Share

17. Luka Pertama

Melihat kelakuan adik Fafa dari kaca spion, membuat Ian tersenyum geli.

'Dasar bocah?" gumam Ian.

Ikhsan tertawa lebar. Dia senang, tidak sia-sia tugas robotik di bawa serta ke Jakarta. Ternyata, kakak ipar bersedia membantu mengerjakan.

"Kenapa bocah itu? Tertawa nggak jelas!" rutuk Ian.

"Dia terlalu senang, Mas Ian bersedia membantu mengerjakan tugas robotik. Katanya sudah satu bulan ini, belum berhasil."

"Hhmm."

Ian menuju kamar tamu. Tanpa mengetuk pintu, langsung masuk. Dia melihat Fafa masih tidur. Perlahan Ian mendekat, mengagumi Fafa. Ian takjub, bagaimana bisa gadis secantik ini dengan mudah mengiyakan syarat yang dia ajukan. Ian geleng-geleng. Sejak kapan dia begitu mudah menerima kehadiran orang tidak dia kenal.

Ian melirik jam tangan, pukul 16:00 WIB. Sudah satu jam dia masih duduk di kursi yang ada di dekat ranjang. Memperhatikan Fafa tidur, akan dia masukkan daftar aktifitas favorit hariannya.

"Bangun!" 

Ian me

Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status