Share

2. Hukuman

Author: HANINA
last update Last Updated: 2021-03-05 21:43:07

"Hei, ada apa kok ramai sekali?" Ramon celingukan ditengah kerumunan orang disamping meja bartender.

"Tumben cepet?"

"Ck, cewek tadi tak se-hot visualnya. Baru aku gempur dua ronde, sudah tepar tak berkutik. Padahal dia tidak mabuk." Ramon menghela napas kecewa.

"Makanya jangan dinilai dari luarnya. Lihat cewek cantik berambut merah itu, kelihatan polos tapi bisa tanding minum dengan Jose."

"Cewek itu." Ramon menunjuk dengan kepalanya ke arah Lexa." Whoa, menarik."

"Ya dan hasilnya seri." Sergio tersenyum masam.

"Apab… cewek itu bisa seri melawan seorang Jose Armando minum?" Ramon melotot tidak percaya.

"Seperti yang kau lihat, dia masih bisa berdiri tegak setelah berbotol-botol vodka."

"Oke Jose, taruhan apa selanjutnya untuk menentukan pihak pemenang di antara kita." Lexa tersenyum menantang.

"Oh, sepertinya kau tidak sabar menantangku dan sangat yakin akan menang, hah?"

"Hei, boleh aku kasih saran?" Ramon menginterupsi percakapan mereka. "Bagaimana dengan taruhan adu ketangkasan menembak? Kebetulan di sebelah kelab ada arena tembak dan aku lihat nona manis ini membawa sebuah pistol, itu artinya nona manis ini punya keahlian menembak bukan?"

"Hhh, jeli juga pengamatanmu tuan ….

"Ramon, namaku Ramon, nona manis." Ramon mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

"Aku setuju dengan usul Ramon, bagaimana denganmu Lexa?" Jose meminta persetujuanya Lexa.

"Kenapa tidak?"

"Malam ini otakmu encer juga Ram, berapa kali pelepasan barusan, hah?" Jose tertawa sambil menepuk bahu Ramon.

"Ck, jangan bahas itu lagi, ayo segera mulai. Aku sudah tidak sabar melihat siapa yang paling jago di antara kalian berdua."

"Baiklah, ayo. Lexa, arena tembak berada di samping kanan belakang club ini. Siap-siap untuk bertarung, nona." Jose mempersilakan Lexa untuk lebih dulu melangkah keluar kelab.

Jose tampak berbicara dengan penjaga arena, terlihat sang penjaga menganggukkan kepala berkali-kali kepada Jose. Setelah selesai memberi instruksi kepada penjaga, Jose menghampiri Lexa dan kedua orang temannya.

"Oke semuanya sudah siap, mari kita mulai pertandinganya nona manis." Jose tersenyum smirk kepada Lexa.

"Kita lihat kemampuan menembakmu, apakah sesuai dengan wajah tampanmu, Jose." Lexa berbalik mengejek Jose.

"Woa, Ramon siapkan mentalmu untuk menyaksikan pertandingan panas ini." Sergio menyenggol bahu Ramon, sedangkan Ramon menjawabnya dengan kelakar tawa yang keras.

"Baiklah, yang terbanyak bisa menembak pada sasaran inti dialah pemenangnya." Penjaga arena tembak menginterupsi percakapan mereka.

Lexa dan Jose mulai memakai kaca mata pelindung, head phone lalu mulai mengambil pistol dan mengisinya dengan peluru. Setelah persiapan selesai baik Jose dan Lexa mengangkat ibu jarinya keatas sebagai tanda siap. Sang penjaga yang merangkap wasit pertandingan pun memberi tanda mulai setelah bendera berwarna merah diayunkan ke udara.

"Desiung … dor, dor, dor!" Suara tembakan memekakkan telinga. Jose melirik kearah Lexa. 'Sial, gadis ini terlihat sangat tenang padahal baru saja minum vodka dalam jumlah yang tidak sedikit. Pose cara menembaknya pun terlihat sangat elegan. Sepertinya gadis yang kutantang adalah seorang penembak profesional. Aku harus menjalankan plan B.' batin Jose.

Sang wasit kembali mengangkat bendera keatas yang menandakan waktu pertandingan telah usai." Baiklah, pertandingan telah berakhir sambil menunggu perhitungan nilai, tuan dan nona bisa istirahat sebentar." Kedua teman Jose langsung menghampiri Jose dan Lexa.

"Kalian keren, terlihat kompak dan sangat profesional." Sergio bertepuk tangan.

"Siapkan hatimu Jose, tampaknya lawanmu tidak boleh diremehkan." Ramom menggoda Jose.

"Kita tunggu saja hasilnya." Jose menjawab asal dan menanti hasil pertandingan dengan harap-harap cemas. Sedangkan Lexa hanya tersenyum tenang dan terlihat sangat santai.

"Ehm, permisi Tuan, Nona, menurut perhitungan nilai dari tembakan peluru. Anda berdua seri, dengan hasil yang sama yaitu enam tembakan tepat mengenai sasaran pusat inti.

"What …" Sergio dan Ramon kaget, mereka membulatkan matanya.

Jose sudah siap-siap dengan rencananya, ia tidak boleh kalah demi terlaksananya rencana terselubung yang ia inginkan. Perlahan ia menggerakan jarinya memberi kode kepada orang suruhannya. Gerakan jarinya sangat samar, sehingga tak terlihat oleh siapa pun.

"Oh godddd, anda hebat sekali nona Lexa." Ramon memuji Lexa sambil menjabat tangannya.

"Jadi pertandingan belum berakhir kalau hasilnya seri lagi." Sergio mengingatkan.

"Sebagai penentu, saya akan memberikan satu buah peluru masing-masing kepada tuan dan nona. Siapa yang bisa menembak tepat di pusat inti sasaran, dialah pemenangnya." Selesai menjelaskan peraturan, sang wasit mulai memberikan masing-masing satu buah peluru kepada Jose dan Lexa.

Sambil mengenakan kaca matanya, Jose kembali berkata." Aku ingatkan sekali lagi nona lexa, pihak yang kalah harus mau mengikuti kemauan pihak sang pemenang."

"Aku belum pikun, tuan Jose yang terhormat." Lexa mulai memasukkan peluru ke dalam pistolnya. Di seberang sana, sang wasit mulai memberikan aba-aba siap.

"Dorrr." Satu peluru terakhir telah dimuntahkan oleh pistol keduanya ke arah sasaran tembak. Segera sang wasit memeriksa hasil tembakan dan memberi kode kepada mereka untuk mendekat.

"Peluru nona meleset 1cm dari pusat inti, jadi pemenangnya adalah tuan Jose."

Lexa membelalakkan matanya sambil memeriksa papan sasaran tembak. Bagaimana mungkin? Dia sangat yakin peluru yang ditembakkan tepat mengenai pusat sasaran inti. Tapi hasilnya terpampang nyata di depan matanya yang tidak dapat di pungkiri lagi dan dia harus menerima kekalahanya dengan ikhlas.

"Selamat Jose, akhirnya kau menang. Hampir saja aku jantungan menanti hasilnya." Sergio menepuk bahu Jose.

"Hahaha, mendebarkan sekali." Ramon menimpali.

"Baiklah-baiklah aku mengaku kalah, katakan apa hukuman untukku Tuan Jose?"

"Tidak sulit, Nona Lexa. Hukumannya adalah …menikahlah denganku."

"Apa?!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My Mysterious Wife (INDONESIA)   132. Epilog*

    Lexa sangat ketakutan setelah mengetahui keadaan bayi perempuannya yang kejang-kejang di usianya yang berusia dua hari. Bayi mungil itu harus dirawat secara intensif di ruangan khusus. Sepertinya bayi itu mempunyai kontak batin dengan Lexa yang juga mengalami kesedihan yang sangat mendalam."Dewi Bulan, tolonglah aku. Jangan kau ambil juga putriku. Aku baru saja kehilangan putraku. Jika putriku juga kau ambil aku tidak bisa bertahan hidup." gumam Lexa sambil menatap pintu ruangan perawatan putrinya yang sedang menjalani pemeriksaan."Sayang, bertahanlah. Putri kita pasti baik-baik saja. Dia adalah sosok yang kuat sepertimu. Aku percaya itu," bisik Jose menguatkan Lexa yang menangis dalam diam. Ia tahu jika Lexa sangat khawatir kepada putri mereka setelah hilangnya putra mereka yang kemungkinan besar sudah meninggal."Jo, aku ibu yang jahat. Setelah membunuh putra kita, aku juga menelantarkan putri kita. Sehingga sekarang keadaannya sangat memprihatinkan."Jangan berkata begitu, aku sud

  • My Mysterious Wife (INDONESIA)   131. Dia Membutuhkanmu*

    Seketika tubuh Jose menegang ketika mendengar pertanyaan dari Lexa. "Jawab, di mana putra kita?" tanya Lexa dengan tubuh yang bergetar.Jose tidak tahu harus menjawab apa. Ia meremas rambutnya frustasi karena dia tidak tahu di mana keberadaan putranya. Yang ia tahu, Lexa dan Xander bertempur di kejauhan dengan posisi Xander yang membawa putranya. Namun sekarang Lexa menanyakan keberadaan bayi itu padanya. Entah Jose harus menjawab bagaimana. "Sayang, saat aku sadar. Aku tidak menemukan keberadaanmu. Aku hanya menemukan Tian dan bayi perempuan kita. Dan menurut Tian …." Jose menjeda ucapannya. Kau dan Xander bertempur di sini dengan keadaan terakhir yang dilihat oleh Tian, Xander yang menggendong putra kita.""Apa? Xander yang menggendong putra kita? Tapi sekarang di mana Xander berada?"Jose menatap ragu kepada Lexa. Karena ia sendiri pun tidak tahu keberadaan Xander. "Bukankah kau yang di sini bersama Xander? Seharusnya kau yang lebih tahu."Seketika Lexa menangis setelah lamat-lama

  • My Mysterious Wife (INDONESIA)   130. Setelah Pertempuran*

    "Coba dekati suara air itu, Tian. Jose seolah tertarik untuk mencari keberadaan Lexa di tepian sungai karena suara gemericik air sungai itu seperti suara air terjun."Baik, Tuan, hati-hati." Bastian mengarahkan Jose ke jalan yang lumayan datar untuk dilewati. Keadaan sekitar yang penuh dengan rimbunan semak belukar dan batu-batu licin membuat mereka harus hati-hati dalam melangkah."Sayang, sabar dulu, ya? Kita sebentar lagi akan bertemu dengan Mommy-mu." bisik Jose di telinga bayi yang masih menangis kencang itu. "Sepertinya dia lapar, Tuan. Karena setelah dilahirkan belum meminum susu ibunya," ucap Bastian."Ya, sepertinya begitu. Walaupun aku tidak terlalu tahu masalah tentang bayi yang baru lahir. Seperti di film-film, jika seorang wanita baru saja melahirkan. Pasti dia akan menyusui bayinya, mungkin bayi perempuanku ini juga menginginkan hal yang sama.""Benar, Tuan," jawab Bastian sedikit terkekeh karena membayangkan Jose seperti suami-suami yang berada di dalam film. "Di mana

  • My Mysterious Wife (INDONESIA)   129. Memanas*

    Lexa sangat marah, ia ingin segera membunuh Xander untuk membalaskan dendamnya. Sinar merah itu membuatnya kembali bertenaga, ia segera bisa bangkit untuk segera menerjang Xander. Karena laki-laki itulah yang telah membuatnya menjadi seorang janda. Dengan penuh rasa kebencian Lexa segera mendekati Xander lalu menyerangnya. Xander yang tidak menyangka akan perubahan pada diri Lexa segera menghindar ke belakang sambil menggendong bayi laki-laki yang berada di tangannya.'Apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini?' keluh Xander dalam hati. 'Seharusnya tadi aku tidak membunuh laki-laki itu. Sepertinya aku telah menyulut kemarahannya sehingga kekuatan itu bisa muncul kembali, sial. Dengan keadaan Lexa yang sekarang. Mana mungkin aku bisa menaklukkannya semudah itu.'Lexa seperti gelap mata. Ia menatap marah kepada Xander dan di pikirannya saat itu adalah membunuh Xander. Bahkan ia mengabaikan keselamatan bayi yang berada dalam gendongan Xander. Lexa tidak mengingat lagi bayi miliknya. Bisa

  • My Mysterious Wife (INDONESIA)   128. Kebencian*

    Dengan sekali teriakan Lexa menggunakan seluruh tenaganya untuk mendorong bayi-bayinya keluar dari rahimnya. Suara tangisan bayi terdengar setelah keluar satu bayi dari perut Lexa."Lexa, bayimu sudah keluar." ucap Xander. "Bayi perempuan, cantik sekali," Xander menimang-nimang bayi yang masih penuh dengan darah. Ia sangat gembira melihat bayi Lexa sampai melupakan tujuan awalnya untuk membawa kabur Lexa. Xander segera menarik sebuah baju di salah satu mayat yang tergeletak di dekatnya untuk membungkus tubuh bayi yang baru lahir itu agar tidak kedinginan."Xander," Lexa memanggil Xander karena perutnya masih terasa sakit."Tunggu sebentar, masih ada satu bayi lagi di perutmu. Kau mengandung bayi kembar, kan?" tanya Xander yang berjalan mendekati Lexa. Ia meletakkan bayi perempuan yang sedang menangis itu di sebuah lempengan batu yang cukup lebar."Kau harus melakukan hal yang sama dengan tadi Lexa. Bagaimanapun kau harus mengeluarkan bayimu dengan segera atau kalau tidak dia akan mati

  • My Mysterious Wife (INDONESIA)   127. Melahirkan*

    "Tak akan kubiarkan kau membunuhnya." Lexa sangat marah, ia menggertakkan giginya dan seketika itu warna merah yang di tubuhnya semakin membara. Tiba-tiba emosinya terpancing dan ingin segera membunuh Xander detik itu juga.Xander sedikit pun tidak takut karena ia merasa aman telah mempunyai Jose dalam genggamannya.Jose yang masih sadar merasakan tubuhnya sangat lemah. Ia menyesal tidak mendengarkan saran dari Bastian. Karena kacerobohannya, sekarang ia membahayakan nyawanya sendiri maupun keselamatan Lexa. Jose tahu jika Xander akan menggunakannya sebagai tameng dalam bertempur melawan Lexa. Sehingga kemungkinan besar istrinya itu akan kalah jika Xander bisa memanfaatkan keadaan ini dengan pintar. Laki-laki licik itu memang sungguh sangat berbahaya."Aku tak menyangka kau berubah selicik itu, Xander." Lexa menggertakan giginya."Aku tidak peduli, dengan cara apa pun. Aku harus mengalahkanmu dan menjadikanmu milikku. Tadi orang-orangmu juga menggunakan cara licik dengan mengeroyokku.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status