Beranda / Romansa / My Hottest Man / 3. The Hottest Man (18+)

Share

3. The Hottest Man (18+)

Penulis: Yuli F. Riyadi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-09 11:40:16

WARNING 18+ BOCIL MINGGIR DULU HAHA.

__________***__________

"Happy Birthday!" 

Ramai. Para wanita dan pria berkumpul di satu table. Ada sebuah surprise party kecil-kecilan di kelab malam ibu kota yang lumayan terkenal. Lagu selamat ulang tahun diremix dengan musik DJ hot di atas stage. Semua orang menari dan berjingkrak. 

Salah satu wanita yang mendapat kejutan itu hanya bisa menahan haru tak percaya apa yang sudah teman-temannya lakukan. 

"Happy Birthday, Honey!" teriak salah seorang sahabatnya seraya memeluk wanita tersebut. Disusul ucapan teman-temannya yang lain.

"Terima kasih, gue nggak nyangka kalau kalian akan melakukan ini," ujar wanita itu hampir menangis. 

"Ah, Baby. Ini hal kecil, yang penting lo bahagia," ujar sahabat lainnya lagi.

"Sekali lagi terima kasih, kalian semua aku traktir minum sepuasnya!" Wanita yang sedang berulang tahun itu berteriak, dan disambut heboh oleh teman-temannya. 

"Ayo! Kita berpesta!" 

DJ menambah beat musiknya. Hingga terdengar mengentak. 

"Ayo! Kita menari." 

Mereka yang berpasangan langsung turun ke lantai dansa dan berjoget di bawah guyuran lampu warna-warni yang menembak setiap penjuru kelab.

"Have fun!" teriak wanita yang mendapat surprise party itu. Dia adalah Sonia, di kelab itu dialah ratu. Cantik dan seksi. Tidak ada yang bisa menandingi. Semua lelaki berlomba-lomba ingin mendapatkannya. Namun, sayangnya belum ada yang berhasil mengetuk hatinya.

"Sonia, apa dia sudah mengucapkan selamat ke lo?" tanya Jenni, sahabat Sonia. Mata wanita itu mengarah pada seorang DJ yang terlihat sedang menikmati permainan musiknya. 

"Belum, dia mungkin lupa," jawab Sonia, pandangannya lurus menatap pria yang Jenni maksud. 

"Nggak mungkin dia lupa. Lo mau minta kado apa dari dia?" tanya Jenni iseng. Padahal wanita itu tahu betul keinginan Sonia terhadap lelaki itu. 

Sonia meraih gelas minumnya. "Lo tahu apa yang gue mau." 

"Dia pasti mau karena ini ulang tahun lo. Bukannya dia itu sayang sama lo?"

Sonia mendengus. "Nggak semudah itu. Bahkan saat gue naked pun kayaknya dia nggak tertarik."

Jenni pura-pura terkejut. "Mustahil. Dia bisa tidur dengan wanita mana saja bahkan yang nggak cantik sekali pun, tapi kenapa sama lo dia nggak mau?"

Sonia mengedikkan bahu. "Entah, mungkin karena gue adik tirinya."

"Ayolah, kalian itu beda bapak, beda ibu."

"Tetap saja, ayahnya sudah menikahi ibu gue. Kesialan yang hakiki," umpat Sonia meneguk minumannya.

"Lihat, dia turun. Pasti dia mau hampiri elo."

Dari posisinya Sonia menahan napas. Pria tampan sejagat bagi Sonia itu sedang berjalan ke arahnya. Beberapa orang menyapanya. Siapa sih yang tidak kenal dengan pria itu. Dia adalah raja di kelab ini. DJ yang andal, dan pemain yang hebat. Hanya saja, Sonia belum pernah merasakan itu. Dia hanya dengar dari orang-orang kalau Alex selalu bermain menakjupkan di atas ranjang. Iya, nama lelaki itu Alex, pemilik kelab sekaligus kakak tiri Sonia.

Sonia menggigit bibir bawahnya. Penampilan Alex malam ini sungguh menyiksa. Tampannya tak terbantahkan lagi. Jauh sebelum menjadi adik tiri lelaki itu, Sonia sudah jatuh cinta padanya. Dan jantungnya mendadak berhenti berdetak ketika Alex sudah berdiri di hadapannya. Pria itu mengulurkan tangan padanya. 

"Selamat ulang tahun," ucap Alex menatap Sonia lurus.

Wanita itu tampak grogi menyambut uluran tangan Alex. "Terima kasih, Lex." Dia mengulas senyum tipis. 

"Lo mau kado apa dari gue?" tanya Alex.

Mata Sonia berbinar, dia melempar pandang penuh bahagia pada sahabatnya, Jenni. Jenni juga terlihat tersenyum lebar.

"Ada. Apa lo mau mengabulkan?" tanya Sonia lagi. 

"Tentu. Kalau gue mampu." 

"Gue yakin lo mampu." 

"Oke, apa itu?"

Sonia tersenyum. Lalu ia mencondongkan badan ke depan Alex. Mengisyaratkan Alex untuk menundukkan kepala, karena lelaki itu terlampau tinggi. Sonia mendekat ke telinga Alex, setelah lelaki itu menunduk. Dia membisikkan sesuatu di sana. Setelah itu dia menjauhkan badannya kembali. 

Alex agak terkejut mendengar permintaan Sonia. Dia memandang Sonia yang kini tersenyum lebar. 

"Lo yakin?" tanya Alex menyipitkan mata. 

"Gue sangat yakin. Please, kabulin, ya."

Alex mendesah. "Kalau itu gue nggak bisa. Gue bisa digantung sama emak lo."

"Itu nggak akan, Lex." Sonia melingkari lengan lelaki itu. "Please, sekali ini saja."

Sonia sudah membayangkan bagaimana tubuh kekar Alex memeluknya. Dia ingin merasakannya. Menikmati sentuhan lelaki itu. 

"Lo bisa tidur sama perempuan mana pun tapi kenapa sama gue enggak?" 

Alex memutar bola mata. Dia tahu adik tirinya itu selalu menggodanya. Namun, dia tidak terpengaruh. Tepatnya berusaha tidak terpengaruh. Sonia nyaris tiap hari mengenakan busana seksi di rumah. Wanita itu seolah sengaja melakukan itu agar Alex tergoda. Tapi jangankan menatap, melirik pun Alex tidak. Dan sekarang, lihat apa yang adiknya minta di hari ulang tahunnya? 

"Pertama lo itu adik tiri gue, kedua perempuan-perempuan itu membayar gue buat nemenin mereka tidur," jelas Alex.

"Gue akan bayar lo. Berapa yang lo minta?" 

Alex menatap tajam Sonia. "Ini bukan soal uang, Sonia." 

"Lalu apa? Soal gue adik tiri lo? Bullshit banget. Kita itu beda bapak ibu. Apa masalahnya." 

Alex mengusap wajah dengan sebelah tangannya. "Oke, ikut gue."

Seketika Sonia tersenyum lebar dengan mata berbinar. Lalu mengikuti Alex beranjak. Tidak lupa dia melambai pada Jenni yang sedang menikmati minumannya. Jenni menggerakkan bibir seperti berucap : have fun.

Alex mengajak Sonia ke lantai dua. Dia berjalan dengan santai mengabaikan tatapan memuja dari para wanita yang berpapasan dengannya. 

"Kita nggak ke hotel aja?" tanya Sonia ketika Alex melangkah menuju ruang kerjanya di lantai dua. 

"Nggak perlu."

"Oke, nggak masalah." 

Mereka memasuki sebuah ruangan gelap. Sonia tahu ini ruang kerja Alex. Lelaki itu tidak berniat menyalakan lampunya. Begitu pintu tertutup, tubuh Sonia seperti ditarik, dan terhempas ke dinding. Dia belum bersiap apa pun saat sebuah serangan menyambar bibirnya. Dia tahu Alex yang melakukan nya. Ini gila, bahkan baru ciumannya saja tubuh Sonia serasa disetrum listrik berkilo-kilo watt. Ini memabukkan. 

Ia merasakan sebuah tangan meremas bokongnya. Dia melenguh, dan lengannya mengalung pada leher pria itu. Alex memperdalam ciumannya, dan semakin meremas keras kedua bokong Sonia. 

Setelah beberapa saat lamanya Alex melepas ciumannya. "Lo yakin akan melakukan ini sama gue?" tanya Alex sekali lagi. 

"Yakin, ini adalah kado ultah terindah," jawab Sonia dengan napas terengah.

Sejurus kemudian, Alex mengangkat tubuh Sonia. Kedua kaki wanita itu sontak melingkari pinggang pria itu. Alex berjalan menuju sofa, dan duduk di sana dengan Sonia yang berada di pangkuannya. Mereka kembali berciuman. Tangan Alex bergerak mengusap kedua paha Sonia yang tersingkap. Padahal dia sudah menahan untuk tidak pernah menyentuh wanita itu. Tapi kali ini sepertinya pertahanannya jebol. Alex terus mengumpat dalam hati, ketika diam-diam dia mengaggumi tubuh Sonia yang sempurna. Dia merasa sudah tidak waras lagi karena berniat meniduri adik tirinya. 

Tapi, bukankah ini kemauan Sonia sendiri? 

Alex terus mencumbu leher jenjang Sonia. Menjilat dan kadang menggigit membuat wanita itu mendesah. Ya, Sonia tidak perlu malu-malu lagi. Sudah dari sejak lama dia menginginkan ini. Bersentuhan dengan Alex. Merasakan kulitnya yang saling bergesekan dengan kulit Alex. Sensasinya benar-benar menyenangkan. 

Tangan Alex bergerak menurunkan tali dress Sonia melewati bahu. Telapak tangannya mengusap lembut di sana. Bukan kali pertama sebenarnya Alex melihat tubuh sintal wanita itu. Dia pernah melihatnya beberapa kali. Namun, tidak pernah sampai menjamah seperti ini. Meskipun dia tahu, Sonia sangat menginginkannya. Alex berusaha menahan gejolak untuk tidak menyentuh wanita itu. 

Bibir dan tangannya terus menyelusuri tubuh Sonia di pangkuannya. Dress yang wanita itu kenakan pun sudah jatuh begitu saja. Alex benar-benar memainkan keahliannya. Membuat wanita tidak berdaya di bawah kuasanya. 

Desahan Sonia makin tak terkendali mana kala jari-jemari Alex menyusup di balik G-string wanita itu. Sungguh, Alex menikmati wajah penuh gairah Sonia yang memerah. Sementara jari jemarinya bermain di bagian sensitif wanita itu, bibirnya mencumbu dada Sonia yang membusung sempurna. Hingga, Alex bisa merasakan tubuh Sonia yang menegang, dan tidak lama kemudian wanita itu berhasil mendapatkan orgasme pertamanya.

Alex tersenyum miring melihat napas Sonia yang memburu. Ternyata wanita itu benar-benar menginginkan sentuhannya. Baru sebentar saja sudah orgasme.

"Lex, please. Lakukan sekarang," ucap Sonia lirih. 

Bukannya menuruti permintaan Sonia, Alex malah membawa tubuh Sonia untuk duduk di sofa. Sementara dirinya beranjak berdiri. 

"Sori, Sayang. Gue nggak mungkin meniduri adik gue sendiri." 

Mendengar itu, Sonia geram. "Apa yang lo bilang, Lex? Lo udah bikin gue begini."

"Sori, gue harus pergi. Pake kembali dress lo." Alex yang masih memakai pakaian lengkap pun beranjak keluar meninggalkan Sonia yang masih menginginkannya. 

"Alex! Berhenti!" teriak Sonia kesal.

Alex tidak peduli teriakan Sonia. Wanita itu pasti sangat kesal diperlakukan seperti itu. Setidaknya Alex sudah membantunya mendapat pelepasan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Cut Zanah
wah gila nih Sonia, sampe rela mau di tiduri sangking terobsesi ny.. .........
goodnovel comment avatar
SyaMeera Rizqi
Wow kirain Alex bakal nidurin Sonia, berharap Semoga Alex jatuh cinta sama salah satu sahabat Dania
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • My Hottest Man   91. Janji Dania

    Liam langsung menyambut kedatangan Dania dan Alvin. Dia berlari-lari kecil dan menghambur ke pelukan Dania. Menjelang siang, Dania baru pulang dari hotel. Ya, apa lagi kalau bukan karena menuruti kemauan Alvin yang minta nambah lagi dan lagi."Anggap saja ini bulan madu kedua."Itu jawaban yang lelaki itu berikan ketika Dania protes lantaran Alvin yang sepertinya belum juga bosan menggempurnya. Padahal kaki Dania sudah tidak sanggup berdiri."Maafin, Mama. Pulang telat. Liam udah makan?" tanya Dania mencium pipi chubby anaknya."Mamam dah.""Pinter anak Mama.""Anak Papa juga dong," sambar Alvin mengusap rambut tebal Liam."Oh iya anak Papa juga."Mereka beriringan menuju ruang tengah. Dengan masih memangku Liam, Dania duduk di sofa ruang tengah."Honey, kamu lapar enggak?" tanya Alvin beranjak menuju dapur."Setelah kamu kuras habis tenagaku masih perlu

  • My Hottest Man   90. Janji Alvin (18+)

    "Congrats buat Dania dan Alvin. Moga kalian langgeng dan bahagia," seru Clara mengacungkan gelas minumannya, disusul gelas-gelas lainnya."Akhirnya kita bisa nyeret Dania ke kelab lagi, yuhuuuuu!" teriak Viona, di sisinya ada Bernard, pria yang disewanya untuk menemani minum.Clara lebih memilih duduk sendiri dan mengabaikan godaan para pria yang sesekali menghampirinya."Pantas saja. Laki lo tuh," ujar Viona mengarahkan pandangannya ke pintu masuk.Clara mengikuti arah pandang Dania dan menemukan pria bermata biru tampak melambai padanya. Arnold. Sontak senyum Clara mengembang."Selamat malam, Cinta," sapa Arnold mencium pipi Clara. "Wow, formasi kalian lengkap lagi ternyata," ucapnya melihat keberadaan Dania dan juga Viona."Kita sedang merayakan kebahagiaan Dania. Kamu mau minum?" sahut Clara menawarkan gelasnya."Tentu, Sayang." Arnold meraih gelas yang Clara angsurkan. Mata pria itu tak l

  • My Hottest Man   89. I Miss You too, Husband

    Alvin bergerak dengan mata yang masih terpejam. Beberapa detik kemudian tangannya terangkat mengucek mata. Sedikit mengerjap untuk menormalkan penglihatannya. Baru kemudian dia menoleh ke sisi kiri, dan matanya langsung bertemu pandang dengan mata Dania."Honey, kamu bangun?"Kata-kata pertama yang keluar dari mulut Alvin membuat Dania tercekat. Alvin menyebutnya apa tadi? Honey?"Liam juga bangun?" Lelaki itu menoleh ke ranjang tidur anaknya.Dania belum menjawab atau pun meluncurkan kata-kata. Hatinya terlalu bahagia.Lelaki itu menatap kembali kepada Dania yang tampak masih terbengong."Honey, are you okay? Kamu nggak senang aku datang?" tanya Alvin lembut.Dania kontan memejamkan mata. Merasakan kata-kata Alvin yang masuk ke telinganya dan menyebar memenuhi sanubarinya yang mendadak hangat."A-Alvin ... maafkan aku ...." Air matanya yang menggenang akhirnya terjatuh."Sst

  • My Hottest Man   88. Liam Sakit

    Dania bergegas ke kamar Liam. Anak itu sedang ditimang-timang pengasuhnya. Dia cepat-cepat mengambil alih Liam dari gendongan wanita itu."Panasnya belum turun, Mbak?" tanya Dania."Belum, Bu."Dania terpaksa meminta izin pulang lebih cepat karena Liam dari kemarin demam. Tadi pagi demam anak itu sudah turun. Oleh karena itu Dania memutuskan masuk kerja. Namun, siang tadi pengasuh Liam menelepon kalau demam anak itu meninggi lagi."Tolong siapkan perlengkapan Liam, ya, Mbak. Kita ke poliklinik.""Baik, Bu." Wanita muda yang memakai seragam baby sitter itu segera berbenah.Dania paling tidak bisa melihat anaknya sakit. Kalau disuruh memilih mending dia saja yang sakit. Mereka langsung masuk ke taksi yang sudah menunggunya.Poli anak tidak terlalu ramai ketika Dania sampai. Hanya beberapa pasien yang menunggu. Jadi, dia tidak terlalu lama menunggu.Dania bersyukur karena tidak ada penyakit yang

  • My Hottest Man   87. Dia Kembali

    "Ini kok lama-lama perusahaan udah kayak bola aja ya, lempar sana sini. Heran gue. Belum juga genap tiga tahun udah pindah tangan aja," ujar Clara.Dia dan kedua sahabatnya, sedang berjalan bersama menuju aula untuk sosialisasi owner baru perusahaan.Viona tertawa. "Alex menjual sahamnya karena hatinya udah dipatah-patahin dengan kejam sama temen lo."Dania di sebelahnya berdecak, tahu siapa yang Viona maksud."Hm, kasian juga si Alex sih. Kenapa sih lo nggak mau terima dia lagi? Dia itu pria tertampan sejagad. Apa lagi lo mantannya. Nggak akan sulit gue rasa." Clara mencolek lengan Dania yang masih dengan tenang mendengar ocehan kedua sahabatnya."Iya, lagi pula Liam kan butuh bapak. Kasihan dong kalau ketemunya cuma kita-kita aja," imbuh Viona.Ketiganya memasuki lift begitu pintu silver itu terbuka. Clara menekan tombol lantai tujuan mereka."Kalian pada gila apa gimana sih? Gue itu masih istriny

  • My Hottest Man   86. Kesempatan (18+)

    Dania menggeram ketika melihat Alex datang ke rumahnya membawa sebuah bingkisan. Apa lagi isinya kalau bukan mainan untuk Liam, putranya. Padahal baru kemarin kurir mengantar paket berisi kebutuhan Liam dan mainan untuk anak itu."Jangan beli mainan terus. Kamu tau, semua akan jadi sampah kalau dia sudah besar," ujar Dania protes."Hanya sesekali, Sayang." Alex tersenyum kepada bayi berusia satu tahun di hadapannya.Dania terlalu capek untuk meminta Alex menjauhinya. Pria itu tidak pernah kapok bertandang ke rumahnya."Tapi, kamu baru kemarin mengirimi Liam hadiah, Tin. Dia baru setahun, belum butuh itu," omel Dania seraya membereskan mainan anaknya yabg berantakan."Kemarin kapan? Aku baru kali ini kasih Liam mainan, Dania," ujarnya tak peduli sambil terus mengajak Liam bermain.Dania menoleh sesaat. Kebiasaan sekali suka menyangkal. Sering tidak mengakui perbuatannya kalau Dania sudah mengomel.Dania be

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status