"Kau sudah memastikan jika Michael benar-benar masih dipenjara?" Bastian terdiam mendengar penjelasan dari pengacaranya. "Oh, berarti cuma laporan tertulis dan kau belum mengeceknya? Baiklah aku tahu segera cek keberadaan Michael di dalam penjara. Kau harus memastikannya sendiri dengan matamu melihat keberadaan Michael. Setelah ada hasilnya cepat hubungi aku."Keesokan harinya Bastian menerima laporan dari pengacaranya jika Michael tidak berada di dalam penjara. Ketika pengacaranya mendesak meminta penjelasan kenapa laporan dan kenyataan tidak sama. Pihak kepolisian tidak bisa menjawabnya dengan lugas mereka kebingungan serta takut namun mereka juga tidak memberikan jawaban yang memuaskan kepada sang pengacara. Namun karena Jose tiba-tiba memberikan tugas mendadak untuk pergi ke Perancis membuat Bastian tidak bisa menyelidiki secara langsung kasus Michael dan hanya memerintahkan anak buahnya untuk melindungi Lexa dan Jose lebih ketat lagi. Bastian berpikir, sepulang dari Perancis ia ak
"Berikan padaku, Michael. Berikan hadiah itu sekarang.""Kau sudah sangat tidak sabar rupanya, Meg."Margaritha tertawa kecil, "tentu aku tidak sabar karena aku sudah berdandan secantik ini pasti ada hadiah yang spesial untukku.""Tepat sekali dugaanmu, Meg. Hadiah spesial itu adalah ini." Michael meraih tangan Margaritha lalu menelusupkannya ke dalam celana Michael. "Kenapa diam saja? Kau tidak suka dengan hadiahku? Maaf Meg, untuk saat ini aku hanya mempunyai ini.""Kenapa harus minta maaf?" Margaritha tersenyum genit, "aku sangat menyukainya melebihi apapun.""Benarkah?"Margaritha tidak menjawab namun segera bersimpuh di hadapan Michael. Tanpa Michael perintah, Margaritha langsung mengeluarkan kejantanan Michael dan memasukannya ke dalam mulutnya."Sekarang kau sangat pintar dan cepat tanggap, ya?" goda Michael.Margaritha tidak menjawab, ia sedang sibuk menjilati kejantanan Michael yang sudah mengeras. Dengan telaten gadis itu menjilatnya dari ujung kejantanan lalu turun berakhir
"Sayang, kau kenapa?" Jose melihat Lexa melamun saat sarapan pagi."Tidak ada." Lexa memperhatikan gerak-gerik Margaritha yang saat ini sedang membantu Ema di dapur.Jose mengikuti pandangannya Lexa dan ia tahu pasti ada sesuatu dengan Margaritha. Jose akan bertanya setelah mereka di kamar nanti."Alex," panggil Jose. Sejak keluar dari rumah sakit, Jose berubah sangat manja. Ia mengambil kesempatan ini untuk membuat Lexa lebih perhatian padanya."Ck," Lexa berdecak karena tahu maksud dari Jose. Paga ini mereka belum melakukan morning sèx seperti biasanya. Karena Lexa ingin melihat keadaan Margaritha terlebih dahulu."Ayolah, aku mohon …." pinta Jose seperti seorang anak kecil yang meminta mainan kepada ibunya."Jo," Lexa tidak punya waktu menjawab saat Jose sudah mengangkatnya dari kursi.Jose tertawa kecil, "berikan jatahku dulu."Lexa memukul dada Jose yang membuat Jose terbahak. Para pelayan ikut bahagia menyaksikan tuan muda mereka hidup bahagia setelah menikah. Termasuk Ema dan M
Darah Lexa mendidih setelah melihat Michael lah orang yang ditemui Margaritha. Laki-laki bejat itu telah membuat Margaritha berubah. Gadis polos itu berubah seperti seorang wanita penghibur gara-gara Michael.Lexa memutuskan untuk menunggu berapa lama Margaritha ada di dalam. Ia duduk menghadap pintu apartemen yang ditinggali oleh Michael. Masih dalam wujud serigala, Lexa mempunyai sebuah rencana untuk menyingkirkan Michael. Tapi sebelum itu ia harus menyadarkan Margaritha, siapa Michael yang sebenarnya. Jika tidak, sepanjang sisa hidupnya, Margaritha akan bersedih menangisi kematian Michael. Lexa tidak rela jika Margaritha mengeluarkan air mata yang sia-sia.Hampir tiga jam Lexa menunggu Margaritha keluar dari apartemen itu. Gadis itu telah berganti pakaian dengan baju yang biasanya dikenakan saat berada di mansion. Langkah kaki Margaritha tertatih-tatih.Lexa mengikuti Margaritha yang pulang ke mansion. Gadis itu sepertinya sudah terbiasa menyelinap karena penjaga tidak melihat kedat
"Kau bunuh anak kita, Michael.""Anak? Itu anakmu, Dan aku tidak ada urusan dengan kehamilanmu." Michael menarik tangan Margaritha. "Berdiri!" "Aduh," Margaritha mengerang kesakitan saat tangannya ditarik paksa oleh Michael."Jangan pura-pura, aku muak dengan aktingmu." Michael kemudian menyeret Margaritha dengan kasar."Michael, kau….""Apa? Pergi dari sini!" Michael langsung menutup pintu setelah berhasil mengeluarkan Margaritha dari apartemennya. Michael sangat kejam, tanpa mempedulikan Margaritha yang gemetaran karena menahan sakit."Tolong, tolong bayiku." ucap Margaritha lemah.Setelah kembali masuk ke dalam, Michael mencuci tangannya karena bekas darahnya Margaritha. Ia lalu mendekati wanita seksi tadi, wanita itu sedang duduk di ranjang sambil cemberut. Tubuhnya sudah tertutup handuk putih dan menatap Michael dengan kebencian."Aku datang, Sayang." Michael tersenyum mesùm. Gairahnya sudah berada di ubun-ubun."Bersihkan darah itu, aku tidak tahan melihatnya." titah wanita itu.
"Tolong, halo…!" Michael mengetuk-ketuk pintu menggunakan pisau dapur."Siapa saja, tolong aku!" Michael berharap ada seseorang yang lewat di depan apartemennya lalu mau membantunya membuka pintu apartemen."Sayang, Cantik, Cintaku! Apakah kau dengar aku?" Michael berteriak memanggil wanita sèksi yang dirayunya semalam. Namun sudah berkali-kali ia berteriak minta tolong, tidak ada satu pun orang yang membukakan pintunya."Oh tidak mungkin," Michael melihat ponselnya tidak ada sinyal internetnya."Aku akan melakukan panggilan darurar saja yang bebas pulsa." Baru saja Michael menyentuh layar ponselnya, ponsel itu mati karena kehabisan daya. "Sialan!" Michael berusaha menghidupkan kembali ponselnya. Namun ia harus kecewa karena ponsel itu tidak bisa menyala."Biar aku cas dulu baterainya." Michael mengambil kabel charger ponsel. "Apa, tidak ada aliran listrik? Tidak mungkin," ia mulai berkeliling menekan saklar untuk mengecek aliran listrik. "Tidak ada," gumam Michael."Aliran gas di dapu
Sebelum menutup mata Michael dapat melihat ada seseorang yang membuka pintu apartemen. Seorang wanita berambut merah yang berjalan masuk lalu mendekatinya.Michael membuka matanya lebar, "L-lexa," ucap Michael dari pergerakan mulutnya yang tanpa suara. Ia tidak menyangka jika orang yang datang menemuinya sekarang adalah Lexa. Jadi semua yang menimpanya adalah kehendak wanita itu? Sangat sadis wanita itu, lalu bagaimana bisa ia melakukan semuanya. Apakah Jose sepupunya, ikut membantu Lexa untuk memperdayanya selama tiga hari. Membuatnya tersiksa dari rasa haus, lapar dan dingin."Halo Michael, dari wajahmu kau ingin tahu kenapa aku ada di sini, kan?" Lexa menatap tajam Michael yang hanya bisa melihatnya. Tubuhnya terbaring di atas lantai tanpa bisa bergerak.Michael mengedipkan matanya sebagai tanda ya."Hahaha," Lexa tertawa terbahak lalu duduk di atas sofa sambil menyilangkan kakinya."Sabar dulu, aku harus mengumpulkan tenaga sebelum membacakan cerita untuk mengantarmu ke alam kemati
"Jose apa yang sedang kau lakukan?" Lexa protes dengan aksi Jose yang kini sudah menduduki perutnya dalam keadaan polos. Ia melihat wajah Jose memelas sambil menatap wajahnya secara intens. Kedua tangannya sudah ditangkap oleh Jose."Jangan menyiksaku, aku tidak tahan jika harus menahannya lagi." ucap Jose penuh nafsu."Menahan apa?" goda Lexa."Kau tahu itu," Jose menggerakkan kejantanannya yang sudah menegang di atas perut Lexa. Menggesek perut ramping itu untuk memberitahu Lexa jika dirinya kini sangat menginginkannya."Aku lelah," Lexa berusaha melepaskan tangannya."Please, aku sudah menahannya sejak dari kantor tadi." pinta Jose yang suaranya sudah berubah serak. Ia langsung melumat bibir Lexa pelan lalu menyesapnya dalam.Lexa menatap Jose penuh cinta. Perasaan cintanya kepada laki-laki itu semakin dalam. "Lepaskan tanganku."Jose menuruti permintaan Lexa, ia tahu jika istri kecilnya itu tidak akan menolaknya malam ini. Kedua mata biru itu juga sedang tersulut gairah. Kini ia ha