nyonya Winda membawa anaknya duduk di atas sofa, dan Putra masuk ke dalam rumah dalam keadaan lelah. Ia berbaring di sofa ruang tamu sambil memejamkan matanya.

"Sudah pulang? Bagaimana kuliahmu?" tanya Nyonya Winda pada putra sulungnya.

"Pusing, Ma. Ada saja yang diberikan tugas, bisa gila aku lama kelamaan..." balas Putra yang memang terlihat letih.

"Namanya juga cari ilmu, ya pasti banyak diberikan tugas. Bawa santai nak, jangan terburu-buru..." sambung Nyonya Winda.

"Mandi sana, nanti kalian berdua ikut Mama..." ujar Nyonya Winda lagi.

"Kemana, Ma?" tanya Arjuna dan Putra bersamaan..

"Ke rumah sahabat, Mama." balas Nyonya Winda.

Putra dan Arjuna menganggukkan kepala mereka, kemudian masuk ke dalam kamar untuk bersiap-siap. Nyonya Winda menunggu Tuan Candra pulang, karena mereka sudah ada janji makan malam di rumah keluarga Nyonya Dara.

***

Jam 19.00 WIB.

Keluarga Tuan Candra baru saja sampai, dan tengah duduk di sofa ruang tamu. Arjuna menatap ke sekeliling ruangan, untuk mencari keberadaan Ayu namun nihil, tidak ada tanda-tanda wanita cantik itu di rumah.

"Anak-anak kamu dimana, Dara?" tanya Nyonya Winda.

"Mereka belum pulang, katanya ada urusan penting yang harus dikerjakan..." jawab Nyonya Dara.

"Oo, begitu." sambung Nyonya Winda.

"Anakmu, ganteng semua loh, Winda." ucap Nyonya Dara.

"Makasih, anak kamu juga ganteng dan cantik..." sambung Nyonya Winda.

"Tapi bandel, kerjaannya ribut mulu. Gak ada yang mau mengalah, tabok sana tabok sini sampe merah pipi mereka berdua. Heran kadang kalau melihat mereka, kaya anak kecil..." sahut Tuan Alif.

"Itu biasa, Alif. Namanya juga Adik dan Kakak, ada saja yang membuat pertengkaran, kalau gak Kakak pasti adiknya. Gak jauh beda sama anakku, Lif." jawab Tuan Candra.

"Haha, kamu benar. Tapi dulu aku dan kakakku tidak seperti mereka.." sambung Tuan Alif.

"Lihatlah wajah anakmu, mereka mirip. Tentunya mereka sering bertengkar, seperti itulah cara mereka agar dekat. Apalagi satu cewek, satu cowok." jelas Tuan Candra.

"Benar-benar, dan itu motor Bambang si biang rusuh sudah masuk ke garasi, hehe." ucap Tuan Alif terkekeh.

Bambang dan Ayu masuk ke dalam rumah, namun terlihat gadis cantik itu kesulitan membuka sepatunya. Bambang membantu adiknya dan meletakkan sepatu di tempatnya. Mereka melangkah masuk dan seketika terkejut saat melihat ada tamu di ruang tamu.

"Kalian berkelahi lagi!" tegas Nyonya Dara.

Kedua orang itu langsung menunduk dan menyembunyikan wajah yang terluka. Arjuna dan keluarganya menatap mereka dalam diam.

"Jelaskan," ucap Tuan Alif.

"Tadi ada preman yang memukul kakek-kakek, jadi Ayu dan Bang Bambang langsung bantuin. Eh, kena pukul di bibir jadi robek ujung bibir kita..." jelas Ayu yang gugup.

Tuan Alif menghela napasnya dan menggeleng 'kan kepala. Pria paruh baya itu berjalan ke arah kedua anaknya, kemudian melihat bibir Ayu dan Bambang yang terluka cukup parah.

"Ya Allah, obati cepat! Kalau berbekas gimana, nanti wajah kalian jelek." ujar Tuan Alif.

"Cepat obati!" sahut Nyonya Dara yang kesal.

"Ayolah Ayah dan Bunda tersayang, ya kali karena luka dikit Bambang jadi jelek. Gak mungkin," jawab Bambang.

"Pede ya," ujar Tuan Alif menjewer anak sulungnya.

"Iya, maaf Ayah." balas Bambang yang melepaskan diri dari ayahnya dan menarik tangan adiknya masuk ke dalam kamar.

Tuan Candra dan Nyonya Winda hanya tertawa kecil melihat, tingkah kedua orang itu yang sangat menggemaskan bagi mereka. Putra menatap Arjuna diam, karena sedari tadi memperhatikan Ayu. Nyonya Dara dan yang lain menuju ruang makan, karena acara makan malam akan dimulai. Ayu dan Bambang turun ke lantai bawah, menuju ruang makan. Mereka duduk di depan keluarga Tuan Candra dengan wajah memar. Arjuna tersenyum kecil ke arah Ayu, dan tentunya dibalas oleh gadis cantik itu. Mereka pun mulai makan, sambil berbincang untuk melepas rindu.

Drtt...drtttt... ponsel Ayu bergetar pertanda ada pesan masuk. Ia membuka ponsel-nya menatap kesal isi pesan masuk tersebut.

"Siapa?" tanya Bambang.

"Penggemar," jawab Ayu lanjut makan.

"Bah, sok banget lo..." sambung Bambang.

"Lo liat ini, Bang. Cowok semua yang nge-chat gue, ganjen banget 'kan mereka. Iya gue emang cakep, tapi kalau di chat mulu jadi risih," ucap Ayu yang memperlihatkan 100 pesan masuk belum dibuka oleh Ayu.

Bambang melihat satu persatu pesan masuk dari ponsel adiknya, dan terkejut saat melihat hanya nama Arjuna yang di save oleh adiknya. Ia menujuk nama tersebut dan menatap adiknya dengan tatapan curiga.

"Ah-- itu--, bukan urusan lo..." ucap Ayu yang lanjut makan.

Bambang menatap Arjuna dan Ayu bergantian, kemudian ia memukul meja makan, membuat semua orang terkejut dan langsung menatap ke arah pria tampan itu.

"Bunda, Ayah. Bambang gak mau ya kalau Ayu punya pacar, nanti dia cuekin Bambang!" rengek Bambang.

Ayu hanya menatap kakaknya dengan tatapan bingung, dengan posisi paha ayam dalam mulutnya. Arjuna yang melihatnya tersenyum, karena Ayu terlihat begitu menggemaskan saat itu. Putra menatap Ayu, dan mulai menyukai gadis yang ada di hadapannya.

"Apaan dah lo, makan gih jangan banyak bicara..." ujar Ayu memasukkan paha ayam ke mulut kakaknya.

Bambang menatap tajam adiknya dan memakan paha ayam tersebut. Nyonya Winda, Tuan Candra, Tuan Alif dan Nyonya Dara hanya menggeleng 'kan kepala mereka melihat Bambang yang terlihat cemburu saat adiknya dekat dengan pria lain.

***

Setelah makan malam selesai, Ayu duduk di depan rumah sambil membaca novel kesukaannya. Arjuna datang dan duduk di samping gadis cantik itu, sedangkan Putra kesal saat melihat Arjuna sudah lebih dulu ada di dekat Ayu.

"Lagi ngapain?" tanya Arjuna.

"Baca novel," balas Ayu.

"Ooo," jawab Arjuna.

Ayu menutup novel yang ia baca dan meletakkan-nya di atas meja. Gadis itu mendorong kursi ke depan Arjuna, kemudian ia menatap wajah pria tampan itu dengan detail.

"Sudah baikan?" tanya Ayu.

Arjuna menganggukkan kepalanya dan menatap kedua mata Ayu. Gadis itu mengeluarkan permen di saku sweater yang ia pakai, lalu ia langsung saja memberikan-nya ke Arjuna.

"Makanlah, bukan kah Lo dulu suka banget permen susu ini..." ucap Ayu yang membukakan permen dan menyodorkan-nya ke arah Arjuna.

Pria itu membuka mulut dan memakan permen yang ada di tangan Ayu. Mereka saling tatap, kemudian Ayu sadar dan langsung pindah posisi tempat duduknya. Arjuna hanya tersenyum kecil, sambil memegang tangan Ayu yang terletak di atas meja. Gadis itu terkejut, seketika dia mulai gugup dan menjauhkan tangannya dari tangan Arjuna.

"Aku yakin kita akan bersama kembali, seperti 5 tahun yang lalu..." ucap Arjuna.

"B--bukankah kita sudah bersama.." jawab Ayu yang gugup.

"Saat ini, kita bersama seperti teman dan suatu saat kita akan bersama sebagai sepasang kekasih," sambung Arjuna.

Ayu langsung terdiam dan mengalihkan pandangannya dari Arjuna. Pria itu berdiri, kemudian berjongkok di depan Ayu.

"Aku tau kamu kecewa, dengan keputusanku 5 tahun yang lalu. Tapi saat itu aku ada alasan tertentu, untuk mengakhiri hubungan kita..." ujar Arjuna.

"Sudahlah, Kak. Aku tidak ingin membahas tentang masa lalu," jawab Ayu yang menatap Arjuna dan entah apa yang di pikiran gadis itu.

Cup!

Tiba-tiba Ayu mengecup singkat bibir Arjuna, membuat pria itu terkejut. Gadis itu mengusap rambut Arjuna dengan lembut dan tersenyum kecil ke arah pria yang masih ia cintai.

"Dulu aku pernah berdoa, semoga ciuman pertamaku bersamamu. Ternyata doaku terkabulkan, di perpustakaan, aku memberikan ciuman pertamaku padamu..." ucap Ayu.

Arjuna tersenyum dan menggenggam tangan Ayu dengan erat. Pria itu membawa Ayu ke balik tembok rumah, membuat punggung gadis itu tersandar ke dinding. Pria itu mendekatkan bibirnya, ke bibir Ayu dan mereka pun melakukan ciuman yang sebenarnya. Bukan kecupan singkat melainkan ciuman yang sangat intim. Ayu membalas ciuman tersebut dan melingkarkan tangannya di pinggang Arjuna. Setelah cukup lama mereka berciuman, Arjuna menyudahi adegan itu dan menatap Ayu.

"Aku akan mendapatkanmu kembali, dan membuatmu untuk menerimaku menjadi kekasihmu lagi," ucap Arjuna.

"Aku menunggumu," jawab Ayu.

Pria itu tersenyum dan mendekatkan bibirnya kembali ke bibir Ayu,

"Arjuna!" teriak Nyonya Winda membuat Arjuna harus melepaskan tautannya dan menatap Ayu.

"Pergilah," ucap Ayu.

Arjuna menganggukkan kepalanya dan berjalan ke arah orang tuanya. Nyonya Winda menghapus bibir anaknya, saat bibir Arjuna terlihat basah dan ada lip gloss di ujung bibirnya.

"Anak Mama pakai lip gloss?" tanya Nyonya Winda.

Pria itu menghapus lip gloss itu dan meng'iyakan ucapan ibunya. Tuan Candra dan Putra berjalan keluar rumah bersama keluarga Ayu.

"Kami pulang dulu ya," ucap Tuan Candra.

"Hati-hati di jalan," jawab Tuan Alif.

"Makasih atas makan malamnya," sahut Nyonya Winda.

"Sama-sama, kalau ada waktu kita kumpul lagi ya," balas Nyonya Dara.

Mereka menganggukkan kepalanya dan keluarga Tuan Candra masuk ke dalam mobil. Arjuna menatap Ayu yang masih di balik tembok rumah, yang tersenyum kecil ke arahnya. Pria itu masuk mobil dan mereka pun pulang ke rumah. Bambang menatap ke sekeliling halaman, mencari Ayu tapi tidak juga menemukannya. Saat ia akan masuk ke dalam rumah, Ayu naik ke atas punggungnya sambil menggigit telinga sang Kakak.

"Akh, sakit woi!" teriak Bambang.

"Sakit 'kan, makanya jangan menggigit telinga gue kemarin," balas Ayu turun dari punggung kakaknya.

Bambang melihat bibir adiknya yang belepotan. Ia membersihkan bibir Ayu dengan tisu dan menatap curiga kearah sang Adik.

"Lo habis ciuman dengan siapa?" tanya Bambang.

Ayu terkejut, tapi dia harus terlihat tetap santai. Gadis itu memukul pelan bahu kakaknya dan menatap tajam sang Kakak.

"Ciuman apa? Lo mah kebanyakan nonton drakor, jadi otak mesum mulu..." jawab Ayu yang masuk ke dalam rumah.

Bambang hanya diam dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia ikut masuk ke dalam rumah, sambil berpikir tentang lip gloss adiknya yang berantakan.

'Gue yakin dia baru selesai ciuman,-' batin Bambang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status