Jaydan adalah seorang captain pilot termuda di maskapainya. Memiliki paras yang tampan, pekerjaan yang mapan serta harta yang melimpah, sehingga di kelilingi banyak wanita. Jaydan dikenal sebagai buaya udara, hal ini karena puluhan pramugari berbaris rapi di list daftar mantannya. Suatu hari, tanpa sengaja Jaydan dipertemukan dengan Gienka yang mampu membuat dunianya jungkir balik karena pandangan pertama. Beberapa kali keduanya dipertemukan, membuat Jaydan berpikir konyol jika keduanya bertemu untuk ke 3 kali, maka gadis itu adalah jodoh yang ditakdirkan Tuhan untuknya. Jaydan yang biasanya dikejar oleh wanita, mau tak mau harus berjuang mengejar Gienka. Bisakah Jaydan mendapatkan hatinya?
View MorePilot merupakan salah satu profesi yang banyak digemari dan diimpikan oleh banyak orang, terutama kaum laki-laki. Pekerjaan ini memang tampak keren saat mengemudikan sebuah pesawat besar dari logam, lengkap dengan dua sayap di sisi kiri dan kanan. Gaji yang ditawarkan pun tidak main-main, sangat tinggi. Tak heran jika profesi pilot termasuk dalam daftar pekerjaan dengan pendapatan terbesar di dunia.
Dengan penghasilan yang besar, Jaydan Yuda Marva mampu mengoleksi sejumlah mobil mewah di garasi rumahnya. Ia juga tampil modis dengan pakaian dan sepatu dari merek-merek ternama, serta selalu dikelilingi oleh para wanita. Bahkan sebelum menjadi pilot, Jaydan memang sudah kerap menarik perhatian banyak gadis karena ketampanannya.
Selama dua tahun terakhir menjabat sebagai pilot, Jaydan memegang tanggung jawab besar dalam memimpin kru dan menerbangkan pesawat yang membawa puluhan penumpang. Ketika pesawat mengudara dan sebagian besar penumpang terlelap. Jaydan dan tim di ruang kokpit justru harus tetap fokus dan berkonsentrasi penuh demi memastikan penerbangan berjalan lancar hingga tiba di kota tujuan.
Jaydan dikenal sebagai kapten muda yang tegas dan tampan. Banyak kopilot dan junior yang merasa segan terhadap gaya kepemimpinannya, baik saat berada di balik kemudi maupun ketika sesi briefing berlangsung. Kekaguman mereka semakin bertambah saat mengingat deretan prestasi Jaydan, yang berhasil menjadikannya sebagai kapten termuda di maskapai tempat ia bekerja.
Namun, berbeda halnya di kalangan pramugari. Di mata mereka, Jaydan dikenal sebagai sosok "buaya" bukan buaya darat, melainkan buaya udara.
Jika ditanya, bagaimana bisa mendapat julukan itu? Jawabannya sederhana, Jaydan adalah pria yang enggan menyia-nyiakan wajah tampannya.
Dengan paras bak dewa-dewa Yunani, Jaydan mampu memikat hati para wanita. Kemampuannya menjadi seorang playboy sebenarnya telah diasah sejak masa sekolah, dan semakin berkembang seiring bertambahnya usia. Kini, para pramugari cantik di maskapai tempatnya bekerja menjadi target utama. Tercatat sudah puluhan pramugari yang masuk dalam daftar mantan kekasihnya.
Dan tampaknya, malam ini Jaydan akan menambah satu nama lagi dalam daftar panjang itu.
“Ada apa lagi, Ra?”
“Tolong, Jay. Aku tidak ingin putus denganmu.”
“Terserah. Yang jelas, aku tidak mau lagi memiliki hubungan apa pun denganmu.”
“Kenapa? Kenapa kamu sejahat ini padaku?”
Jaydan yang semula berbaring di sofa kini duduk tegak, melepas beberapa kancing pada kemeja seragamnya. Jam menunjukkan pukul 23.45. Bukannya merasa dingin, Jaydan justru merasa gerah, karena ia baru saja tiba di kamar hotel tempat ia dan beberapa kru menginap. Seharusnya, Jaydan sudah berada di kamar mandi untuk membersihkan diri. Namun, dering ponsel yang tak berhenti sejak tadi membuatnya mengurungkan niat tersebut. Padahal sempat terlintas di pikirannya untuk memblokir nomor itu, tetapi yang ia lakukan justru hanya menghapusnya.
“Jangan pura-pura polos. Jelas-jelas kamu yang paling licik di sini.”
“Aku salah apa sama kamu, Jay?”
“Kamu pikir aku tidak mendengar rumor belakangan ini? Kamu kira aku bodoh dan tidak tahu siapa dalang di balik semua itu?”
“Aku sungguh tidak tahu apa maksudmu…”
Jaydan menyunggingkan senyum miring. “Kamu serius tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu, Ra?”
“Kamu bilang ke semua orang kalau kita sudah tidur bersama,” ucap Jaydan dengan nada kesal. “Apa kamu tidak punya akal? Kapan aku pernah melakukan hal seperti itu denganmu? Selama ini hubungan kita berjalan normal. Jangan kira aku tidak tahu bahwa kamu yang menyebarkan rumor itu.”
Sudah sekitar seminggu Jaydan mendengar berbagai rumor tak sedap tentang dirinya. Meski sudah sejak lama ia dikenal memiliki reputasi buruk karena dekat dengan banyak pramugari, ia tidak terlalu ambil pusing. Bahkan, ketika mendengar julukan barunya sebagai si buaya udara, Jaydan justru merasa bangga. Mungkin itu satu-satunya julukan di dunia dan hanya untuk dirinya.
Namun, untuk rumor yang satu ini, Jaydan merasa tersulut emosi. Meski secara langsung tidak terlalu merugikan, telinganya terasa panas setiap kali nama dan rumor itu terdengar. Akhirnya, dua hari lalu ia memutuskan hubungannya dengan Tiara. Berdasarkan informasi dari teman-teman dan beberapa mantan, Tiara lah yang mulai menyebarkan rumor ke mana-mana.
“Iya, aku yang menyebarkannya ke semua orang. Puas?” jawab Tiara lantang.
“Kenapa?” tanya Jaydan, menatap tajam.
“Karena aku pacarmu, Jay. Aku lihat Netta beberapa kali masuk ke kamarmu, sementara aku malah kamu larang. Kamu menganggap aku apa? Hanya koleksi untuk dipamerkan agar orang tahu kamu ‘punya’ aku?”
“Aku dan Netta tidak ada hubungan apa-apa! Semua orang tahu kami hanya teman minum, Ra.”
“Kalau hanya untuk menemani minum, aku juga bisa. Tapi kenapa kamu tidak pernah bilang? Kenapa selalu harus Netta yang menemanimu?”
“Aku tidak mau. Hanya Netta yang bisa aku percaya. Dia berbeda.”
“Berbeda bagaimana? Aku dan dia sama-sama pramugari. Bahkan kalau dari segi penampilan, aku lebih cantik darinya! Apa yang kamu dapatkan dari dia?”
“Cukup! Aku tidak ingin berbicara lagi denganmu. Dan ingat baik-baik, hubungan kita berakhir sampai di sini. Jangan pernah hubungi aku lagi.”
“Tidak, aku masih ingin bersamamu...”
Jaydan langsung memutuskan panggilan secara sepihak, lalu melemparkan ponselnya dengan emosi. Ia tidak peduli apakah benda mahal itu retak, rusak, atau bahkan hancur berkeping-keping.
Amarahnya sudah memuncak. Sepanjang sejarahnya sebagai buaya udara, baru kali ini Jaydan bertemu perempuan seperti Tiara.
Saat pertama kali mengenalnya, Jaydan mengira Tiara sama seperti pramugari lain yang pernah dekat dengannya. Tidak peduli urusannya dengan Netta, hanya tertarik pada wajah dan uangnya. Namun ternyata, Tiara menginginkan hubungan yang lebih... you know, hubungan yang mengarah ke hubungan ranjang.
Jaydan menolak keras hal seperti itu. Meski dikenal sebagai pria yang gemar bergonta-ganti pasangan, ia tidak pernah melampaui batas tertentu. Cukup sebatas skinship layaknya pasangan pada umumnya. Meskipun ibadahnya pun tak sempurna—bolong-bolong seperti baju ibu-ibu yang tersenggol knalpot—Jaydan tahu, dalam agamanya, hal seperti itu termasuk dosa besar.
Pintu kamar hotel terbuka. Jaydan menoleh dan mendapati Netta berdiri di ambang pintu sambil membawa beberapa botol soju.
“Sepertinya kamu butuh minuman,” ucap Netta, menggoyangkan botol-botol yang dibawanya dari kamar sebelah. Ia tahu betul suasana hati Jaydan pasti kesal. Rumor yang berkembang di kalangan pramugari masih hangat-hangatnya.
Jaydan mengangguk dan berdiri. “Aku mandi dulu.”
“Nett, kamu mau sekalian barangkali kamu belum—” Kalimat Jaydan belum terselesaikan, Netta sudah memotongnya.
“Jangan aneh-aneh!” sahut Netta cepat.
“Makan.” Jaydan menggelengkan kepala. “Astaga, otakmu itu. Aku belum selesai bicara. Aku lapar. Tolong pesankan makanan, ya.”
“Idihh…”
Jaydan lalu masuk ke kamar mandi setelah mengambil setelan baju tidur dari koper. Suara gemericik air dan senandung kecilnya mulai terdengar. Sementara itu, Netta sudah duduk di sofa yang sebelumnya ditempati Jaydan. Ia duduk bersila, fokus menatap layar ponsel yang menampilkan beranda I*******m.
Jaydan melangkahkan kakinya ke rumah yang sudah lama tidak laki-laki itu kunjungi. Sekitar dua bulan lebih, Jaydan tidak menginjakkan kakinya di halaman rumah besar yang bertuliskan Yayasan Panti Asuhan Kasih Bunda. Biasanya ia akan berkunjung dengan keluarga setiap akhir pekan, tapi berhubungan jadwal penerbangan Jaydan yang sering diluar nalar, membuat Jaydan hanya bisa berkunjung sebulan sekali, itu pun kalo dirinya ada waktu.Yayasan ini dikelola oleh keluarga Marva secara turun menurun, yang artinya suatu saat semua tanggung jawab yang berkaitan dengan Yayasan akan dibebankan pada Jaydan, begitupun juga Risha. Sejak kecil pun, Jaydan oleh orangtuanya diperkenalkan dengan suasana panti dan bergaul bersama anak-anak disana. Beberapa para pekerja di Yayasan juga mengenal baik Jaydan dan Risha dari kecil hingga keduanya dewasa. Membawa berbagai makanan, dan kebutuhan lain menjadi rutinitas Jaydan berkunjung ke Yayasan. Padahal, kedua orang tua Jaydan su
Gienka melayangkan potres pada Jaydan. Sesaat laki-laki itu baru selesai memarkirkan mobil dan memutar kunci untuk mematikan mesinnya. "Kenapa lo bawa gue kesini?"Sejak awal, Gienka harusnya berucap demikian, saat ia tahu Jaydan tengah membelokkan kemudinya ke bangunan besar di tengah kota yang difungsikan menjadi pusat perbelanjaan -sebut saja mall."Kata lo terserah mau kemana aja? Yah tujuan gue kesini" ucap Jaydan sembari melepaskan safety belt yang melekat pada dada bidangnya."Tapi gue nggak mau kesini" tolak Gienka. "Salah sendiri ditanyain dari tadi bilangnya 'terserah' mulu." Gienka menghela nafas kesal, memang dari awal adalah kesalahannya sih tidak menentukan tempat yang ingin di tuju, malah menyerahkan pada Jaydan. Tetapi bukan sepenuhnya salah Gienka juga. Jaydan sebagai laki-laki harus bisa peka, setidaknya sedikit saja mengerti kemauan dari seorang wanita. Bukankah Jaydan cukup berpengalaman mengajak wanita berkencan? Kalau memang seperti itu Jaydan harusnya tahu t
Harusnya Gienka tidak melakukan ini 'kan?Menempatkan dirinya di depan meja rias. Berkutat dengan berbagai alat-alat makeup dari brand ternama. Mengaplikasikan semua benda-benda itu, sehingga membuat parasnya semakin cantik dan merona. Biasanya semua itu, akan ia lakukan saat berada di depan kamera. Untuk membuat tutorial yang Gienka upload di laman youtubenya dulu. Tapi, sekarang? Gienka tak lagi berkutat di dunia itu.Lantas kenapa hari ini Gienka sengaja bangun pagi dan menghabiskan hampir satu jam di meja rias?Seolah tersadar dengan pikiran yang berkecamuk dalam benak, Gienka meletakkan cermin kecil yang semula digenggamnya. "Gue cuma pergi jalan, dan bisa-bisanya gue dandan secantik ini?" ujar Gienka pada dirinya sendiri."Hhhh.. Gien lo nggak perlu dandan kayak gini. Dia bukan siapa-siapa.""Okay, dia bukan siapa-siapa, lo harus tampil seperti biasanya..."Gienka berniat menghapus riasan, tapi sebelum hal itu ter
Dua minggu Gienka tidak bisa tidur dengan tenang. Selama itu, kantung di bawah matanya sedikit menghitam.Gienka sudah membolak-balikkan tubuhnya ke segala arah, mencari posisi yang nyaman agar bisa tertidur. Sengaja pula membuat tubuhnya lelah dari pagi hingga malam, dengan maksud Gienka bisa lekas tertidur ketika sampai di rumah. Namun, semua yang ia lakukan tetap nihil, Gienka nyatanya akan berakhir dengan mata terbuka hingga dini hari, atau sampai tertidur dengan sendirinya. Gienka sempat ingin mengkonsumsi obat tidur -dosis ringan, tapi urung ia lakukan. Takut keesokan harinya tidak bisa bangun tepat waktu.Tahu kenapa Gienka bisa seperti ini?Tentu, karena seorang bernama Jaydan.Entah kenapa Gienka selalu memikirkan laki-laki itu. Sampai Gienka tidak bisa tertidur. Jaydan akhir-akhir ini memang memborbardir pikirannya, tak terkecuali malam ini. Kadang-kadang lagi ribet dengan urusan pekerjaan pun, Jaydan mampir memporak-porandakan pikiran Gienka. Ini bukan efek samping dari
Karena malam semakin larut dan taksi yang dipesannya tidak kunjung datang, Gienka secara terpaksa harus pulang diantar Jaydan. Dimana Naresh? Udah pulang duluan, alasannya ada pekerjaan dadakan. Yah kali ada kerjaan dadakan jam sebelas malam? Gienka itu tahu betul, kalo Naresh cuma kerja part time alias setengah hari doang. Dan hampir satu tahun Naresh bekerja, nggak ada tuh yang namanya kerja lembur. Terus tiba-tiba ijin pulang dulu. Apa nggak mencurigakan? Karena Nareshlah, Gienka harus satu mobil lagi dengan Jaydan. Selain itu ada Diana juga yang menyuruhnya untuk pulang bersama anaknya -Jaydan, karena laki-laki itu juga akan pulang ke apartemen. Awalnya Gienka menolak karena sedang menunggu taksi yang sudah dipesan, tapi Diana memaksa dan menariknya mendekati Jaydan yang saat itu hendak memasuki mobil. "Udah, kamu pulang sama anaknya tante aja yah? Daripada lama nunggu taksi nggak datang-datang keburu makin malam. Lagian, nggak baik anak g
Sudah kaget dengan kenyataan, bahwa orangtua Risha adalah dosen pembimbingnya dulu. Kini Gienka makin shock saat Pak Dion memperkenalkan putra sulungnya yang ternyata JAYDAN. Gienka tak tahu berada di situasi macam apa. Tapi, haruskan Tuhan mempertemukan ia dan Jaydan dengan cara seperti ini? Maksud Gienka, kenapa orang di sekitarnya harus berhubungan dekat dengan Jaydan? Kenapa? Takdir? Nggak mungkinlahPerasaan Gienka udah berdoa buat dijauhkan dari sosok seperti Jaydan Yuda Marva. Tetapi hari ini seolah perjuangan Gienka untuk berdoa dari pagi hingga tengah malam sia-sia?Dari sekian penduduk di Jakarta, kenapa juga harus Jaydan? Kalo Jaydan versi lain Gienka bisa maklumi, tapi kalo yang satu ini, Gienka kayaknya nggak tertarik. Apalagi melihat peringai Jaydan yang sudah sejak awal terdeteksi sebagai buaya darat sehingga harus di hindari. Gienka masih tak percaya, seorang Jaydan kini tengah duduk santai di sisi kirinya. Laki-laki itu sudah berada di samping Gienka sejak lima
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments