Semua Bab My Dominant CEO (Indonesia): Bab 1 - Bab 10
86 Bab
1. TOLONG AKU!
“Di … di mana ini?” gumam seorang gadis dengan suara parau. Dia mencoba memindai sekelilingnya. Pandangannya masih terlihat samar, terlebih ruangan ini memiliki pencahayaan yang kurang. Hanya ada satu lampu yang memancarkan sinar berwarna orange.“Eh?” Gadis itu terkejut, ketika mendapati tangan dan kakinya terikat pada kursi yang sedang dia duduki. Untuk seketika dia merasa panik. Ia mengguncangkan tubuhnya, berusaha untuk lepas dari ikatan itu.“Halo! Apa ada orang?” teriak gadis itu. Mencoba memastikan apakah ada orang di luar sana, sambil terus mengguncangkan tubuhnya.Sialnya, ikatan itu sangat kencang sekali. Sampai-sampai gadis itu merasakan tangannya panas akibat gesekan dari tali yang mengikat tangan dan kakinya. Selain itu, perlahan pergelangan tangannya terasa perih. Akibat gesekan antara permukaan kulit dengan tali tambang yang keras dan juga kasar. “Ahh!” Gadis itu meringis kesakita
Baca selengkapnya
2. KATAKAN, SIAPA YANG MENYURUHMU?
“Maaf, apa Anda Pak Keenan Setyawardhana?” tanya Gladys gemetar.Laki-laki itu menyeringai ketika Gladys menyebutkan namanya. Dia menggulung lengan bajunya sampai sikut.  “Akhirnya kamu tahu siapa saya,” jawab Keenan yang tidak pernah beranjak dari hadapan Gladys.Ah, ternyata laki-laki ini adalah pemilik rumah yang tadi sedang dia bersihkan. Gladys masih menatap wajah Keenan yang nampak sinis memandangnya.“Pak, kenapa saya diikat seperti ini? Apa salah saya?” tanya Gladys, yang mencoba mencari tahu alasan dirinya bisa berakhir di tempat seperti ini.“Salah saya?” cibir Keenan. Saya yang dia maksud tentu saja Gladys, dia hanya mengulang ucapan gadis itu. “Kamu masih bertanya apa salahmu, hah?” sentaknya.Dug!Keenan tiba-tiba menendang  kaki kursi yang sedang diduduki oleh Gladys.“Aww!” ringis Gladys. Bukannya menjawab pertanyaannya, Keenan malah membu
Baca selengkapnya
3. PENYIKSAAN TIADA HENTI
“Sudah bangun?” Suara bariton itu seolah menyapa Gladys yang baru saja membuka mata.Gladys menyipitkan matanya, mencoba menyesuaikan dengan cahaya yang dia terima. Cahaya di ruangan itu sedikit lebih terang dari sebelumnya. Dia mulai menggerakkan kepalanya, mencoba memindai tempat tersebut.Sebuah kamar. Gladys menebak dirinya sedang berada di sebuah kamar. Pasalnya dia bisa melihat nakas, pendingin ruangan, lampu hias, dan ... ah kepalanya masih terasa pusing. Dia tak bisa memindai terlalu banyak.Setelah selesai memindai gadis itu baru sadar bahwa kondisinya masih sama seperti sebelumnya, terikat. Namun saat ini dia sudah tidak terikat pada kursi. Melainkan dia terikat di atas ranjang dengan posisi telentang. Tangan dan kakinya terikat tali yang diikatkan pada ujung ranjang.‘Apa lagi ini?’ batin Gladys. Kenapa dia masih diikat seperti ini? Jangan tanya bagaimana perasaannya. Sudah barang tentu dia terkejut dan merasa takut.
Baca selengkapnya
4. HANYA INGIN BERSENANG-SENANG
TOK. TOK. TOK.“Keenan ini aku, Erza,” ucap seorang laki-laki dari balik pintu kamar.“Ck!” Keenan berdecak kesal, ketika ada yang hendak mengganggunya. Padahal dia sudah tak sabar untuk menyiksa Gladys lebih dari ini. Dia merasakan beban yang sedang dia pikul sedikit demi sedikit hilang, ketika ia berhasil membuat seorang perempuan menderita.“Ada apa?” tanya Keenan sambil beranjak dari posisinya. Kakinya kini menyentuh dasar lantai dan berjalan ke arah pintu.Gladys menghembuskan napas lega. Akhirnya Tuhan mendengarkan permohonan kecilnya. Dia mengirimkan seseorang untuk menghentikan aksi bejad Keenan.Keenan membuka pintu kamar dan segera keluar. Kemudian dia langsung menutup pintu tersebut, tak ingin Erza mengintip ke dalam sana.“Aku sudah memastikan bahwa gadis itu tidak bersalah,” ucap Erza to the point. Laki-laki itu tahu betul bahwa Keenan tak suka dengan yang namanya basa-basi.
Baca selengkapnya
5. AKU INGIN PULANG
“Gila!” seru Erza saat mendengar ucapan dari Keenan.Erza tahu betul bagaimana sikap dan sifat sahabatnya. Hampir dua belas tahun dia mengenal Keenan. Dari mereka umur 16 tahun sampai sekarang berumur 28 tahun.Keenan Setyawardhana adalah laki-laki yang sangat tidak respect kepada kaum hawa. Dia merasa para wanita itu adalah sampah! Selain itu Keenan memiliki trauma masa kecil, yang dia sendiri tidak ingin mengingatnya.“Sejak kapan aku tidak gila, Erza?” timpal Keenan dengan puas. “Sudahlah, kamu lebih baik istirahat. Terima kasih sudah memberikan informasi yang berharga,” imbuhnya sambil menepuk pundak sahabatnya itu.“Terus bagaimana dengan gadis itu?” tanya Erza khawatir.“Itu biar aku yang urus,” tandas Keenan, kemudian dia berlalu meninggalkan Erza yang masih terdiam di tempat.***Dingin. Gladys merasakan udara dingin mulai menembus pori-pori kulitnya, bahkan menembus
Baca selengkapnya
6. PERMAINAN BELUM BERAKHIR
“Berikan tanganmu!”Keenan mengeluarkan alkohol dan obat-obatan dari nakasnya. Kemudian meminta Gladys untuk memberikan tangannya. Keenan berniat untuk mengobati luka yang ada di tubuh Gladys. Namun sayang dengan cepat Gladys menggeleng. Dia ketakutan, meringkuk sembari menyembunyikan tubuhnya di balik selimut.Kesal, akhirnya Keenan langsung menarik paksa salah satu tangan Gladys, dan sukses membuat gadis itu tersentak. Keenan langsung membersihkan luka pada pergelangan tangan Gladys menggunakan alkohol dan kapas. Kemudian dia memberikan obat pada luka-luka itu.Gladys hanya bisa mengatupkan bibirnya. Perasaannya kini campur aduk. Antara takut, bingung dan heran dengan hal yang sedang dilakukan oleh Keenan. Mengapa laki-laki ini mengobati dirinya? Bukannya dia yang membuat Gladys terluka? Kenapa harus repot-repot?“Sudah selesai,” ucap Keenan yang baru saja mengobati luka di tubuh Gladys. Gadis itu hanya menelan salivanya, merasa
Baca selengkapnya
7. KEPUTUSAN SEPIHAK
“Ini upahmu selama bekerja di sini,” jawab Farhan.Gladys menautkan alisnya. Dia mencoba mencerna kalimat yang terucap dari mulut atasannya itu.“Mulai besok kamu tidak usah datang lagi ke sini,” jelas Farhan. Ucapannya itu seolah menegaskan bahwa apa yang baru saja dipikirkan oleh Gladys adalah benar. Dia sepertinya dipecat dari pekerjaannya.“Maksud Bapak apa? Saya dipecat? Kenapa? Apa karena insiden kemarin di rumah Pak Keenan?” cecar Gladys merasa tidak terima dengan pemecatannya.Farhan hanya mengangguk-anggukan kepalanya.“Kok begitu, Pak? Saya rasa, saya tidak melakukan kesalahan. Kemarin saya melakukan sesuai instruksi Bapak. Kenapa saya malah dipecat?” keluhnya dengan nada bicara yang sedikit meninggi. Gladys sedang menuntut keadilan baginya. Hatinya kini merasa sangat kesal dan juga marah.Laki-laki itu beranjak dari kursi kerjanya, lalu berdiri tepat di depan Gladys. Dia memegang ked
Baca selengkapnya
8. AKU HARUS KE MANA?
Tidak usah ditanya bagaimana perasaan Gladys saat ini. Tentu dia sedang merasa sangat amat terpuruk. Bagaimana tidak? Dalam satu hari dia kehilangan dua pekerjaannya sekaligus. Kali ini dia tidak tahu harus mencari pekerjaan ke mana lagi. “Aku harus bagaimana?” lirih Gladys sambil menyeka air matanya. Entah sudah berapa banyak air mata yang dia keluarkan beberapa hari terakhir ini. Ini semua gara-gara Keenan! Tiba-tiba hati Gladys bergejolak ketika mengingat wajah laki-laki bengis itu. Ingin rasanya melakukan balas dendam, tapi siapa Gladys? Dia mungkin hanya sebatas plankton, jika dibandinngkan dengan Keenan yang kaya dan memiliki kekuasaan. Mata Gladys terasa berat. Perlahan dia memejamkan matanya. Gladys harus tidur, sejenak melupakan masalah yang sedang dia hadapi saat ini. Walau saat terbangun, masalah ini tidak dengan tiba-tiba selesai begitu saja. Setidaknya dia beristirahat sejenak dari kejadian yang sudah dia alami dua hari ini.  
Baca selengkapnya
9. PENAWARAN
Gladys membelalakan mata, tatkala melihat laki-laki yang sedang duduk dengan wajah angkuh di depannya. Sudah hampir dua pekan pasca kejadian sial itu, sampai akhirnya dia harus kehilangan pekerjannya. Rekam kejadian pada malam itu masih membekas di otak bahkan hatinya. Tiba-tiba saja Gladys merasa kesal dengan kedatangan laki-laki itu. Apalagi mulutnya yang seolah tak memiliki fitur filter itu, berucap hal yang membuat hati Gladys bagai ditetesi perasan lemon. ‘Apa? Calon gelandangan, katanya?’ Walau dalam hati Gladys kesal, tapi entah kenapa dia tak berani untuk bersuara. Tiba-tiba saja dia mengingat bagaimana ekspresi wajah bengis Keenan, ketika kala itu mengikat dirinya. “Maaf saya harus pergi,” ucap Gladys sambil beranjak. Dia tak ingin berduaan bersama Keenan. Lagi pula, sedang apa dia di sini? Ini bukan tempat yang cocok untuk seorang CEO seperti Keenan. “Memangnya kamu punya tempat tujuan?” tanya Keenan dengan nada mencibir. Tidak! Tent
Baca selengkapnya
10. PAGI YANG KELAM
Harap bijak dalam membaca bab ini.Happy Reading~ *** Gladys bergeming dengan pupil mata yang bergetar. Oh, tidak! Dia tak ingin diikat lagi oleh Keenan, sama seperti hari itu. Tapi dia juga tak ingin melepaskan baju yang sedang dikenakannya. Seketika Gladys merasa bimbang, tetapi dia harus segera memilih. Jika tidak … Keenan pasti akan menghukumnya.  “Ba-baik, akan sa-saya lakukan,” ucap Gladys gagap. Untuk seketika Keenan melepaskan  cengkraman pada tangan Gladys, dan gadis itu mencoba membuka bajunya dengan tangan gemetar.Gladys menelan saliva, dia memejamkan matanya untuk menahan rasa malu. Akhirnya baju itu terlepas dari tubuh Gladys dan langsung memperlihatkan kulit putih dan mulus miliknya. Dia enggan untuk bertatapan dengan Keenan. Alhasil dia langsung berjongkok, mengelap lantai yang berceceran dengan kopi yang tumpah.“Berdiri!” perintah Keenan lagi saat Gladys
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status