Share

My Pilot Loveholic - 5

Penulis: triannasan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-26 21:51:08

Gienka, baru saja memasuki area ballroom, mencari seseorang yang dikenalnya di kerumunan para tamu undangan. Gadis itu berpenampilan sangat cantik dan berbeda dengan yang lain.

Gienka memilih gaun yang bernuansa gelap dengan corak bunga putih kecil-kecil. Rambutnya yang pirang ia ikat rapi ke belakang dengan aksen japit rambut berkilauan. Tampilan yang cukup sederhana namun tetap terlihat anggun. Dengan riasan make up yang minimalis sesuai dengan pesta dan lipstik peach andalannya.

Gienka berjalan dengan hati-hati mencoba menemukan Dina di pesta ini. Padahal gadis itu sudah menyuruh Dina untuk menunggunya di bride room yang menjadi tempat Laras bersiap.

Namun, saat Gienka membuka pintu ruangan itu hanya diisikan orang yang tidak ia kenal sedang merapikan barang, sepertinya orang-orang wardrobe. Gienka tersenyum kikuk kemudian ia menutup ruang itu kembali dan langsung menuju tempat acara.

Ia sudah menghubungi Dina menanyakan keberadaan sahabat sekaligus managernya itu, tetapi tetap saja tidak ada balasan. Bahkan panggilannya pun sama sekali tak dihiraukan, padahal sudah berdering beberapa kali. Akhirnya dengan terpaksa, Gienka beralih pada meja bar, ia sengaja memilih tempat yang lebih sepi. Gienka sekali lagi mengedarkan pandangannya tak menemukan sama sekali orang yang dikenali.

"Mba, mau pesan sesuatu?" Tanya seorang laki-laki, Gienka melirik sebentar pada bartender itu.

"Ahh! Nggak, gue nggak pesan minum." Jawab Gienka sambil menggelengkan kepala, matanya kemudian menatap pada layar ponsel menanti balasan dari Dina. Tapi, meskipun beberapa menit telah berlalu, sialnya masih tak ada balasan. Gienka menghela nafas panjang, kalau begini, ia lebih baik tidak ikut turun dan mendatangi pesta.

"Lo Gienka?"

Pekikan seseorang cukup mengganggu atensi Gienka dari layar ponselnya. Gadis itu menatap seseorang yang baru saja memanggil namanya. "Iya, kenapa?" Gienka mencoba bersikap normal, padahal ia sedang menahan kesal karena ditinggal sendiri oleh sahabatnya.

"Ternyata nggak secantik yang gue bayangkan. Gue nonton konten lo, kontennya cukup bantu gue buat belajar make up, meskipun hanya sedikit sih." Ujar seseorang itu.

Sebentar. Apa gadis itu sedang mengejeknya? Secara tidak langsung dia mengatakan konten-konten Gienka selama ini hanyalah sampah, begitu?

Gienka menaikan salah satu alisnya lalu mencoba mengingat, wajah seseorang yang kini berada di sebelahnya. Tapi sekeras apapun Gienka mengingat, ia tak pernah ada masalah dengan gadis itu. Mengenalnya saja tidak, tapi kenapa gadis itu seolah sedikit membencinya.

Gienka menghendikan bahu dan sedikit tersenyum memaksa, sungguh ini bukan waktu yang tepat untuk meladeni orang itu. "Yang penting lo ke bantu kan dengan beberapa konten gue, yah meskipun sedikit. Thankyou, sudah mau meluangkan waktu buat nonton channel saya," ucap Gienka sedikit ada penekanan.

Gadis berambut sebahu dan bergaun merah itu, melambaikan tangannya, "Nggak perlu berterimakasih, kebetulan aku nggak sengaja nemuin konten kamu di beranda, terus nggak sengaja kepencet deh," ucap gadis itu sombong.

Gienka cukup terperangah mendengar perkataan gadis itu, kenapa seakan mencari gara-gara dengannya. Kalo saja tempat ini tidak ramai, Gienka bisa saja memberi pukulan tepat di wajah sombongnya, kemudian membuat hidung gadis itu mengeluarkan darah, kalau bisa patah sekalian. Tapi Gienka nggak akan melakukan itu, ia masih punya rasa simpati.

"Ngapain lo ada di sini?" tanyanya setelah berinteraksi dengan bartender, gadis itu baru saja memesan minuman.

"Gue rasa lo udah punya mata, ngapain gue harus ngejelasin," jawab Gienka sarkas di sertai senyum tipis, lalu kembali menatap ponselnya.

"Maksud gue, lo ngapain ada di acara kayak gini?"

"Sama kayak lo, jadi tamu undangan apa lagi." Jawab Gienka tidak antusias.

Gadis itu tidak terlalu suka berbicara dengan orang yang nggak dikenal, seperti mahkluk yang merecokinya sejak tadi. Kenapa coba, itu orang masih betah aja di dekatnya. Gienka mau saja untuk menghindar lalu pergi begitu saja, tapi gadis itu terlanjur mengirim pesan pada Dina berada di sekitar meja bar. Iya, Dina sudah bisa dihubungi, gadis itu bilang ada di kamar hotel. Jadi Gienka memutuskan menetap di situ, sampai Dina datang.

"Kebetulan banget, gue bisa ketemu lo disini yah. Datang sendiri?"

Apakah gadis itu tidak bisa berhenti bertanya dan pergi begitu saja? Gienka sudah cukup muak bersama orang yang sok akrab. "Iya, gue datang sendiri."

"Kenapa nggak datang sama, Bram? Gue pikir kalian masih sama-sama."

Gienka kali ini terkejut dengan pertanyaan gadis yang entah sejak kapan sudah duduk di kursi bar. Sehingga posisi gadis itu lebih tinggi di bandingkan dirinya. Gienka sekali lagi menelisik wajah itu, tapi ia tetap tidak mengenalnya. Lantas kenapa orang itu tahu kedekatannya dengan laki-laki itu?

"Nggak, kita nggak pernah ada hubungan." Gienka mengelak.

"Jadi, rumor kalo lo dicampakkan dan dimanfaatkan sama model itu bener?"

Sungguh pertanyaan yang diajukan kali ini sangat sensitif bagi Gienka.

"Yakk! Lo itu siapa sih? Dari pada lo sibuk ngurusin hidup orang lain. Benarin dulu riasan lo, pipi lo terlalu merah kayak abis ditampar. Apa perlu gue tampar biar warnanya makin gelap?" Gienka dengan amarah yang sedikit meledak.

"Biasa aja kali, gue cuma nanya."

Gienka membuang nafasnya, memandang jengah pada gadis itu, "Tapi, yang lo tanyain itu nggak pantas. Kita nggak seakrab itu sampai lo bisa ngulik masalah pribadi gue, kenal lo aja nggak," tukasnya.

Gadis itu tersenyum meremehkan, "Oh sorry, gue lupa. Kalo gitu, ayo kita kenalan biar gue bisa nanya soal hubungan lo sama Brams." Katanya seraya mengajak Gienka untuk berjabat tangan.

"Nggak perlu," tolak Gienka.

Gienka langsung saja pergi meninggalkan gadis itu. Apa-apaan katanya tadi, seorang Gienka Halinka dimanfaatkan oleh model yang tidak terkenal seperti Brams. Benar sih, Gienka yang terlalu bodoh karena mau saja dekat dan beberapa kali kolaborasi dengan model tak tahu diri itu. Entah Gienka yang terlalu polos atau memang Brams yang berpura-pura menjadi laki-laki yang polos.

Bramastya Siregar, seorang model laki-laki yang baru saja merintis karir, tapi tak perlu waktu lama laki-laki itu sudah berjajar di barisan model papan atas. Laki-laki yang 6 bulan ini dikabarkan dekat dengannya. Laki-laki yang beberapa bulan ini memenuhi sedikit ruang di hatinya. Gienka fikir laki-laki yang bersikap lugu padanya itu tulus ingin menjalin hubungan. Faktanya tidak, dibalik wajah lugu, seorang Brams hanya memanfaatkan dirinya, dengan cara mendekati Gienka. Bilangnya ingin berhubungan serius dengan Gienka padahal hanya ingin menutupi beberapa rumor yang tidak-tidak, dan status Brams sesungguhnya.

Dua minggu yang lalu artikel laki-laki itu bertebaran di berita online dengan judul, "Bramastya Siregar diketahui memiliki tunangan, lalu bagaimana kedekatannya dengan Gienka Halinka?" Sungguh artikel itu, membuat Gienka sekaligus kaget, muak dan malu.

Sudah punya tunangan, tapi mengaku ke publik kalo dia masih sendiri. Dan sedang memiliki hubungan dengan seorang gadis, siapa lagi kalo bukan Gienka. Karena beberapa bulan itu orang-orang ketahui Brams hanya dekat dengan Gienka.

Bodohnya, kenapa selama 6 bulan itu Gienka tak mengetahui kalo Brams memiliki tunangan? Kenapa Gienka tidak mendapati tanda-tanda laki-laki itu punya pasangan? setidaknya kalo ada, Gienka akan menjauh, dan hal seperti ini tidak akan terjadi.

Tapi sudah terlambat, nasi sudah menjadi bubur. Gienka sudah terlanjur di cap buruk, karena memiliki hubungan dengan Brams yang diketahui memiliki tunangan. Ada juga yang menganggapnya sengaja mendekati Brams agar makin tenar, sedikit juga ada yang membela dan sepenuhnya menyalahkan Brams karena telah menutupi statusnya agar dapat menaikan karirnya.

Sejak adanya artikel itu, Gienka tidak ingin bertemu dengan Brams. Tanpa berfikir panjang ia menghapus semua yang berhubungan dengan laki-laki buaya itu. Seperti, vlog yang sempat mereka buat, foto di i*******m, dan kontaknya pun ia blokir. Tidak ingin membahas masalah itu, tidak ingin diganggu berbagai macam media yang menginginkan klarifikasi. Bahkan Dina yang tak sengaja bertanya dan menyebutkan nama Bramastya saja mendapat amukan yang meledak-ledak, persis seperti perempuan yang baru Gienka temui tadi. Sungguh, bagaimanapun Gienka tidak sudi membahas apapun yang berkaitan dengan laki-laki itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • My Pilot Loveholic (Indonesia)   My Pilot Loveholic - 34

    Jaydan melangkahkan kakinya ke rumah yang sudah lama tidak laki-laki itu kunjungi. Sekitar dua bulan lebih, Jaydan tidak menginjakkan kakinya di halaman rumah besar yang bertuliskan Yayasan Panti Asuhan Kasih Bunda. Biasanya ia akan berkunjung dengan keluarga setiap akhir pekan, tapi berhubungan jadwal penerbangan Jaydan yang sering diluar nalar, membuat Jaydan hanya bisa berkunjung sebulan sekali, itu pun kalo dirinya ada waktu.Yayasan ini dikelola oleh keluarga Marva secara turun menurun, yang artinya suatu saat semua tanggung jawab yang berkaitan dengan Yayasan akan dibebankan pada Jaydan, begitupun juga Risha. Sejak kecil pun, Jaydan oleh orangtuanya diperkenalkan dengan suasana panti dan bergaul bersama anak-anak disana. Beberapa para pekerja di Yayasan juga mengenal baik Jaydan dan Risha dari kecil hingga keduanya dewasa. Membawa berbagai makanan, dan kebutuhan lain menjadi rutinitas Jaydan berkunjung ke Yayasan. Padahal, kedua orang tua Jaydan su

  • My Pilot Loveholic (Indonesia)   My Pilot Loveholic - 33

    Gienka melayangkan potres pada Jaydan. Sesaat laki-laki itu baru selesai memarkirkan mobil dan memutar kunci untuk mematikan mesinnya. "Kenapa lo bawa gue kesini?"Sejak awal, Gienka harusnya berucap demikian, saat ia tahu Jaydan tengah membelokkan kemudinya ke bangunan besar di tengah kota yang difungsikan menjadi pusat perbelanjaan -sebut saja mall."Kata lo terserah mau kemana aja? Yah tujuan gue kesini" ucap Jaydan sembari melepaskan safety belt yang melekat pada dada bidangnya."Tapi gue nggak mau kesini" tolak Gienka. "Salah sendiri ditanyain dari tadi bilangnya 'terserah' mulu." Gienka menghela nafas kesal, memang dari awal adalah kesalahannya sih tidak menentukan tempat yang ingin di tuju, malah menyerahkan pada Jaydan. Tetapi bukan sepenuhnya salah Gienka juga. Jaydan sebagai laki-laki harus bisa peka, setidaknya sedikit saja mengerti kemauan dari seorang wanita. Bukankah Jaydan cukup berpengalaman mengajak wanita berkencan? Kalau memang seperti itu Jaydan harusnya tahu t

  • My Pilot Loveholic (Indonesia)   My Pilot Loveholic - 32

    Harusnya Gienka tidak melakukan ini 'kan?Menempatkan dirinya di depan meja rias. Berkutat dengan berbagai alat-alat makeup dari brand ternama. Mengaplikasikan semua benda-benda itu, sehingga membuat parasnya semakin cantik dan merona. Biasanya semua itu, akan ia lakukan saat berada di depan kamera. Untuk membuat tutorial yang Gienka upload di laman youtubenya dulu. Tapi, sekarang? Gienka tak lagi berkutat di dunia itu.Lantas kenapa hari ini Gienka sengaja bangun pagi dan menghabiskan hampir satu jam di meja rias?Seolah tersadar dengan pikiran yang berkecamuk dalam benak, Gienka meletakkan cermin kecil yang semula digenggamnya. "Gue cuma pergi jalan, dan bisa-bisanya gue dandan secantik ini?" ujar Gienka pada dirinya sendiri."Hhhh.. Gien lo nggak perlu dandan kayak gini. Dia bukan siapa-siapa.""Okay, dia bukan siapa-siapa, lo harus tampil seperti biasanya..."Gienka berniat menghapus riasan, tapi sebelum hal itu ter

  • My Pilot Loveholic (Indonesia)   My Pilot Loveholic - 31

    Dua minggu Gienka tidak bisa tidur dengan tenang. Selama itu, kantung di bawah matanya sedikit menghitam.Gienka sudah membolak-balikkan tubuhnya ke segala arah, mencari posisi yang nyaman agar bisa tertidur. Sengaja pula membuat tubuhnya lelah dari pagi hingga malam, dengan maksud Gienka bisa lekas tertidur ketika sampai di rumah. Namun, semua yang ia lakukan tetap nihil, Gienka nyatanya akan berakhir dengan mata terbuka hingga dini hari, atau sampai tertidur dengan sendirinya. Gienka sempat ingin mengkonsumsi obat tidur -dosis ringan, tapi urung ia lakukan. Takut keesokan harinya tidak bisa bangun tepat waktu.Tahu kenapa Gienka bisa seperti ini?Tentu, karena seorang bernama Jaydan.Entah kenapa Gienka selalu memikirkan laki-laki itu. Sampai Gienka tidak bisa tertidur. Jaydan akhir-akhir ini memang memborbardir pikirannya, tak terkecuali malam ini. Kadang-kadang lagi ribet dengan urusan pekerjaan pun, Jaydan mampir memporak-porandakan pikiran Gienka. Ini bukan efek samping dari

  • My Pilot Loveholic (Indonesia)   My Pilot Loveholic - 30

    Karena malam semakin larut dan taksi yang dipesannya tidak kunjung datang, Gienka secara terpaksa harus pulang diantar Jaydan. Dimana Naresh? Udah pulang duluan, alasannya ada pekerjaan dadakan. Yah kali ada kerjaan dadakan jam sebelas malam? Gienka itu tahu betul, kalo Naresh cuma kerja part time alias setengah hari doang. Dan hampir satu tahun Naresh bekerja, nggak ada tuh yang namanya kerja lembur. Terus tiba-tiba ijin pulang dulu. Apa nggak mencurigakan? Karena Nareshlah, Gienka harus satu mobil lagi dengan Jaydan. Selain itu ada Diana juga yang menyuruhnya untuk pulang bersama anaknya -Jaydan, karena laki-laki itu juga akan pulang ke apartemen. Awalnya Gienka menolak karena sedang menunggu taksi yang sudah dipesan, tapi Diana memaksa dan menariknya mendekati Jaydan yang saat itu hendak memasuki mobil. "Udah, kamu pulang sama anaknya tante aja yah? Daripada lama nunggu taksi nggak datang-datang keburu makin malam. Lagian, nggak baik anak g

  • My Pilot Loveholic (Indonesia)   My Pilot Loveholic 29

    Sudah kaget dengan kenyataan, bahwa orangtua Risha adalah dosen pembimbingnya dulu. Kini Gienka makin shock saat Pak Dion memperkenalkan putra sulungnya yang ternyata JAYDAN. Gienka tak tahu berada di situasi macam apa. Tapi, haruskan Tuhan mempertemukan ia dan Jaydan dengan cara seperti ini? Maksud Gienka, kenapa orang di sekitarnya harus berhubungan dekat dengan Jaydan? Kenapa? Takdir? Nggak mungkinlahPerasaan Gienka udah berdoa buat dijauhkan dari sosok seperti Jaydan Yuda Marva. Tetapi hari ini seolah perjuangan Gienka untuk berdoa dari pagi hingga tengah malam sia-sia?Dari sekian penduduk di Jakarta, kenapa juga harus Jaydan? Kalo Jaydan versi lain Gienka bisa maklumi, tapi kalo yang satu ini, Gienka kayaknya nggak tertarik. Apalagi melihat peringai Jaydan yang sudah sejak awal terdeteksi sebagai buaya darat sehingga harus di hindari. Gienka masih tak percaya, seorang Jaydan kini tengah duduk santai di sisi kirinya. Laki-laki itu sudah berada di samping Gienka sejak lima

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status