Tiga bulan kemudian setelah melewati berbagai rangkaian materi dan uji lapangan melalui hasil teorinya, Nata akhirnya resmi terpilih untuk bergabung dengan Sagar corp.
Nata lega, akhirnya dia bisa menabung dari gaji yang ia peroleh untuk membiayai proses bersalinnya nanti. Kandungan Nata saat ini sudah melewati trimester awal, tepatnya tiga bulan lebih. Dan diapun juga baru dipromosikan oleh perusahaan Sagar untuk menduduki bagian pengawasan properti kota.
Begitu pula dengan Ibra, kondisinya nya sudah mulai stabil dan tidak pernah mengalami morning sickness lagi. Sampai saat ini pun baik Morgan dan Ibra belum menyadari tentang kehamilan Nata. Pasalnya tidak ada sedikitpun tanda-tanda kehamilan yang didapat dari hasil pengintaian Morgan selama ini, jadi mereka berdua pun yakin, kalau Ibra hanya mengalami sakit dan bermasalah pada pencernaan saja, dan menganggap dokter Frans berhalusinasi tentang diagnosanya waktu itu.
Awalnya Nata sempat heran,selama dua bu
Napas keduanya pun bersahutan dan saling memandang kedalam mata masing-masing."Tidak, aku harus pergi!" Tiba-tiba Nata teringat dengan Ken dan Nany di apartemen."Kita akan pulang bersama, aku akan mengantarmu!" Ibra tak kalah sengit."Kekonyolan apa lagi ini, apa kau ingin melihat kedua orang tuamu shock melihat mu denganku?""Mereka juga menginginkan pernikahan kita ." Jawab Ibra enteng."Cukup Meneer, aku sudah cukup lelah dengan keadaanku, aku mohon jangan kau ganggu hidupku lagi." Nata pun kembali menangisi nasibnya. Ibra mengangkat tubuh itu turun dan kembali menciuminya. Nata dibuat semakin menangis oleh ibra.Ibra tidak peduli. Satu hal yang ibra inginkan, dia ingin memeluk tubuh Nata hingga esok hari dan terbangun bersama seperti tiga tahun lalu. Ibra merindukan Nata, tepatnya dia sangat mencintai wanita itu.Nata berusaha melepaskan ciuman itu, namun Ibra semakin memperdalam."Maafkan aku nata. Aku akui kesalah
Seperti biasa, setiap bangun pagi Ken memanggil Nany atau Mommy Nata untuk dibuatkan susu. Namun kali ini berbeda, ketika Ken bangun dan membuka matanya, balita tampan itu merasa ada yang memeluk tubuh kecilnya kemudian menoleh ke samping."Daddy! Daddy! Daddy!" Kemudian menggerakkan tubuhnya dan memeluk Ibra dengan caranya.Ibra pun terbangun, seperti ada yang sedang mengusik tidurnya, dan membuka mata. Ibra tersenyum dan bercampur haru, saat terbangun ada pria kecil yang tidak kalah tampan darinya sedang membangunkannya. Ibra meraih tubuh mungil itu dan menciumnya bertubi-tubi, Ken terkekeh geli dan ngakak, karena ulah Ibra yang mencium dan sesekali menggelitiknya.Nany yang baru saja bangun dengan buru-buru menuju kamar Ken seperti biasa akan membuatkan Ken susu tiba-tiba mengurungkan niatnya." Ternyata teman pria nyonya masih disini dan tidur dikamar Ken. Siapa pria ini, apa jangan-jangan ayah kandung Ken?" Nany bertanya-tanya dihat
"Ini mansion siapa Meneer, sepertinya aku pernah lihat, tapi dimana ya, kita akan menemui siapa disini, apa kita sudah punya janji dengan pemiliknya?" Nata heran, setelah Ibra menghentikan mobil mereka disebuah Mansion yang tidak kalah mewah dari Mansion-mansion yang ia temui selama ini."Sudah." Jawab Ibra singkat. Sambil membuka pintu untuk turun.Lalu membukakan pintu untuk Nata dan menggenggam tangannya lagi sambil memeluk pinggangnya dari samping, Ibra terus menuntun Nata hingga ke lantai dua dan menuju sebuah kamar.Para art di mansion Ibra tidak ingin mengusik ketenangan majikannya, mereka semua sudah diberi tahu oleh Morgan sebelumnya agar tidak mengganggu Meneer mereka saat ia kembali pagi ini.Keduanya sudah berada dikamar Ibra, pria itu kembali mengunci kamarnya dan melepas semua pakaian ditubuhnya."Meneer, apa sebaiknya aku tunggu diluar saja?""Kenapa harus diluar, bukankah kita sedang berada dikamar mu juga?'"Kamarku?
Tak terasa, setelah seharian bercengkerama dan berbagi cerita, Nata pun berbisik kepada Ibra yang duduk bersebelahan dengannya."Ibra, besok aku harus masuk kerja, ada berkas dari beberapa proyek yang harus ku tanda tangani, dan Ken juga belum ada tidur siang dari tadi." Nata berbisik lembut ditelinga Ibra."Sepertinya kita tidak bisa kembali begitu saja sayang.""Maksudmu?" Nata pun heran."Daddy dan Mommy akan menyuruh kita yang akan pulang tanpa Ken.""Kenapa begitu?""Lihatlah, orang tuaku seperti bertemu dengan harta karunnya dan kemungkinan sebentar lagi aku akan disingkirkan dari sini." Sambil memegang bahu Nata yang duduk disebelahnya dengan kaki dilipat.Nata pun tertawa, ternyata Ibra sudah mendapatkan saingan."Mom, dad. Hari sudah malam, apa sebaiknya kami pulang karena besok saya juga akan bekerja." Nata mencoba pamit dengan hati-hati."Mengajak Ken untuk kembali ke apartemen? Apa kalian te
Tita baru saja mengajukan izin cuti selama tiga hari kepada atasannya melalui telepon. Setelah menerima kabar dari Nata bahwa ia akan pulang hari ini, yang anehnya lagi Nata meminta Tita untuk memasak beberapa menu dengan alasan bahwa Nata sangat kangen masakan Indonesia.Walau sebenarnya agak aneh, namun Tita hanya menuruti dan sengaja mengajak Maya untuk mempersiapkannya."Kira-kira jam berapa nanti kak, Nata datang, kan waktunya mundur kalau dibanding waktu kita disini?""Katanya hari ini, tapi nggak tahu juga, aneh juga sih, tiba-tiba dia minta dimasakin banyak menu. Lu tahu nggak Nata nelepon kakak dari jam setengah tiga pagi, pas lagi enak tidur, cuma bilang kangen masakan tanah air katanya.""Wajar dong kak, lagian udah tiga tahun dia nggak pulang-pulang, nggak nyangka ya kak, Nata bisa betah disana.""Makanya itu kakak ajak kamu bantuin kakak masak.""Siap bos."Menjelang setengah dua Tita dan Maya pun selesai berkutat ria dida
Pagi ini Nata dan keluarga barunya baru saja tiba di bandara Rotterdam setelah melakukan penerbangan beberapa jam lalu dari Indonesia. Setelah tiga hari berada di tanah air saatnya untuk semua kembali keaktifitas masing-masing, begitu juga untuk Ibra dan Nata. Keduanya tengah mempersiapkan pernikahannya. Minggu depan Tita, Hengki dan Maya akan datang untuk menghadiri pernikahan mewah mereka di Hotel Slaak, tempat dimana mereka pernah menghabiskan malam bersama. Dan disusul dua minggu kemudian Tita dan Hengki. Hari yang mendebarkan untuk Nata dan Ibra pun tiba, walau sudah saling mengenal jauh tentang diri masing-masing, namun keduanya masih berlagak seperti orang asing yang baru kenal. Entah mengapa hari ini Ibra terlihat tegang tidak seperti biasanya. Morgan pun datang menghampiri tuannya yang tidak terlihat baik-baik saja. "Meneer, are you oke? Ada masalah Meneer?" Morgan bertanya hati-hati sekali. "Aku gugup Morgan, rasanya ini masi
Harap bijak bersikap dan berkomentar, mengandung adegan dewasa. Ibra yang baru saja melempar telepon genggam dan meletakkan remot control setelah mengunci kamar dengan niat ingin menghampiri Nata, tiba-tiba merasakan kedua tangan Nata dengan lembut memeluk nya dari belakang dan telapak tangannya bergelayut manja didada Ibra. Ibra tertegun sesaat sambil memejamkan matanya menikmati sentuhan lembut Nata dan membiarkannya lama. Hanya itu tanpa reaksi apapun lagi dari Nata. Membuat Ibra tambah menggebu dan agresif. Kemudian membalikkan badannya dan berhadapan dengan Nata sambil meraih kedua tangan Nata dan meletakkannya kembali kedadanya. Ibra meraih dagu cantik itu dan menyusuri pipi mulus Nata dengan jari telapak tangannya sebelah lagi kemudian mengecupnya lembut, perlahan melumat dalam dan semakin dalam saling berbalas yang justru membuat Ibra tambah tidak terkontrol membuat Nata hampir tak bernapas. Napas Nata naik turun terlihat dari d
Getar HP dinakas membuat sepasang pengantin baru itu terbangun. Keduanyapun menggeliat dan saling menatap. Perhatian Nata beralih ke suara HP nya yang berdering setelah sebelumnya getar dari telepon genggam milik Ibra. Nata hendak beranjak, namun Ibra kembali menangkap tubuh tanpa sehelai benang itu dan mendekapnya."Suamiku, kita harus mandi.""Oh, aku baru ingat kalau kita akan mandi bersama pagi ini." Sambil menyibak selimut dan mempertontonkan kepada Nata tanpa malu seluruh tubuh bugilnya."Tidak, aku mau mandi sendiri saja. Kita bergantian aja ya." Nata berusaha menghindari Ibra karena feeling-nya Ibra pasti akan mengajaknya bergulat lagi."Kita harus mandi bersama ." Sambil mengangkat paksa tubuh Nata dan mendudukkan wanita itu dalam bathtub, Nata hanya pasrah dan membiarkan Ibra menyiramnya dengan air hangat dari shower.Dengan telaten Ibra mulai menyirami tubuh Nata dengan shower air hangat dan mulai menyabuninya, perlahan menyiramnya