Beranda / Romansa / My Pilot Loveholic / My Pilot Loveholic - 6

Share

My Pilot Loveholic - 6

Penulis: triannasan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-03 20:43:31

Gienka pergi dengan langkah tergesa-gesa menuju teras ballroom, ia ingin menghirup udara segar menghilangkan amarah yang hampir saja meledak. Beruntung di sekitar meja bar tadi sepi. Sehingga tidak akan ada orang yang mengetahui kalo dirinya terlibat pertengkaran kecil.

Gienka bersandar pada besi pembatas, kedua tangannya terkepal kuat ketika harus mengingat masalah itu. Mengingat banyak komentar negatif yang ia dapatkan, di berbagai media sosial dan channel youtubenya.

Gienka menghirup udara dalam-dalam dan menghembuskannya pelan. Perempuan itu melakukannya berulang kali hingga di rasa lebih tenang. Atensinya terganggu ketika seseorang tidak dikenal tiba-tiba saja bergabung dan berada di sampingnya.

"Lo masih ingat sama gue?"

Suara lembut laki-laki itu berhasil membuat Gienka menoleh. Gienka menaikkan sebelah alisnya, memasang wajah bingung. Lalu, menggeleng pelan sambil memastikan ia memang tidak pernah bertemu dengan laki-laki yang sialnya sangat tampan.

Siapa lagi sih?

"Astaga, apa selain ceroboh lo juga pelupa?" Ia tersenyum.

Gienka dapat melihat jelas lesung yang tercetak di pipi laki-laki itu. Untuk kesekian kalinya Gienka sedikit terpesona, sedikit loh.

Gienka masih diam, tak berniat mengajak lawan jenisnya itu berbicara. Perlu di tegaskan, ia tidak suka berhubungan dengan orang yang tak di kenalnya, apalagi saat ini yang ada di hadapannya adalah seorang laki-laki. Dan entah dapat sinyal dari mana, radar Gienka sedikit memperingatkan agar tidak terlalu berususan dengan laki-laki itu, karena dari tampilannya Gienka tahu peringai sosok tampan di hadapannya.

"Siapa nama lo tadi, Pra... pramudina? Benarkan? Atau gue salah?" Katanya sambil sesekali menggaruk tengkuknya.

Gienka heran mengapa orang ini mengenal Dina, "Maaf, lo memang salah, salah orang." Akhirnya Gienka mulai berbicara.

"Ahh, gitu. Kalian wajahnya hampir sama." Lelaki itu memasang wajah kikuk, telinganya tiba-tiba berwarna merah, menahan malu. Melirik ke arah wajah Gienka memastikan sesuatu kalau dirinya benar, tidak salah orang. Tapi kenapa gadis itu mengelak?

"Wajah gue emang hampir sama. Jadi wajar lo anggap gue itu Dina."

Jaydan mengangguk-anggukan kepalanya, tanda dia mengerti. Kembar kali yah? pikirnya.

"Lo kenal sama orang yang gue maksud?" tanyanya lagi.

"Iya, Pramudina Sarasvati bukan?" Gienka menatap lelaki yang kini berhadapan dengannya, menunggu jawaban.

Jaydan sekali lagi mengangguk,

"Masnya mau sampaiin sesuatu mungkin?"

"Panggil gue Jaydan atau Jay." Kata Jaydan memperkenalkan diri.

Gienka tersenyum tipis. "Oke, Jaydan senang kenalan sama lo."

"Nggak perlu, biar gue yang kirim pesan ntar." Jaydan balas tersenyum, lalu kembali bertanya. "Kalo, nama lo?"

"Gue rasa lo nggak perlu tahu tentang gue, bukannya lo punya urusan sama Dina?"

Alis Jay menukik, "Oh, okay."

Gienka mulai merasa tidak nyaman karena lelaki yang menyebut dirinya Jaydan ini sejak tadi menatapnya. Ponsel Gienka tiba-tiba bergetar, terdapat notifikasi pesan dari Dina yang baru saja didapatnya. Setelah melihat isi pesan Dina yang menyuruhnya bertemu di meja bar. Syukurlah Gienka kali ini mendapat sebuah alasan untuk menjauhi Jaydan.

"Gue harus ke dalam dulu karna ada orang yang nungguin."

Jaydan itu mempersilahkan Gienka untuk pergi, "Baik, sampai jumpa lagi."

Gienka hanya tersenyum tipis

Arah pandang Jaydan mengikuti gadis cantik itu hingga menghilang di kerumunan. "Masa gue salah orang? Mungkin kembar kali yah? tapi kenapa persis banget sih? mana ada anak kembar style rambutnya sama?" Jaydan bertanya dengan dirinya sendiri.

***

"Pergi mandi sana! Apa lo nggak risih, make up yang tebal sama gaun kayak gitu." Suruh Dina pada Gienka yang masih asik bergelung di tengah ranjang dengan tampilan yang sama saat perempuan itu datang ke pesta. Padahal acara sudah selesai, dan kedua gadis ini berada di kamar terhitung sejak 1 jam yang lalu.

"Bentar lagi."guman Gienka yang masih menutup matanya.

"Cepat Gie! Atau gue yang akan menyeret lo sekarang juga." Dina kesal, sambil berkacak pinggang menatap Gienka dari cermin meja rias. Biasalah Dina sedang melakukan skincare rutinnya.

Beginilah Gienka dengan kebiasaan buruk yang tidak kunjung hilang. Sudah terhitung ratusan kali Dina memperingatkan pada Gienka untuk menghapus make up terlebih dahulu baru pergilah tidur. Tapi gadis itu seakan tuli, sama sekali tidak mendengarkan ocehan Dina.

Pernah saat itu Gienka lupa untuk membersihkan wajahnya karena tertidur, berujung ia mendapati Dina memarahinya habis-habisan.

"Lo itu beauty vlogger? Bisa nggak ngerawat diri lo dengan benar? Apa lo nggak malu? Di depan kamera lo menyarankan untuk selalu rutin membersihkan wajah tapi lo sendiri malas?" Ujar Dina di pagi itu. Alih-alih menyesal, Gienka hanya tersenyum dan berujung memeluk Dina untuk menenangkan.

"Tenang, gue nggak bakal diulangin lagi deh."

"Lo selalu seperti itu, tapi tetap saja ntar diulangin lagi." Dina memberengut seraya melepaskan pelukan Gienka.

Gienka bangkit dari tidurnya kemudian berjalan dengan malas menuju kamar mandi. "Dina, lo kayak ibu-ibu kompleks cerewet banget." Ledeknya kemudian membanting pintu kamar mandi. Gienka hafal pasti Dina akan berteriak setelah ini, maka dari itu ia bergegas masuk.

"Dasar!! Awas lo!" teriakan Dina tidak membuat Gienka gentar. Gienka malah tertawa keras di dalam kamar mandi. Hingga gemericik air terdengar, Gienka masih saja tertawa. Dina hanya menggeleng, tak habis pikir.

Setengah jam berlalu Gienka keluar dari kamar mandi dibalut baju bathrobe hotel. Wajahnya nampak lebih segar dibandingkan sebelumnya, ia duduk di kursi meja rias. Kedua tangannya dengan sibuk mengeringkan rambut panjangnya yang basah. Gienka baru saja mencuci rambut, pantas gadis ini sangat lama berada di kamar mandi.

"Lo tahu Jay?"

Suara Dina menghentikan kegiatan Gienka, gadis itu nampak berfikir dan menatap Dina yang sedang bersandar di kepala ranjang sambil memainkan ponsel. Lalu menggeleng sebagai jawaban.

"Terus siapa yang kenal dia." Dina heran. Kali ini Dina menganti posisinya duduk bersila sambil memeluk bantal. Jari jemarinya masih senantiasa sibuk pada layar ponsel.

Gienka terdiam sesaat, kemudian ia mulai teringat akan sesuatu "Apa yang lo maksud adalah Jaydan?"

"Iya benar dia, Jaydan."

"Kenapa? Bukannya lo yang kenal dia yah?" Tanya Gienka yang memulai sibuk menggunakan pengering rambut. Sesekali dirinya melirik pada Dina di tengah ranjang untuk mengetahui reaksi sahabatnya itu.

"Nggak, gue sama sekali nggak kenal. Tiba-tiba dia ngechat."

Gienka memasang raut bingung, lalu bercerita. "Gue pikir dia kenalan lo. Gue tadi sempat ketemu, dan dia kira gue adalah lo sempat panggil Pramudina soalnya."

"Terus dari mana dia dapatin kontak gue? lo tahu semenjak gue resmi pacaran sama Hendry, gue nggak pernah berhubungan dengan cowok lain."

Gienka mematikan alat pengering rambut itu, lalu melepas kaitan kabel pada stop kontak baru ia bergabung dengan Dina di ranjang. Gadis itu menghendikan bahu, meraih ponselnya yang berada di atas meja nakas dan berbaring. "Mungkin ada seseorang yang kasih kontak lo kali. Kenapa lo nggak tanyain langsung aja sama dianya?"

Tanpa pikir panjang Dina mengetik sesuatu pada ponselnya. Sejak tadi, ia sibuk berbalas pesan dengan Jaydan. Tak menunggu waktu lama, Dina mendapat pesan balasan.

Jaydan Y.M

|Lo sendiri yang kasih kartu nama di Bandara.

"Dia bilang gue sendiri yang kasih kartu nama pas di Bandara." Dina memberi tahu isi pesan singkat yang diterimanya. "Tapi kapan gue kasih kartu nama gue ke orang? Di Bandara lagi?"

Gadis itu nampak berpikir keras. Mengingat sepanjang hari yang ia lakukan kemarin ketika berada di Bandara. Dina memang sejak kemarin sudah berada di Bali, berangkat terlebih dahulu untuk mengunjungi sanak kerabatnya.

"Dina, coba lo ingat-ingat lagi."

Kedua kalinya Dina mendapat pesan dari orang yang sama

Jaydan Y.M

|Siang tadi lo numpahin minuman ke jaket gue.

|Sayang sekali padahal jaket itu baru gue beli beberapa hari yang lalu.

"Kapan gue numpahin minuman ke dia coba. Siang tadi? Padahal gue ada di kamar hotel seharian."

Gienka yang mendengar ucapan Dina mengerjap heran, detik berikutnya tiba-tiba bangkit dari tidur, sepertinya Gienka mengingat sesuatu. "Astaga, kayaknya gue salah kasih kartu nama lo? Maafin gue." Sesalnya pada Dina. Pantas saja laki-laki itu menghampirinya di teras tadi, bersikap seolah pernah bertemu sebelumnya.

"Kenapa lo nggak terus terang dari awal. Gue kayak orang bego tau nggak." Kata Dina yang sedikit kesal. Selain malas, sahabatnya yang satu ini juga sedikit pelupa.

Gienka hanya tertawa ringan. "Gue aja baru ingat. Bilang ke dia, gue bakal ganti jaketnya ntar."

"Kenapa lo nggak ngehubungin dia sendiri?"

"Malas aja. Gue nggak mau berhubungan sama cowok modelan kayak dia." Setelah bertemu dengan Jaydan tadi, Gienka sedikit mengetahui karakter laki-laki itu seperti apa, semacam buaya? Sungguh, Gienka untuk beberapa saat kedepan tidak mau berurusan dengan semua makhluk berjenis laki-laki.

"Ganteng loh, Gie." Seru Dina heboh ketika dengan sengaja membuka profil foto Jay.

"Kayaknya sih, bodo amatlah gue mau tidur."

----------

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • My Pilot Loveholic    My Pilot Loveholic - 10

    Jaydan berjalan mengekor di belakang Risha sambil mengelilingi salah satu pusat pertokoan terbesar. Dengan kedua tangan yang sudah di penuhi kantong belanjaan milik Risha. Jaydan bukan seperti kakaknya lagi melainkan seorang pengawal. Yang senantiasa ke sana ke sana kemari mengikuti tuannya. Laki-laki itu hanya dapat menggelengkan kepala saat Risha masih ingin berbelanja dan melenggang memasuki toko kosmetik.Seharusnya Jaydan bisa menebak kemana tujuan Risha, kalau tidak shopping yah ke salon. Jaydan sering mengantar dan menemani adiknya itu kemana saja, bukan hanya Risha, Mamah-Papah dan teman-teman dekat Jaydan pun tak terkecuali. Ketika ditanya kenapa Jaydan bersedia melakukannya, ia hanya menjawab ingin menghabiskan waktu dengan orang terdekat. Karena menghabiskan waktu bersama orang-orang terdekat itu sangat berharga, apalagi Jaydan yang jelas sibuk dengan jadwal penerbangan, pulang hanya sesekali saja. Selagi dia masih bisa melakukan hal itu, mengapa tidak?

  • My Pilot Loveholic    My Pilot Loveholic - 9

    Jaydan bersandar pada kap mobil, kacamata hitam bertengger di pangkal hidungnya. Sejak tadi mobil putih Jaydan sudah terparkir rapi di halaman salah satu universitas di Jakarta. Tapi ia baru saja menampakkan batang hidungnya setelah melihat beberapa mahasiswa mulai meninggalkan pelantaran gedung itu.Lihat apa yang terjadi ketika dirinya keluar dari mobil, tentu akan menjadi pusat perhatian. Padahal Jaydan saat ini hanya berdiri santai bersandar pada kap mobilnya menunggu seseorang. Bahkan outfit yang ia kenakan juga biasa, hanya kaos warna hitam, celana jeans, dan jaket coklat. Mahasiswi yang kebetulan lewat seolah melihat mahakarya Tuhan yang paling indah. Beberapa mahasiswa pun tak luput ikut berbisik menganggumi seorang Jaydan.Jaydan memang tampan, tak heran jika pramugari di maskapai tempatnya bekerja berbondong-bondong rela menjadi mantan dia. Ia tersenyum miring sedikit menampakkan lesung pipinya. Bolehkan sekali ini dia menyombongkan diri karena ketampanan

  • My Pilot Loveholic    My Pilot Loveholic - 8

    Pusing. Satu kata yang dapat mendeskripsikan Gienka beberapa hari ini, dari pagi hingga petang ia selalu berkutat dengan macbook pro miliknya. Kacamata senantiasa bertengger di pangkal hidung. Seperti biasa di akhir bulan gadis itu memang sibuk mengerjakan laporan bulanan Kallyntika – store make up miliknya. Ini baru satu store, belum lagi store di kawasan blok M, meskipun lebih kecil tetap saja semua itu ia kerjakan seorang diri. Memang seharusnya ia mengikuti saran Dina, untuk mempekerjakan manager dengan begitu beban Gienka akan berkurang dan tidak merasa pusing seperti sekarang. Beberapa minggu ini Gienka juga tidak mengupload apapun di channel youtubenya. Bukan. bukan karena kesibukan Gienka yang baru tapi karena rumor buruk dengan model sialan itu, endorse yang masuk hanya beberapa saja. Sehingga membuat pendapatan gadis itu sedikit berkurang. Walaupun begitu Gienka bersyukur terlepas setelah apa yang terjadi, Tuhan sangat baik padanya, omset penjualan di store semakin hari sem

  • My Pilot Loveholic    My Pilot Loveholic - 7

    Jaydan Y.M Gue Jay, Jaydan Lo pramudina bukan? Pramudina |Jay siapa? Gw nggak kenal! |Iyes, |Dapat kontak gw dari siapa? Jaydan Y.M Lo sendiri yang kasih kartu nama di Bandara Pramudina |Hah? Kapan?! |Emang lo pernah ketemu gw? Jaydan Y. M Siang tadi lo numpahin minuman ke jaket gue Sayang sekali padahal jaket itu baru gue beli beberapa hari yang lalu| Pramudina |Wait, ada kesalapahaman. |Kayaknya yg lo temuin tadi itu temen gw. Btw, gw udah ada di bali dari kemarin. Dia salah ambil kartu nama. |Gienka bilang ntar bakal ganti jaketnya. Jaydan tersenyum ketika membaca pesan terakhir dari seseorang. Benarkan dia tak pernah salah mengenali seseorang? Ternyata gadis yang nggak sengaja ia lihat di pesta pernikahan Lucas adalah gadis yang sama ia temui di Bandara. Oh, siapa tadi nama gadis itu? Gienka. Jaydan mengangguk-anggukan kepalanya, lalu memandang ke luar jendela kamar hotel tempat ia menginap. Meneguk minuman kaleng hingga tandas, "Nama y

  • My Pilot Loveholic    My Pilot Loveholic - 6

    Gienka pergi dengan langkah tergesa-gesa menuju teras ballroom, ia ingin menghirup udara segar menghilangkan amarah yang hampir saja meledak. Beruntung di sekitar meja bar tadi sepi. Sehingga tidak akan ada orang yang mengetahui kalo dirinya terlibat pertengkaran kecil.Gienka bersandar pada besi pembatas, kedua tangannya terkepal kuat ketika harus mengingat masalah itu. Mengingat banyak komentar negatif yang ia dapatkan, di berbagai media sosial dan channel youtubenya.Gienka menghirup udara dalam-dalam dan menghembuskannya pelan. Perempuan itu melakukannya berulang kali hingga di rasa lebih tenang. Atensinya terganggu ketika seseorang tidak dikenal tiba-tiba saja bergabung dan berada di sampingnya."Lo masih ingat sama gue?"Suara lembut laki-laki itu berhasil membuat Gienka menoleh. Gienka menaikkan sebelah alisnya, memasang wajah bingung. Lalu, menggeleng pelan sambil memastikan ia memang tidak pernah bertemu dengan laki-laki yang sialnya sangat tampan. Siapa lagi sih?"Astaga, a

  • My Pilot Loveholic    My Pilot Loveholic - 5

    Gienka, baru saja memasuki area ballroom, mencari seseorang yang dikenalnya di kerumunan para tamu undangan. Gadis itu berpenampilan sangat cantik dan berbeda dengan yang lain.Gienka memilih gaun yang bernuansa gelap dengan corak bunga putih kecil-kecil. Rambutnya yang pirang ia ikat rapi ke belakang dengan aksen japit rambut berkilauan. Tampilan yang cukup sederhana namun tetap terlihat anggun. Dengan riasan make up yang minimalis sesuai dengan pesta dan lipstik peach andalannya.Gienka berjalan dengan hati-hati mencoba menemukan Dina di pesta ini. Padahal gadis itu sudah menyuruh Dina untuk menunggunya di bride room yang menjadi tempat Laras bersiap.Namun, saat Gienka membuka pintu ruangan itu hanya diisikan orang yang tidak ia kenal sedang merapikan barang, sepertinya orang-orang wardrobe. Gienka tersenyum kikuk kemudian ia menutup ruang itu kembali dan langsung menuju tempat acara.Ia sudah menghubungi Dina menanyakan keberadaan sahabat sekaligus managernya itu, tetapi tetap saj

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status