Share

18. Maaf

Setelah Fafa keluar dari kamar utama, dia segera menuju ke taman. Dadanya terasa sesak, diusir Ian dari kamar. Dia bertekad akan mencari jawaban sendiri, jika Ian tidak memberi penjelasan.

Cukup lama Fafa melamun. Hingga Tini datang pun, Fafa tetap tidak menyadarinya.

"Nduk!"

"Bulik!" 

Tini langsung duduk di sebelah Fafa, kemudian memeluk keponakannya itu. Dia bisa memahami keadaan pasangan baru ini. Mereka berdua baru bertemu, langsung menikah.

Tini membiarkan Fafa menangis dalam pelukannya. Dielus punggung Fafa pelan. Tini membenarkan perkataan Rusdi dalam hati, 'Inilah hal yang menjadi sedikit keberatan dari Abang Rusdi, jika Ian dan Fafa menikah.'

Fafa memilih bungkam. Ingin sekali dia bercerita, tapi tidak untuk saat ini. Dirinya masih terguncang dengan bentakan Ian. Fafa segera melepaskan pelukannya, kala mendengar panggilan dari Rusdi. 

"Dik, Nduk. Ayo masuk!"

"Iya Bang."

Hari sudah menjelang malam. Waktu juga su

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status