Share

5. AKU INGIN PULANG

“Gila!” seru Erza saat mendengar ucapan dari Keenan.

Erza tahu betul bagaimana sikap dan sifat sahabatnya. Hampir dua belas tahun dia mengenal Keenan. Dari mereka umur 16 tahun sampai sekarang berumur 28 tahun.

Keenan Setyawardhana adalah laki-laki yang sangat tidak respect kepada kaum hawa. Dia merasa para wanita itu adalah sampah! Selain itu Keenan memiliki trauma masa kecil, yang dia sendiri tidak ingin mengingatnya.

“Sejak kapan aku tidak gila, Erza?” timpal Keenan dengan puas. “Sudahlah, kamu lebih baik istirahat. Terima kasih sudah memberikan informasi yang berharga,” imbuhnya sambil menepuk pundak sahabatnya itu.

“Terus bagaimana dengan gadis itu?” tanya Erza khawatir.

“Itu biar aku yang urus,” tandas Keenan, kemudian dia berlalu meninggalkan Erza yang masih terdiam di tempat.

***

Dingin. Gladys merasakan udara dingin mulai menembus pori-pori kulitnya, bahkan menembus sampai ke tulang. Pendingin ruangan di kamar tersebut sedari tadi menyala. Sedangkan dia tidur telentang dengan posisi terikat dan tanpa busana.

Gadis itu mencoba memutarkan pergelangan tangan kanan maupun kirinya. Berharap ikatan itu segera mengendur. Namun sudah hampir lima menit usahanya itu tidak membuahkan hasil. Akhirnya Gladys pasrah dengan keadaannya yang sangat menyedihkan. Pipinya sudah basah dengan air mata yang sedari tadi meluncur dengan bebas.

Terdengar suara gagang pintu di tekan. Gladys langsung menoleh ke arah sana dengan napas yang terengah-engah. Rasa takut kemudian muncul kembali pada dirinya. Pasti itu Keenan! Dia pasti akan kembali menyiksa Gladys.

Di balik pintu muncul sosok laki-laki berperawakan 175 cm. Dugaan Gladys benar, laki-laki itu adalah Keenan. Dia masuk dan langsung menutup pintunya lagi. Lalu matanya kini tertuju pada Gladys yang sedang telentang tak berdaya. Kemudian dia mendengus dan berjalan ke arah lemari besar miliknya.

“Pak … tolong saya. Maafkan saya,” rengek Gladys. Dia sudah merasakan sakit diseukujur tubuhnya. Posisi terikat seperti ini membuat seolah tangan dan kakinya ditarik secara paksa.

“Kamu ingin saya lepaskan?” tanya Keenan.

Gladys mengangguk cepat. “I-iya, Pak,” ucapnya antusias.

Tak merespon perkataan Gladys, Keenan malah melemparkan kemejanya ke atas tubuh polos Gladys. Gadis itu terheran-heran, dengan posisi terikat dan kepala sampai bahunya terangkat ke atas.

“Cepat pakai!” perintah Keenan sambil mengangkat dagunya, dia menuju meja dan menuangkan wishky yang kemudian diteguk secara perlahan.

Gladys menautkan alisnya bingung. Maaf, bagaimana bisa Gladys menggenakan kemeja tersebut? Sedangkan posisi Gladys saja masih terikat.

“Kenapa diam saja? Saya bilang cepat pakai!” perintah Keenan lagi.

“Pak … bagaimana saya bisa memakai kemejanya? Sedangkan saya terikat seperti ini,” sanggah Gladys kesal. Karena dia merasa Keenan ternyata laki-laki yang bodoh, tiba-tiba saja dia berani berkata demikian.

“Usaha dong! Udah untung saya kasih kamu kemeja, lihat bajumu gak beraturan gitu! Masa sekarang saya harus membantumu lagi?”

‘What? Hello, excusme Mr. Keenan. Siapa suruh kamu menggunting bajuku?’

Gladys hanya bisa menelan salivanya. Percuma jika dia harus berdebat dengan Keenan, dia akan kalah dan … entahlah Keenan akan melakukan apa lagi padanya. Diikat dan ditelanjangi seperti ini saja sudah membuat Gladys frustrasi dan merasa tercela.

Akhirnya dia mencoba menggerakan pergelangan tangan dan kakinya. Sesekali dia mencoba menarik tangannya, namun nahas jika dia menarik tangan kanannya mendekat ke tubuhnya maka tangan kirinya akan ketarik ke atas. Sungguh itu menyakitkan bagi Gladys.

“Aww!” pekik Gladys, ketika merasakan perih dan juga panas akibat gesekan antara kulit dan tali yang mengikatnya. Dia juga melihat darahnya merembes pada tali tersebut. Rasa perih dari luka itu membuat mata Gladys berkaca.

Sedangkan Keenan, dia masih melihat aksi Gladys yang sedang berusaha melepaskan dirinya. Hatinya menggeletik senang, melihat perempuan tak berdaya seperti Gladys cukup membuat dirinya terhibur. Apalagi akhir-akhir ini dia sedang merasa pusing dengan pekerjaannya. Selain itu dia juga sudah lama tidak pernah bersenang-senang dengan perempuan seperti ini.

Ya, beginilah cara Keenan untuk memuaskan hasratnya. Tak hanya mencicipi wanita, tapi dia juga menyiksa mereka. Biasanya dia harus membayar mahal jika harus melakukan itu pada para wanita itu. Tapi malam ini dia bisa melakukannya dan menonton pertujukan ini secara gratis.

“Pak … aku mohon aku udah nggak kuat. Sakit banget,” rintih Gladys yang sudah menyerah dengan keadaanya. Dia hanya ingin dilepaskan dari ikatan ini dan pulang dengan tenang. Wajahnya sudah menunjukkan ekspresi putus asa.

Keenan tersenyum sambil mendengus. Kemudian dia langsung menghampiri Gladys dan mata mereka saling bertemu. Tatapan memelas itu membuat Keenan ingin merasakan sensasi yang lebih dari gadis itu. Ah, jika saja tadi Erza tak memanggilnya, sepertinya dia akan menyantap dan menikmati tubuh Gladys yang sangat putih dan mulus ini.

Namun sayang, saat ini Keenan sudah kehilangan mood untuk melakukan itu. Mungkin lain kali saat tak ada pengganggu seperti Erza dia bisa menikmati tubuh gadis ini. Sedetik kemudian Keenan langsung melepaskan ikatan yang mengikat tangan dan kaki Gladys. Gladys merasa takut namun sedikit senang. Akhirnya laki-laki ini melepaskan ikatannya.

Setelaah ikatan itu terlepas, Keenan membuka laci pada nakasnya. Sedangkan ketika ikatan itu terlepas, Gladys langsung duduk dan menarik selimut yang ada di atas kasur itu. Kemudian dia meringkuk sambil bergetar dan menutupi seluruh tubuhnya.

“Berikan tanganmu,” ucap Keenan dengan tiba-tiba.

Sontak Gladys menoleh ke arah Keenan dengan tatapan takut. Dia menggeleng cepat, tak ingin menuruti perintah dari laki-laki biadab seperti Keenan.

‘Oh Tuhan. Aku hanya ingin pulang.’

BERSAMBUNG ….

***

Halo, kak. Jangan lupa klik tanda plus dalam lingkaran di pojok kiri aplikasi, ya. Supaya kakak langsung berlangganan ceritaku. Terima kasih banyak <3 sehat selalu untuk kita semua :*

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status