Lima belas tahun lalu ….
“Om, kita mau ke mana? Mama nggak ikut?” tanya seorang anak laki-laki yang berumur tiga belas tahun. Ia sedang berada di sebuah mobil bersama dengan seorang laki-laki, yang ternyata adalah pamannya.
“Mama nanti nyusul, ya. Kamu ikut sama Om dulu,” jawab laki-laki itu cepat. Matanya masih fokus menatap jalan, mobilnya pun dipacu dengan cepat. Sepertinya mereka sedang terburu-buru, atau … mereka sedang dikejar seseorang? Entahlah, anak kecil itu hanya diam dan menuruti apa kata pamannya itu.
Tiba-tiba saja mobil yang sedang dinaiki sang anak berhenti disebuah toko. Pamannya melepaskan seatbelt dan segera keluar.
“Keenan, tunggu di sini sebentar. Ada sesuatu yang harus Om beli. Jangan ke mana-mana, ok?” pesannya sebelum dia benar-benar keluar dan meninggalkan sang anak sendirian.
Anak itu hanya mengangukkan kepalanya. Dia diam di mobil sambil membaca buku pelajara
Keenan tak kuat jika harus melihat kakak tirinya disakiti seperti itu. Walau sempat dia tak menyukai Nathan, karena ayahnya lebih sayang pada kakak tirinya itu. Tapi ketika dia harus melihat Nathan yang disakiti karena dirinya, Keenan benar-benar tidak kuat.“Hentikan, Tante! Jangan sakiti Kak Nathan!” seru Keenan sambil menangis. Dia merangkak memohon pada perempuan jahat itu untuk menghentikkan aksinya.“Aku mohon, bukan salah Kak Nathan. Aku yang tidak menghabiskan makanan itu,” rengek Keenan.Monica melirikkan matanya pada Keenan, menatap tajam anak yang sedang merengak seperti bayi. Dia merasa jijik dengan tatapan memelas Keenan. Sedetik kemudian dia menendang anak laki-laki itu. Keenan tersungkur, dia tergeletak, dan meringis menahan rasa sakit.“Jadi kamu yang tidak menghabiskannya, Keenan?” tanya Monic sinis.Buru-buru Nathan berbalik. “Bukan, Tante. Aku yang tidak menghabiskannya,” sanggah Na
Harap bijak dalam membaca~Happy reading~***Lumatan ini terasa sangat lembut dan membuat Gladys merasa terbang. Perasaannya kini sangat senang dan bahagia. Gladys membalas ciuman itu, sampai lidah mereka pun saling beradu di dalam.Tangan Keenan sini sudah menjamah bagian sensitif milik Gladys, membuat gadis itu melenguh karena geli. Keenan pun mulai membuka pakaian Gladys dan gadis itu mengizinkannya.“Aku janji, tidak akan menyakitimu lagi,” bisik Keenan disela-sela jeda ciuman mereka.Senyuman gadis itu merekah, dia senang ketika mendengar bahwa Keenan tak akan menyakitinya. Iya, Gladys akan rela jika Keenan memperlakukannya dengan lembut. Karena pada dasarnya para pempuan ingin diperlakukan lembut oleh laki-laki, bukan? Bahkan di atas ranjang sekali pun.Keenan terus menyusuri setiap inci tubuh polos Gladys dengan mulutnya. Lidahnya menari-nari di atas perut Gladys. Membuat gadis itu mengg
Giovani. Nama itu benar-benar tak asing di telinga Gladys. Rasanya nama itu sangat familiar di telinganya, tapi seingatnya dia tidak memiliki teman bernama Giovani. Namun, entah kenapa mendengar nama itu membuat hati Gladys sedikit terusik.“Ah ….”Lagi. Gladys merasa kepalanya berdenyut. Dia mencoba menarik napas dalam dan mengalihkan perhatiannya. Dia tidak boleh banyak mengingat. Sebenarnya ada apa dengan dirinya? Kenapa setiap kali dia berusaha mengingat masa lalunya, kepalanya sakit? Bukannya Gladys sudah sembuh dari traumanya?“Kamu kenapa?” tanya Erza, ketika gadis itu baru selesai meeting dengan Dewan Direksi.“Nggak papa, hanya sedikit pusing,” jawab Gladys. Ia kemudian duduk di samping Erza.“Tapi pipi kamu merah,” kata Erza khawatir. Laki-laki itu menyadari ada cap tangan pada pipi mulus Gladys.Buru-buru Gladys memegang pipinya. Memang masih terasa sedikit panas dan sakit. &l
“Pilih! Kamu jujur padaku, atau aku kembali menyiksamu, hah?” Pupil Gladys membulat. Ancaman itu lagi? Lelah rasanya ketika Keenan kembali mengancamnya. Ia kira laki-laki ini sudah berubah, ternyata tidak. Memang sulit, ya, bagi perempuan untuk mengubah sifat pasangannya. “Cepat jawab!” sentak Keenan. Tatapan matanya sangat menusuk, membuat dada Gladys sedikit sakit. “I-iya,” timpal Gladys. “Aku … tadi bertemu dengan Tante Giselle.” Gladys menundukkan kepalnya, dia tak ingin melihat wajah menyeramkan Keenan. Semakin lama dia memandang Keenan, semakin lemas lututnya. Keenan mendengus ketika mendengar jawaban jujur dari Gladys. “Tante? Kalian sudah sedekat itu, ya?” Tangan Keenan kini menarik dagu Gladys. Mau tidak mau, gadis itu mendongak, menatap wajah Keenan. ‘Oh, Tuhan. Kenapa dia selalu tiba-tiba hilang kendali seperti ini?’ Gladys hanya bisa membatin. Badannya kini mulai terasa dingin. Wajah Keenan benar-benar mengerikan. “Ti-tidak
Masalah apa lagi ini? Kenapa tiba-tiba pemilik lahan membatalkan kontrak dan membayar uang penalti yang jumlahnya tidak sedikit? Dan … kemana arsitek itu? Bukannya dia sudah sepakat untuk melanjutkan proyek ayahnya. Keenan merasa dirinya kini dikhianati oleh semua orang yang dia percayai.“Maaf, Mas Keenan semua ini terjadi dengan tiba-tiba. Dua hari lalu semuanya baik-baik saja. Saya masih berhubungan dengan Pak Winalda,” ucap Ikmal dengan nada sesal. Dia tak berani menatap wajah atasannya itu.“Kenapa bisa begitu, hah?” tanya Keenan.Ikmal menggeleng cepat. “Saya juga tidak tahu, Mas,” ucapnya.“Argh!” Laki-laki itu mengerang. Tak lama dari itu ponselnya berdering. Dengan cepat Keenan meraih benda pipih yang sedang tergeletak di atas meja itu. Keningnya berkerut ketika melihat sebuah nama pada layar ponselnya.Pak KhoirulBad Feeling. Keenan langsung mengangkat panggilan itu.&l
Gladys melihat Keenan penuh luka, tangannya berdarah. Entah apa yang sudah laki-laki itu lakukan. Tapi sungguh, Keenan terlihat sangat kacau sekarang.Gladys meraih tangan Keenan. “Apa yang kamu lakukan, Keenan?” lirih Gladys.Namun bukannya menjawab, Keenan malah langsung memeluk gadis itu. Pelukan itu sangat erat sekali, sampai Gladys tersentak dibuatnya.“Kenapa kamu baru pulang?” tanya Keenan dengan suaranya yang serak.“Eh?” Gladys mendadak diam. Apa Keenan menunggunya pulang? “A-aku ….”“Kamu takut pulang? Maafkan aku,” potong Keenan.Laki-laki itu meminta maaf lagi? Gladys masih belum bisa menebak hati Keenan. Tapi untuk kali ini dia akan memaafkannya … lagi. Gladys pun tak ingin membahas masalah itu saat ini. Karena dibanding dengan dirinya, Keenan kini terlihat sangat menderita.“Maaf aku baru pulang,” timpal Gladys.Keenan membenamka
Kecurigaan Keenan terhadap Adrian kini benar-benar terbukti. Erza memberikan beberapa foto kedekatan Adrian dengan pemimpin dari Salim Grup, yang diduga mencuri konsep proyek ayahnya.“Tiga hari setelah rapat dewan direksi dia bertemu dengan Tendy Salim di sebuah restoran. Kamu bisa lihat Pak Adrian memberikan sebuah amplop cokelat pada Pak Tendy. Kemungkinan itu adalah dokumen proyekmu yang sekarang menjadi proyek dari Salim Grup,” papar Erza. Sedetik kemudian dia bertanya. “Saat rapat, kamu memberikan materi keseluruhan rancangan proyek di Bogor itu?”Keenan tak langsung menjawab pertanyaan Erza. Tentu saja, saat rapat itu dia langsung membeberkan segala bentuk rancangannya. Rahang Keenan mengetat dan dia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Sial! Keenan terlalu terburu-buru dan ambisius saat itu.Laki-laki itu segera meraih benda pipih yang ada di saku dalam jasnya. Ini saatnya orang kepercayaan dia yang lain harus menjalankan tugas.
“Breaking News. Adrian Setyawardhana, mantan pemimpin Wardhana Grup ditemukan tewas terbakar di dalam mobilnya. Mobil sedan hitam tersebut sempat mengalami kecelakaan tunggal di Tol Cipali, sebelum akhirnya mobil tersebut dilahap oleh kobaran api.Dalam kasus ini, supir pribadi Adrian yang berinisial SB ditetapkan menjadi tersangka. Menurut pengkuannya, dia mengemudikan mobil dalam kondisi mengantuk. Dia tak sempat menyelamatkan nyawa Adrian. Saat ini tersangka SB sedang berada di rumah sakit, karena mengalami luka yang cukup berat.”Mata Gladys membulat, dia menutup mulutnya ketika melihat tayangan pada televisi. Dirinya tak percaya bahwa Adrian meninggal dengan cara yang tragis. Buru-buru dia turun dari lantai atas dan menuju ruangan Keenan. Dia ingin memastikan bahwa berita yang baru saja dia tonton itu benar adanya.Sesampainya di ruang kerja Keenan, terlihat laki-laki itu sedang merapikan berkasnya. Gladys buru-buru mendekat ke arah Keenan.