Share

My Pilot Loveholic - 4

Penulis: triannasan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-26 19:50:15

Ruangan ballroom yang tadinya sepi, malam ini menjadi pesta resepsi pernikahan yang ramai. Seluruh meja telah dipenuhi tamu undangan. Berbagai makanan dan minuman disajikan siap untuk memanjakan lidah para tamu yang datang. Acara seperti ini, selain untuk memberikan selamat pada mempelai, tentu sebagai ajang untuk bertemu dengan kerabat jauh dan reuni bersama teman-teman. Benarkan?

Ditengah-tengah kepadatan acara itu, sekelompok laki-laki yang berjalan beriringan berhasil menghipnotis mata para undangan. Ketiganya berjalan bak supermodel papan atas yang sedang catwalk, menyuguhkan ketampanan dan pesonanya masing-masing dibalut dengan celana kain dan jas dari brand ternama.

Para wanita sampai enggan untuk berkedip, agar tak tertinggal setiap sekon dari pergerakan ketiga laki-laki itu. Sebagian dari mereka menatap lapar, seolah objek di depannya adalah mangsa yang siap untuk diterkam. Ada lagi wanita yang melirik, curi-curi pandang, padahal di sampingnya sudah ada pacar bahkan suami.

Salah satu laki-laki yang berada di tengah tersenyum miring, sebelah tangannya sibuk menyibakkan rambut, tentu hal itu ia lakukan dengan sengaja. Siapa lagi kalo bukan Jaydan seorang.

Di sisi kanannya ada Theo si dokter muda, dengan jas abu-abu metalic. Laki-laki berkulit pucat layaknya vampir di film-film barat, matanya sendu serta rahang yang tajam. Sementara di sisi kiri nampak laki-laki berkacamata yaitu Dareen. Raut wajahnya dingin, tatapannya tajam siap menusuk segala objek di depannya. Mereka berjalan ke sisi kiri, mencari meja yang belum di tempati.

"Bisa nggak, sekali aja lo nggak tebar pesona kayak tadi," pinta Dareen saat ketiganya sudah berhasil menepati meja kosong.

"Siapa?" tanya Jaydan.

Theo menggerutu, "masih nanya lagi, ya siapa lagi kalo bukan lo," seraya menunjuk pada Jaydan yang duduk dihadapannya.

"Reen, kayak baru kenal gue aja lo," Jaydan tersenyum miring lalu meneguk minuman berwarna merah pekat, sepertinya sejenis minuman moctail yang biasa tersedia di acara pesta seperti ini.

"Punya wajah ganteng kayak gini tuh buat apa? kalo bukan dikasih liat ke cewek. Gue nggak perlu yang namanya tebar pesona, toh mereka yang akan ngejar gue," lanjutnya.

Dareen hanya memutar bola matanya malas. Berbeda dengan Jaydan, Dareen ini orangnya agak kaku macam kanebo kering. Nggak suka jadi pusat perhatian banyak orang, khususnya para wanita. Tapi karena pekerjaannya sebagai Dosen, mau tak mau ia harus menjadi perhatian para mahasiswa di Universitas tempatnya mengajar.

Dareen bukan tipikal dosen killer dan kejam yang ada dicerita fiksi, ia masih punya hati buat kasih keringanan dari tugas hingga hukuman. Dareen hanya kelewat dingin, jarang tersenyum, tatapannya selalu tajam walaupun begitu banyak mahasiswi yang mengidolakan laki-laki itu. Kalo Dareen jadi Jaydan, pasti beberapa mahasiswi masuk dalam list mantannya, tapi 26 tahun Dareen ada di dunia ia sama sekali tidak punya yang namanya mantan, alias Dareen nggak suka yang namanya pacaran.

"Jaga perasaan pacar lo kek," cecar Dareen seperti belum puas memperingatkan Jaydan.

"Tenang gue udah putus semalam, artinya kita bertiga sama-sama jomblo. Siapa tahu di acara ini gue dapat gebetan baru ya nggak?"

"Gila lo! baru dua minggu lalu lo cerita punya cewek baru sekarang udah putus aja." Sahut Theo dengan wajah tak percaya.

"Gue nggak cocok sama Tiara."

"Dari dulu alasan lo juga gitu," cetus Dareen.

"Cewek yang satu ini bikin gue ilfiel! Tiara bukan nyokap apalagi istri gue, suka banget larang-larang. Beberapa kali gue diajakin minum, gue tolak, yah kali ntar gue diapa-apain lagi, hiih" jelas Jaydan seraya bergidik ngeri membayangkan hal yang tidak-tidak terjadi padanya. Amit-amit batinnya.

"Terus ngapain tuh cewek lo pacarin kemarin?" keluh Dareen.

Jaydan tidak langsung menjawab, ia memandang ke arah sekitar. Lalu mencondongkan sedikit tubuhnya ke depan. "Awalnya gue kira dia masih polos, eh baru beberapa hari jadian ternyata ketahuan juga kalo cewek nggak bener. Pakai sebar rumor yang nggak-nggak tentang gue," bisiknya.

"Rumor apaan?" Tanya Theo dengan raut wajah penuh tanya.

"Kalo gue pernah tidur sama dia," jawab Jaydan cepat.

Dareen yang ingin meneguk minumnya itu urung, beralih menatap Jaydan, tepatnya sedikit melotot pada sahabatnya sejak orok. "Wah, udah nggak bener lo! Kalo tuh cewek hamil giman.."

Belum selesai melanjutkan perkataannya, Dareen malah merintih kesakitan. Salah satu kakinya habis kena injak Jaydan yang kebetulan duduk di sebelahnya.

"Sakit anyiing!" pekik Dareen, suaranya sedikit tertahan.

"Bisa biasa aja nggak, Reen. Kita lagi di acara kondangan, ini rame banget," bisik Theo yang duduk dihadapannya. Laki-laki itu sedikit tersenyum kepada orang-orang yang pandangannya tertuju ke arah mereka.

"Tapi nggak usah nginjak kaki segala." omelnya.

"Sorry, refleks!" sesal Jaydan. "Lagian lo ada-ada aja. Gue akuin gue cowok brengsek, tapi gue pernah bilang ke lo-lo pada kalo nggak akan tidurin cewek. Inget nggak?"

Theo dan Dareen mengangguk bersamaan.

"Iye, terus tadi apaan?"

"Tiara sebarin rumor yang nggak enak tentang gue, dia bilang kita pernah tidur bareng. Padahal gue sama sekali nggak pernah masuk kamar hotelnya kalo ada jadwal bareng. Sampai sini ngerti?"

Dareen mengangguk mengerti, memang kesalahannya sih nggak sepenuhnya mendengar cerita Jaydan. Karena Dareen agak malas, yang di ceritakan Jaydan pasti nggak jauh-jauh dari wanita.

"Makanya itu gue putusin dia, bukan kemarin sih udah beberapa hari yang lalu. Tapi itu cewek masih kekeuh mau pacaran sama gue, semalam dia nelpon gue, yah gue tegasin lagi nggak mau ada hubungan sama dia. Habis itu nomernya gue blokir."

"Cupu banget lo, sukanya main blokir," ejek Dareen.

"Terserah, yang penting gue udah selesain semua."

Sebuah suara seseorang yang menyapa, berhasil mengalihkan ketiganya. Laki-laki dengan postur tinggi semampai, bahunya lebar, di balut dengan setelan jas abu-abu metalic.

"Woi! Lama nggak ketemu, gue kira lo pada nggak datang," sapa orang itu sembari berjabat tangan secara bergantian dengan Jaydan, Theo dan juga Dareen. Ketiganya menyambut kedatangan sang empunya acara, siapa lagi kalo bukan teman semasa sekolah yang kini tengah menjadi pengantin baru, itu Lucas.

"Yah kali kita nggak dateng, Cas," ujar Jaydan.

"Kapan lagi bisa makan gratis," canda Theo.

Sementara Dareen hanya diam, tapi masih membalas jabatan tangan Lucas dengan sedikit usaha. Mengingat tempat duduk Dareen itu agak jauh dari tempat Lucas berdiri, jadi Dareen harus bangkit dari duduknya.

Lucas tertawa mendengar penuturan Theo, "kenalin ini istri gue, Laras. Ras ini temen sekelas gue dulu."

Jaydan, Theo dan Dareen lantas melihat seorang gadis yang sejak tadi berada di balik punggung Lucas. Gadis cantik dengan gaun berwarna putih.

"Hai, gue Laras," sapanya malu-malu.

"Kampret lo, lama nggak ada kabar tahu-tahu sebar undangan," sindir Dareen.

Lucas hanya bisa nyengir kuda, kemudian membantu Laras untuk ikut duduk dan bergabung ke meja itu, beberapa menit mereka larut dalam obrolan. Laras terlihat sesekali tertawa mendengar cerita, lebih tepatnya aib dari Lucas semasa sekolah.

"Ras," sapa seseorang lagi-lagi mengalihkan obrolan di meja itu. Gadis dengan gaun selutut dengan motif floral. Ia berjalan mendekati meja, "Eh, sorry ganggu yah, saya ada urusan sama Laras."

"It's okay, gapapa santai aja," ucap Jaydan di sertai senyum yang mampu menciptakan lesung di kedua pipinya.

Gadis itu melirik sebentar pada Jaydan untuk beberapa sekon sedikit terpesona dengan ketampanan laki-laki itu. Tapi beruntung, sentuhan Laras berhasil menyadarkannya.

"Si Gienka gue cariin nggak ada," keluhnya.

Laras sedikit terkejut, "di kamar kali, lo nggak coba ngehubungin dia, Din?"

"Ponsel gue mati, gue udah ke kamar sekalian ngecharger tapi dia nggak ada," ujar Dina agak cemas sekaligus takut karena sahabatnya tiba-tiba menghilang.

"Kayaknya lagi di toilet atau nggak di brideroom deh,"

"Lo temenin yah, gue nggak mau kena marah sendirian. Meskipun gue galak, si Gienka bisa lebih galak lagi," pinta Dina dengan wajah sedikit memelas pada Laras.

Laras nampak berpikir, didetik itu pun ia bangkit dari duduknya. "Sorry nih, gue tinggal dulu yah. Lanjutin ngobrolnya," pamit Laras lalu menggandeng Dina pergi.

"Jadi setelah gue, diantara kalian siapa yang mau nikah?" Lucas membuka obrolan lagi, setelah sepeninggalan Laras. Mengamati ketiga temannya, satu persatu tapi sudah beberapa detik berlalu, tidak ada yang berniat menjawab.

"Wait! Jangan bilang kalian belum ada calon?"

Sekali lagi tidak ada tanggapan, Jaydan pura-pura tak mendengar, Dareen mendadak sok sibuk dengan ponselnya, sendangkan Theo tengah menyeruput minuman berwarna biru.

"Oh man!" seru Lucas, "harta okelah, pekerjaan mapan, terus apalagi yang lo cari diumur segini kalo bukan pasangan?"

"Gue rasa Dareen bakal nyusul lo," Theo asal tebak.

"Apaan? Lo ngeledek gue? Kenapa nggak lo aja? dengan cewek yang nggak jelas kabarnya dan sedang ada di mana?" Balas Dareen sekenanya.

"Astaga, kenapa lo bahas-bahas itu sih? Ayolah, gue nggak mau mikirin hal kayak gitu untuk malam ini aja," tegur Theo seraya meneguk setengah gelas yang berada di hadapannya.

"Itu karena lo yang mulai lebih dulu." Kata Dareen tak ingin mengalah.

"Lo berdua nggak pernah berubah, selalu aja ribut," diiringi tawa ringan Lucas yang tiba-tiba pecah. Laki-laki ini mudah sekali tertawa.

"Gue aja sampai bosan. Kalau aja gue bisa cari teman lainnya, udah gue tinggalin mereka berdua," sahut Jaydan.

"Lo mampu cari banyak cewek, tapi giliran cari temen nggak mampu. Sayang sekali." Sindir Theo dengan memasang wajah kesalnya, sengaja menggoda salah satu sahabat karibnya itu.

Lucas yang sedang minum tiba-tiba tersedak. "Jay, lo tetap mainin cewek?" tanya Lucas memasang wajah kaget.

"Semenjak jadi pilot, seleranya makin tinggi."

Jaydan menghela nafas mencoba mengelak semua perkataan teman-temannya. "Nggak, gue belum menemukan yang cocok,"

"Gue ada kenalan, temennya istri gue. Kalo dari kalian ada yang masih jomblo, ntar gue kenalin." Usul Lucas pada ketiganya.

"Cewek yang tadi bukan?"

Lucas menggeleng, "itu sepupu gue, udah ada kalo dia mah!"

"Yang galak?" Tanya Theo lagi.

Lucas tampak menimang sesuatu, lalu di detik berikutnya ia mengangguk setuju. "Tapi nggak galak banget,"

"Kasih ke Dareen, galak ketemu galak, beuh cocok. Bakal jadi pasangan fenomenal ntar," suruh Theo.

"Noh Jaydan biar tahu rasanya di galakin sama cewek," timpal Dareen.

"Nggak perlu, gue udah ada," ujar Jaydan, seraya menatap objek yang sejak tadi mengalihkan perhatiannya. Laki-laki itu tersenyum miring, kemudian bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja meninggalkan meja itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • My Pilot Loveholic (Indonesia)   My Pilot Loveholic - 34

    Jaydan melangkahkan kakinya ke rumah yang sudah lama tidak laki-laki itu kunjungi. Sekitar dua bulan lebih, Jaydan tidak menginjakkan kakinya di halaman rumah besar yang bertuliskan Yayasan Panti Asuhan Kasih Bunda. Biasanya ia akan berkunjung dengan keluarga setiap akhir pekan, tapi berhubungan jadwal penerbangan Jaydan yang sering diluar nalar, membuat Jaydan hanya bisa berkunjung sebulan sekali, itu pun kalo dirinya ada waktu.Yayasan ini dikelola oleh keluarga Marva secara turun menurun, yang artinya suatu saat semua tanggung jawab yang berkaitan dengan Yayasan akan dibebankan pada Jaydan, begitupun juga Risha. Sejak kecil pun, Jaydan oleh orangtuanya diperkenalkan dengan suasana panti dan bergaul bersama anak-anak disana. Beberapa para pekerja di Yayasan juga mengenal baik Jaydan dan Risha dari kecil hingga keduanya dewasa. Membawa berbagai makanan, dan kebutuhan lain menjadi rutinitas Jaydan berkunjung ke Yayasan. Padahal, kedua orang tua Jaydan su

  • My Pilot Loveholic (Indonesia)   My Pilot Loveholic - 33

    Gienka melayangkan potres pada Jaydan. Sesaat laki-laki itu baru selesai memarkirkan mobil dan memutar kunci untuk mematikan mesinnya. "Kenapa lo bawa gue kesini?"Sejak awal, Gienka harusnya berucap demikian, saat ia tahu Jaydan tengah membelokkan kemudinya ke bangunan besar di tengah kota yang difungsikan menjadi pusat perbelanjaan -sebut saja mall."Kata lo terserah mau kemana aja? Yah tujuan gue kesini" ucap Jaydan sembari melepaskan safety belt yang melekat pada dada bidangnya."Tapi gue nggak mau kesini" tolak Gienka. "Salah sendiri ditanyain dari tadi bilangnya 'terserah' mulu." Gienka menghela nafas kesal, memang dari awal adalah kesalahannya sih tidak menentukan tempat yang ingin di tuju, malah menyerahkan pada Jaydan. Tetapi bukan sepenuhnya salah Gienka juga. Jaydan sebagai laki-laki harus bisa peka, setidaknya sedikit saja mengerti kemauan dari seorang wanita. Bukankah Jaydan cukup berpengalaman mengajak wanita berkencan? Kalau memang seperti itu Jaydan harusnya tahu t

  • My Pilot Loveholic (Indonesia)   My Pilot Loveholic - 32

    Harusnya Gienka tidak melakukan ini 'kan?Menempatkan dirinya di depan meja rias. Berkutat dengan berbagai alat-alat makeup dari brand ternama. Mengaplikasikan semua benda-benda itu, sehingga membuat parasnya semakin cantik dan merona. Biasanya semua itu, akan ia lakukan saat berada di depan kamera. Untuk membuat tutorial yang Gienka upload di laman youtubenya dulu. Tapi, sekarang? Gienka tak lagi berkutat di dunia itu.Lantas kenapa hari ini Gienka sengaja bangun pagi dan menghabiskan hampir satu jam di meja rias?Seolah tersadar dengan pikiran yang berkecamuk dalam benak, Gienka meletakkan cermin kecil yang semula digenggamnya. "Gue cuma pergi jalan, dan bisa-bisanya gue dandan secantik ini?" ujar Gienka pada dirinya sendiri."Hhhh.. Gien lo nggak perlu dandan kayak gini. Dia bukan siapa-siapa.""Okay, dia bukan siapa-siapa, lo harus tampil seperti biasanya..."Gienka berniat menghapus riasan, tapi sebelum hal itu ter

  • My Pilot Loveholic (Indonesia)   My Pilot Loveholic - 31

    Dua minggu Gienka tidak bisa tidur dengan tenang. Selama itu, kantung di bawah matanya sedikit menghitam.Gienka sudah membolak-balikkan tubuhnya ke segala arah, mencari posisi yang nyaman agar bisa tertidur. Sengaja pula membuat tubuhnya lelah dari pagi hingga malam, dengan maksud Gienka bisa lekas tertidur ketika sampai di rumah. Namun, semua yang ia lakukan tetap nihil, Gienka nyatanya akan berakhir dengan mata terbuka hingga dini hari, atau sampai tertidur dengan sendirinya. Gienka sempat ingin mengkonsumsi obat tidur -dosis ringan, tapi urung ia lakukan. Takut keesokan harinya tidak bisa bangun tepat waktu.Tahu kenapa Gienka bisa seperti ini?Tentu, karena seorang bernama Jaydan.Entah kenapa Gienka selalu memikirkan laki-laki itu. Sampai Gienka tidak bisa tertidur. Jaydan akhir-akhir ini memang memborbardir pikirannya, tak terkecuali malam ini. Kadang-kadang lagi ribet dengan urusan pekerjaan pun, Jaydan mampir memporak-porandakan pikiran Gienka. Ini bukan efek samping dari

  • My Pilot Loveholic (Indonesia)   My Pilot Loveholic - 30

    Karena malam semakin larut dan taksi yang dipesannya tidak kunjung datang, Gienka secara terpaksa harus pulang diantar Jaydan. Dimana Naresh? Udah pulang duluan, alasannya ada pekerjaan dadakan. Yah kali ada kerjaan dadakan jam sebelas malam? Gienka itu tahu betul, kalo Naresh cuma kerja part time alias setengah hari doang. Dan hampir satu tahun Naresh bekerja, nggak ada tuh yang namanya kerja lembur. Terus tiba-tiba ijin pulang dulu. Apa nggak mencurigakan? Karena Nareshlah, Gienka harus satu mobil lagi dengan Jaydan. Selain itu ada Diana juga yang menyuruhnya untuk pulang bersama anaknya -Jaydan, karena laki-laki itu juga akan pulang ke apartemen. Awalnya Gienka menolak karena sedang menunggu taksi yang sudah dipesan, tapi Diana memaksa dan menariknya mendekati Jaydan yang saat itu hendak memasuki mobil. "Udah, kamu pulang sama anaknya tante aja yah? Daripada lama nunggu taksi nggak datang-datang keburu makin malam. Lagian, nggak baik anak g

  • My Pilot Loveholic (Indonesia)   My Pilot Loveholic 29

    Sudah kaget dengan kenyataan, bahwa orangtua Risha adalah dosen pembimbingnya dulu. Kini Gienka makin shock saat Pak Dion memperkenalkan putra sulungnya yang ternyata JAYDAN. Gienka tak tahu berada di situasi macam apa. Tapi, haruskan Tuhan mempertemukan ia dan Jaydan dengan cara seperti ini? Maksud Gienka, kenapa orang di sekitarnya harus berhubungan dekat dengan Jaydan? Kenapa? Takdir? Nggak mungkinlahPerasaan Gienka udah berdoa buat dijauhkan dari sosok seperti Jaydan Yuda Marva. Tetapi hari ini seolah perjuangan Gienka untuk berdoa dari pagi hingga tengah malam sia-sia?Dari sekian penduduk di Jakarta, kenapa juga harus Jaydan? Kalo Jaydan versi lain Gienka bisa maklumi, tapi kalo yang satu ini, Gienka kayaknya nggak tertarik. Apalagi melihat peringai Jaydan yang sudah sejak awal terdeteksi sebagai buaya darat sehingga harus di hindari. Gienka masih tak percaya, seorang Jaydan kini tengah duduk santai di sisi kirinya. Laki-laki itu sudah berada di samping Gienka sejak lima

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status