Share

Bab 168

Qeiza terlonjak duduk. Dia berpegangan pada kedua lengan kursi lantaran kaget mendengar suara gelegar pintu didorong dengan kasar. Mulutnya ternganga ketika melihat Ansel muncul di kamarnya.

Roman muka Ansel yang semula memerah karena marah, mendadak berubah risau tatkala melihat Qeiza meringis kesakitan.

“K–kakimu kenapa?”

Ansel mendatangi Qeiza. Matanya terpaku pada pergelangan kaki Qeiza yang terbalut perban elastis.

Qeiza menyandarkan lagi punggungnya. Dia mendesah seraya memejamkan mata. “Sebaiknya kau keluar sekarang!”

Ansel tak menggubris perintah Qeiza. Dia berjongkok di samping meja.

“Jangan sentuh!” larang Qeiza ketika Ansel mengulurkan tangan untuk meraih kakinya.

“Kenapa? Sakit sekali ya?” Ansel menoleh pada Qeiza.

“Kalau kau sudah tahu, harusnya kau membiarkan aku istirahat.”

Qeiza menjawab acuh tak acuh. Meskipun dia tak lagi membenci mantan suaminya itu, dia juga tidak berharap untuk bertemu kembali dengannya.

Alih-alih menuruti pergi dari kamar itu, Ansel mal
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status