Share

6. PERMAINAN BELUM BERAKHIR

“Berikan tanganmu!”

Keenan mengeluarkan alkohol dan obat-obatan dari nakasnya. Kemudian meminta Gladys untuk memberikan tangannya. Keenan berniat untuk mengobati luka yang ada di tubuh Gladys. Namun sayang dengan cepat Gladys menggeleng. Dia ketakutan, meringkuk sembari menyembunyikan tubuhnya di balik selimut.

Kesal, akhirnya Keenan langsung menarik paksa salah satu tangan Gladys, dan sukses membuat gadis itu tersentak. Keenan langsung membersihkan luka pada pergelangan tangan Gladys menggunakan alkohol dan kapas. Kemudian dia memberikan obat pada luka-luka itu.

Gladys hanya bisa mengatupkan bibirnya. Perasaannya kini campur aduk. Antara takut, bingung dan heran dengan hal yang sedang dilakukan oleh Keenan. Mengapa laki-laki ini mengobati dirinya? Bukannya dia yang membuat Gladys terluka? Kenapa harus repot-repot?

“Sudah selesai,” ucap Keenan yang baru saja mengobati luka di tubuh Gladys. Gadis itu hanya menelan salivanya, merasa gugup dan takut.

‘Ada apa dengan laki-laki gila ini? Kenapa sikapnya berubah?’

“Sekarang pakai kemeja yang tadi saya berikan!” perintah Keenan lagi.

Gladys tak segera melakukan apa yang Keenan perintah. “Ma-maaf, apa Bapak bisa keluar sebentar?” tanya Gladys ragu. Dia tentu saja tak menginginkan Keenan kembali melihat tubuh polosnya.

Keenan mendelikkan matanya pada Gladys. Mentap gadis itu dengan tatapan menusuk. Kemudian dia langsung mencengkram pipi Gladys. “Jangan pernah menentang perintah saya!” ancamnya.

Nyali Gladys kembali menciut. Jantungnya berdegup kencang. Baru saja dia merasa tenang, tiba-tiba laki-laki itu sudah mengancamnya lagi. Kenapa suasana hati laki-laki itu gampang sekali berubah?

“Ba-baik, Pak.” Menyerah. Akhirnya Gladys menuruti perintah Keenan dan segera mengenakan pakaiannya. Kemeja kebesaran itu bisa menutup tubuh Gladys sampai paha. Tapi tetap saja dia tidak mengenakan pakaian dalam yang membalut daerah sensitif miliknya.

Gladys memungut pakaiannya yang sudah tergunting tak beraturan di atas lantai. Tubuhnya masih gemetar, namun dia berusaha untuk terlihat tegar dan kuat. Sedangkan Keenan masih memandangi gadis itu. Dia melirik arloji yang melingkar di tangannya. Sudah pukul sepuluh malam.

“Biar ku antar pulang,” ucap Keenan tiba-tiba.

Gladys langsung menoleh ke arahnya. Kenapa laki-laki ini? Tadi dia menyiksanya dan sekarang begitu perhatian? Gladys tak ingin terbuai begitu saja. Mungkin ini hanya taktik laki-laki itu. Gladys tak bisa mempercayai laki-laki yang sudah berani menelanjanginya.

“Biar saya pulang sendiri saja,” tolak Gladys sambil menundukkan kepalanya. Dia tidak berani menatap Keenan, walau sekarang ekspresi wajahnya sudah tidak semenyeramkan tadi.

Keenan mendengus, lalu menyeringai.“Kamu yakin sanggup pulang sendiri? Lihat penampilanmu!” ucap Keenan seolah menyadarkan Gladys yang berpenampilan … kacau.

Gladys memejamkan matanya. Benar juga apa yang dikatakan Keenan. Jika dia keluyuran dengan penampilan seperti ini; mengenakan kemeja kebesaran dan tanpa dalaman, mungkin banyak orang yang akan berbuat jahat padanya. Ah … Gladys merasa sangat malu sekali. Dia enggan untuk melihat potret dirinya saat ini di depan cermin.  

“Cepat! Tidak usah banyak berpikir,” tegas Keenan yang langsung menyambar pergelangan tangan Gladys dan menyeretnya ke luar kamar.

***

Mobil Range Vover kini berhenti di sebuah gang di daerah Kebon Jeruk. Ini daerah kos-kosan padat penduduk. Gladys melepaskan seatbelt-nya dan sedetik kemudian menganggukan kepalanya ke arah Keenan.

“Te-terima kasih,” ucap Gladys. Sebenarnya dia bingung. Apakah dia harus berterima kasih seperti ini?

“Kamu tinggal di sini?” cibir Keenan ketika sampai di daerah seperti ini. Tak mempedulikan ucapan terima kasih yang baru saja keluar dari mulut Gladys.

“Iya. Kalau begitu saya pamit dulu.”

Keenan hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemudian tanpa ingin berlama-lama,  Gladys segera keluar dari mobil laki-laki itu. Untung saja gang menuju kos-kosannya sepi dan gelap, jarang ada manusia di sana. Jadi Gladys tak perlu mengkhawatirkan penampilannya.

“Permainan ini belum berakhir Gladys,” gumam Keenan yang kemudian diakhiri dengan sebuah seringai licik. Tatapan bengisnya masih melihat ke arah Gladys yang sedikit demi sedikit hilang dari pandangannya.

***

Keesokan harinya Gladys mencoba untuk tidak memikirkan kejadian kemarin. Dia harus bangkit dan kembali menjalankan aktivitasnya. Seolah Gladys tak memiliki waktu untuk bersedih, karena dia harus kembali mengais rezeki demi pengobatan ibunya di kampung halaman.

Gladys datang ke tempat kerjanya dengan menggunakan pakaian seadanya. Mengingat seragam yang kemarin dia gunakan sudah digunting secara brutal oleh Keenan. Dia menghela napas ketika sampai di depan pintu gedung tempatnya bekerja. Feeling-nya, pasti atasannya akan memanggil dan memarahi Gladys hari ini. Karena dia yakin Keenan pasti mengadukannya pada beliau.

“Nok, kemarin habis bersihin rumah gedong ke mana? Kok nggak balik ke sini?” tanya seorang wanita paruh baya pada Gladys yang baru saja datang. Dia adalah Bu Eli, salah satu cleaning service yang lumayan sepuh di sini.

“Oh itu … aku … tiba-tiba pusing dan langsung pulang, Bu,” jawab Gladys beralasan.

“Tapi sekarang udah baikan, Nok?” tanya Bu Eli lagi sambil memastikan kondisi Gladys. Gladys tersenyum canggung sambil menarik lengan kemejanya, mencoba menutup luka pada pergelangan tangannya. Khawatir Bu Eli melihat luka yang ada di pergelangan tangannya itu.

“U-udah kok, Bu,” jawab Gladys mencoba meyakinkan Bu Eli untuk tidak mengkhawatirkannya.

“Syukurlah,” ucap Bu Eli lega. Untung saja wannita paruh baya itu tidak memanjangkan pertanyaannya.

Tak lama kemudian seseorang datang ke ruangan para cleaning service. Seorang perempuan dengan mengenakan kemeja hitam. Dia adalah Indah asisten dari Pak Farhan, atasan Gladys di tempat ini. Perempuan itu membagikan tugas pada semua karyawannya, namun tidak dengan Gladys.

“Bu.” Gladys mengintrupsi dan mengacungkan tangannya. Indah langsung melihat ke arah Gladys dan mengangkat dagunya. “Maaf, Bu. Kenapa saya tidak mendapatkan tugas?” tanya Gladys.

“Kamu Gladys, kan?” tanya Indah mecoba memastikan seseorang yang baru saja bertanya padanya.

Gladys mengangguk cepat.

“Kamu ke ruangan Pak Farhan dulu,” perintah Indah yang kemudian langsung keluar dari ruangan tersebut.

Mendengar ucapan Indah, entah kenapa tubuh Gladys merasa dingin. Dia merasa takut dan khawatir. Bagaimana kalau posisinya di sini terancam? Itu yang sekarang ada di pikirannya. Tapi … dia merasa itu bukan kesalahannya. Memang dia mendapatkan tugas seperti itu, dan dia hanya menjalankan sesuai perintah.

“Tenang, Nok. Mungkin bapak cuman mau nanya keadaan kamu,” ucap Bu Eli mencoba menenangkan Gladys yang tengah dilanda perasaan khawatir.

Gladys hanya mengangguk dan tersenyum canggung. Kemudian dia melangkahkan kakinya untuk menuju ruangan atasanya, Farhan.

TOK. TOK. TOK.

Gladys mengetuk pintu ruangan Farhan pelan. Lalu terdengar suara seorang laki-laki yang mempersilakannya masuk. Tan menunggu lama, Gladys langsung menekan gagang pintu dan masuk ke ruangan tersebut.

“Maaf, Pak. Kata Bu Indah, Bapak memanggil saya?” tanya Gladys dengan rendah hati.

“Oh, iya. Ke sini,” panggil Farhan sambil memberikan isyarat kepada Gladys dengan tangan kanannya.

Gladys kini sudah berdiri tepat di depan meja Farhan. Kemudian laki-laki berumur hampir akhir empat puluhan itu menyodorkan amplop berwarna cokelat padanya. Gadis itu merasa bingung dengan hal tersebut. Kenapa dia diberikan amplop? Apa ini fee untuk pekerjaannya kemarin? Tapi bukannya akan di rapel dengan gaji bulanannya nanti?

“I-ini apa, Pak?” tanya Gladys memberanikan diri.

“Ini upahmu selama bekerja di sini,” jawab Farhan.

‘Selama bekerja di sini? Maksudnya?’

BERSAMBUNG ….

***

Terima kasih sudah berkenan mampir ke My Dominant CEO. Jangan lupa baca karyaku yang sudah tamat juga, ya. Judulnya "After The Heartbreak".

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Zora Ananda
duhhh anjing memang, udah dilecehkan disiksa dipecat ahhhh gimana sih thorr sebel dahh kenapa karater Gladys gak dibikin pinteran dikit sih lembek bener
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status