Accueil / Romansa / My Pilot Loveholic / My Pilot Loveholic - 7

Share

My Pilot Loveholic - 7

Auteur: triannasan
last update Dernière mise à jour: 2025-06-04 11:48:20

Jaydan Y.M

Gue Jay, Jaydan

Lo pramudina bukan?

Pramudina

|Jay siapa? Gw nggak kenal!

|Iyes,

|Dapat kontak gw dari siapa?

Jaydan Y.M

Lo sendiri yang kasih kartu nama di Bandara

Pramudina

|Hah? Kapan?!

|Emang lo pernah ketemu gw?

Jaydan Y. M

Siang tadi lo numpahin minuman ke jaket gue

Sayang sekali padahal jaket itu baru gue beli beberapa hari yang lalu|

Pramudina

|Wait, ada kesalapahaman.

|Kayaknya yg lo temuin tadi itu temen gw. Btw, gw udah ada di bali dari kemarin. Dia salah ambil kartu nama.

|Gienka bilang ntar bakal ganti jaketnya.

Jaydan tersenyum ketika membaca pesan terakhir dari seseorang. Benarkan dia tak pernah salah mengenali seseorang? Ternyata gadis yang nggak sengaja ia lihat di pesta pernikahan Lucas adalah gadis yang sama ia temui di Bandara.

Oh, siapa tadi nama gadis itu? Gienka.

Jaydan mengangguk-anggukan kepalanya, lalu memandang ke luar jendela kamar hotel tempat ia menginap. Meneguk minuman kaleng hingga tandas, "Nama yang unik, Gien-ka." Lalu ia kembali tersenyum, kali ini jauh lebih lebar. Lesung pipi yang ia miliki sampai tercetak jelas, enggan di sembunyikan.

"Woi!" Seru Theo membuat Jaydan yang tengah berdiri di sebelah jendela itu terlonjak kaget.

"Apaan sih?"

"Lo kenapa? Senyum-senyum sendiri, mau gue bawa ke psikiater," Tegur Theo, laki-laki itu sibuk merapikan beberapa barang dan memasukkannya ke dalam koper. Theo dan Jaydan berada di kamar yang sama, sementara Dareen memilih untuk sendiri.

"Gue masih waras, bego."

"Terus ngapain lo kayak gitu, ngeri gue lihatnya," gerutu Theo.

"Ada kucing kepleset tadi," ucap Jaydan asal, lalu beralih duduk di sofa single dekat jendela.

Theo yang berada di sisi tempat tidur berjalan menghampiri Jaydan. Rasa penasaran tiba-tiba saja menyelimuti dirinya. Matanya menatap keluar jendela, mengamati dalam diam. Tapi Theo tidak menemukan apapun, "mana?"

"Tadi disana." Jaydan menunjuk dengan dagunya.

"Ngaco lo,"

"Yaudah larilah kucingnya, udah dari tadi. Kenapa? lo mau kasih pertolongan pertama?"

"Mabuk lo, jelas-jelas nggak ada," ujarnya kesal.

Jaydan hanya tertawa melihat wajah kesal Theo.

"Ck! Gue tidur dulu, besok balik duluan ada jadwal operasi pagi gue."

Jaydan berdeham, lalu kembali menatap layar ponselnya, tepatnya sibuk mengetik sesuatu.

Jaydan Y.M

Boleh send kontaknya temen lo?|

Pramudina

|Sorry nih, kalo gue mau aja kasih ke lo,

|Berhubung orangnya kagak mau.

|Lewat gw aja katanya,

Jaydan Y.M

Ok, no problem|

What?!

Selain Netta ternyata ada gadis lain yang menolaknya? Apa pesonanya akhir-akhir ini menurun? Jelas nggak mungkin? di pesta tadi masih banyak yang curi-curi pandang pada Jaydan.

Jaydan menghela nafas panjang, pupus sudah harapannya memiliki kontak gadis itu. Sepertinya gadis bernama Gienka tidak mudah untuk ia dekati. Mengingat sikapnya tadi, sedikit cuek dan kentara ingin selalu menghindar dari Jaydan. Dia perlu putar otak memikirkan strategi untuk mendekati Gienka.

Dia bisa memikirkan strategi itu kapan-kapan, beberapa hari kedepan Jaydan hanya akan fokus beristirahat atau bersenang-senang di Bali. Karena memang Jaydan belum sempat memesan tiket penerbangan untuk balik ke Jakarta, jadi ia putuskan untuk menetap dan beristirahat di pulau penuh destinasi wisata itu.

Sebelum kembali beraktifitas mengudara dan berkutat dengan berbagai macam panel di Flight deck atau biasa disebut dengan kokpit- bagian depan pesawat dimana tempat pilot mengemudi. Sehari sebelum dinas, Jaydan memutuskan berkumpul dengan sahabat-sahabatnya, siapa lagi kalo bukan Theo serta Dareen.

Jaydan sudah mengenal Theo dan Dareen sejak lama, bahkan masih dalam kandungan sekalipun. Iya, masing-masing orang tua mereka sudah kenal bahkan menjalin persahabatan sejak di bangku perkuliahan. Maka dari itu, tali persahabatan ini diteruskan oleh anak-anaknya.

Jaydan, Theo dan Dareen selalu berada di sekolah yang sama sejak taman kanak-kanak hingga SMA. Baru, mereka terpisahkan saat di bangku kuliah. Ketiganya memutuskan untuk mengejar impian masing-masing dan berjanji berkumpul kembali saat semuanya sukses.

Dan beberapa tahun terakhir ini ketiganya kembali bersama. Di tengah-tengah kesibukan, mereka rela meluangkan waktu untuk sekedar makan siang bahkan berlibur bersama. Saling bercerita tentang hobi, pekerjaan bahkan wanita- yang paling banyak bercerita tentang satu itu hanya Jaydan. Kalo Theo hanya beberapa kali saja, sedangkan Dareen hampir tidak pernah.

Jaydan sempat mempertanyakan, sahabatnya yang satu itu masih normal apa nggak? Tapi malah kena lemparan bantal sofa, saat ketiganya kumpul di apartemen Theo – salah satu markas tempat mereka berkumpul kalo lagi malas nongkrong di cafe.

.

Sudah hampir setengah jam Jaydan berada di salah satu cafe yang Dareen rekomendasikan, sebagai tempat mereka berkumpul. Cafe yang lumayan dekat dari apartemennya karena masih di kawasan yang sama, daerah Setiabudi. Tapi lebih dekat lagi dari Rumah Sakit tempat Theo bekerja, karena laki-laki itu tinggal berjalan saja sudah sampai.

Ada yang berbeda dengan perkumpulan rutin mereka, biasanya hanya bertiga dan semuanya adalah seorang laki-laki. Tapi kali ini ada seorang gadis yang nyempil. Jadi genap ada empat orang yang berkumpul di meja bundar itu. Jaydan kira, gadis itu adalah orang yang di jodohkan dengan Dareen, karena beberapa hari lalu, Dareen sempat curcol sedikit di grup chat bahwa ia sedang di jodohkan. Ternyata bukan, gadis itu Fanya, sepupunya Dareen dari Yogjakarta sekaligus pemilik cafe itu. Kesan pertama melihat Fanya, tentu yang terlintas dalam pikiran Jaydan hanya satu kata 'cantik' tidak lebih.

Melihat gadis itu, mengingatkan Jaydan pada Gienka, kira-kira saat ini apa yang dilakukan gadis itu? dimana gadis itu tinggal? Apakah ia bisa bertemu kembali? Sayangnya dari seratus persen, hanya sepuluh persen saja kemungkinan Jaydan di pertemukan kembali dengan Gienka. Bagaimana tidak? mereka hanya dua orang asing yang tak sengaja di pertemukan. Jaydan tak punya informasi tentang Gienka, yang ia tahu hanya kartu nama teman gadis itu -Dina.

Lantas bagaimana ia bisa bertemu dengan gadis itu? Tanya nama saja ia di hiraukan. Minta kontak agar ia bisa lebih mudah bertukar pesan dengan Gienka tanpa lewat perantara aka Dina, ditolak. Terus gimana Jaydan bisa dekat sama itu orang? Semoga aja ada keajaiban Tuhan.

Jaydan menghela nafas panjang, lalu menyeruput segelas americanonya.

"Kenapa lo?" tanya Dareen yang memang duduk di sisi Jaydan, mungkin laki-laki itu mendengar helaan nafas panjangnya.

"Gimana ngejelasinnya yah," Jaydan menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "beberapa hari ini gue kepikiran sama seseorang. Kita nggak pernah ada hubungan atau kenal sebelumnya, gue baru pertama kali ketemu dia di Bali. Gue mau kenal lebih jauh sama dia, sementara gue nggak tahu dia tinggal dimana, kerjanya apaan, yang gue tahu cuman nama pendeknya doang, sama kontak temennya."

"Cewek bukan?" tebak Theo.

Jaydan mengangguk, "Iyalah apalagi, masa kucing."

"Yah, lo tinggal minta dikenalin sama temennya. Susah amat."

"Masalahnya, gue udah minta kontak dia lewat temennya, tapi itu cewek katanya nggak mau. Kalo ada apa-apa gue suruh ngechat lewat temennya. Mana bisa gue ngedeketin dia kalo gitu? padahal gue niatnya baik loh, mau ngajakin dia kenalan," omel Jaydan.

"Mungkin dia tahu, lo orangnya kek gimana."

"Emang gue gimana?"

"Buaya," ceplos Dareen.

"Mana bisa, begitu. Lihat dari coverannya? Gue ganteng gini di bilang mirip buaya. Nggak bisalah" Ujar Jaydan tak suka,

"Maksud si Dareen, sifat lo yang kayak buaya. Sukanya mainin cewek."

Jaydan memandang kesal, "rese! gue ini minta solusi ke lo-lo pada. Tapi ujungnya selalu kayak gini, udah ngomong panjang kali lebar, buang-buang waktu dan tenaga."

"Macam rumus luas persegi panjang itu"

Fanya yang sejak tadi menyimak obrolan para laki-laki itu, akhirnya tertawa setelah mendengar penuturan kakak sepupunya-Dareen. Lalu, memandang sejenak pada Jaydan.

"Gini Mas Jaydan, mungkin cewek itu sudah punya someone or ada ikatan sama seseorang. Jadi nggak mau sembarangan berhubungan sama cowok lain, apalagi mas Jaydan tergolong orang asing, takutnya kalo dia menerima kehadiran mas Jaydan malah jadi boomerang di hubungannya."

Jaydan nampak mengingat sesuatu, seingatnya tidak ada cincin polos yang melingkar di jemari gadis itu, jadi dia bisa menyimpulkan kalo Gienka belum ada ikatan dengan seseorang? Tapi kalo ada pawang -alias pacar, bisalah Jaydan menunggu sampai hubungan gadis itu berakhir.

"Nggak ada, Fan." Jaydan dengan mantap menggeleng.

"Tahu dari mana lo? ntar bini orang lagi yang lo kejar," sahut Theo.

"Gue yakin, dia masih sendiri. Feeling aja."

"feeling-feeling, tai kucing!"

Jaydan berdecak, "udah lo berdua mending balik gih, gue mau ngobrol sama Fanya!"

"Emang gue mau balik, jadwal operasi gue double hari ini." Ujar Theo sembari bangkit dari tempat duduknya, baru saja ingin melangkah pergi laki-laki itu malah dipanggil sama Dareen.

"Heh! Bayar dulu pesenan lo?! Main kabur aja, nggak ada takut-takutnya."

Theo tertawa renyah, "Gue kira lo yang bayarin semuanya, ntar deh totalan udah nggak kekejar waktunya. Gue duluan!" setelah berucap laki-laki itu langsung melangkah pergi tanpa menggubris umpatan Dareen.

"Temen bangke!!"

"Lo juga ngapain masih disini, sana balik gih?" usir Jaydan pada Dareen.

"Ogah, gue mau tetep disini."

"Padahal gue mau ngobrol berdua sama Fanya. Yaudah Fan anggap aja, orang yang ketiga itu setan." ujar Jaydan sembari mengarahkan dagunya pada Dareen.

"Lo yang setan,"

Jaydan tak memperdulikan Dareen, ia beralih fokus menatap Fanya, yang duduk dihadapannya, "Lanjut obrolan kita yang tertunda Fan!"

"Sampai mana tadi mas?"

"Kasih gue solusi Fan,"

"Gimana yah, mas. Saya nggak tahu mau kasih solusi kayak gimana. Kalo mas Jaydan yakin cewek itu belum punya pasangan, yah coba dikejar. Gencarin cari informasi dari temannya, mas Jaydan belum tahu cewek itu kayak gimana kan? Coba tanya ke temennya itu, kalo perlu sampaikan maksud baik mas kalo mau kenal sama cewek itu lebih dekat."

"Kalo tetap nggak ada progress gimana? Kalo temennya nggak mau kenalin gue sama Gienka gimana?"

"Oh namanya mbak Gienka? Dicoba dulu, yang penting yakin aja mas."

----------

Bersambung

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • My Pilot Loveholic    My Pilot Loveholic - 10

    Jaydan berjalan mengekor di belakang Risha sambil mengelilingi salah satu pusat pertokoan terbesar. Dengan kedua tangan yang sudah di penuhi kantong belanjaan milik Risha. Jaydan bukan seperti kakaknya lagi melainkan seorang pengawal. Yang senantiasa ke sana ke sana kemari mengikuti tuannya. Laki-laki itu hanya dapat menggelengkan kepala saat Risha masih ingin berbelanja dan melenggang memasuki toko kosmetik.Seharusnya Jaydan bisa menebak kemana tujuan Risha, kalau tidak shopping yah ke salon. Jaydan sering mengantar dan menemani adiknya itu kemana saja, bukan hanya Risha, Mamah-Papah dan teman-teman dekat Jaydan pun tak terkecuali. Ketika ditanya kenapa Jaydan bersedia melakukannya, ia hanya menjawab ingin menghabiskan waktu dengan orang terdekat. Karena menghabiskan waktu bersama orang-orang terdekat itu sangat berharga, apalagi Jaydan yang jelas sibuk dengan jadwal penerbangan, pulang hanya sesekali saja. Selagi dia masih bisa melakukan hal itu, mengapa tidak?

  • My Pilot Loveholic    My Pilot Loveholic - 9

    Jaydan bersandar pada kap mobil, kacamata hitam bertengger di pangkal hidungnya. Sejak tadi mobil putih Jaydan sudah terparkir rapi di halaman salah satu universitas di Jakarta. Tapi ia baru saja menampakkan batang hidungnya setelah melihat beberapa mahasiswa mulai meninggalkan pelantaran gedung itu.Lihat apa yang terjadi ketika dirinya keluar dari mobil, tentu akan menjadi pusat perhatian. Padahal Jaydan saat ini hanya berdiri santai bersandar pada kap mobilnya menunggu seseorang. Bahkan outfit yang ia kenakan juga biasa, hanya kaos warna hitam, celana jeans, dan jaket coklat. Mahasiswi yang kebetulan lewat seolah melihat mahakarya Tuhan yang paling indah. Beberapa mahasiswa pun tak luput ikut berbisik menganggumi seorang Jaydan.Jaydan memang tampan, tak heran jika pramugari di maskapai tempatnya bekerja berbondong-bondong rela menjadi mantan dia. Ia tersenyum miring sedikit menampakkan lesung pipinya. Bolehkan sekali ini dia menyombongkan diri karena ketampanan

  • My Pilot Loveholic    My Pilot Loveholic - 8

    Pusing. Satu kata yang dapat mendeskripsikan Gienka beberapa hari ini, dari pagi hingga petang ia selalu berkutat dengan macbook pro miliknya. Kacamata senantiasa bertengger di pangkal hidung. Seperti biasa di akhir bulan gadis itu memang sibuk mengerjakan laporan bulanan Kallyntika – store make up miliknya. Ini baru satu store, belum lagi store di kawasan blok M, meskipun lebih kecil tetap saja semua itu ia kerjakan seorang diri. Memang seharusnya ia mengikuti saran Dina, untuk mempekerjakan manager dengan begitu beban Gienka akan berkurang dan tidak merasa pusing seperti sekarang. Beberapa minggu ini Gienka juga tidak mengupload apapun di channel youtubenya. Bukan. bukan karena kesibukan Gienka yang baru tapi karena rumor buruk dengan model sialan itu, endorse yang masuk hanya beberapa saja. Sehingga membuat pendapatan gadis itu sedikit berkurang. Walaupun begitu Gienka bersyukur terlepas setelah apa yang terjadi, Tuhan sangat baik padanya, omset penjualan di store semakin hari sem

  • My Pilot Loveholic    My Pilot Loveholic - 7

    Jaydan Y.M Gue Jay, Jaydan Lo pramudina bukan? Pramudina |Jay siapa? Gw nggak kenal! |Iyes, |Dapat kontak gw dari siapa? Jaydan Y.M Lo sendiri yang kasih kartu nama di Bandara Pramudina |Hah? Kapan?! |Emang lo pernah ketemu gw? Jaydan Y. M Siang tadi lo numpahin minuman ke jaket gue Sayang sekali padahal jaket itu baru gue beli beberapa hari yang lalu| Pramudina |Wait, ada kesalapahaman. |Kayaknya yg lo temuin tadi itu temen gw. Btw, gw udah ada di bali dari kemarin. Dia salah ambil kartu nama. |Gienka bilang ntar bakal ganti jaketnya. Jaydan tersenyum ketika membaca pesan terakhir dari seseorang. Benarkan dia tak pernah salah mengenali seseorang? Ternyata gadis yang nggak sengaja ia lihat di pesta pernikahan Lucas adalah gadis yang sama ia temui di Bandara. Oh, siapa tadi nama gadis itu? Gienka. Jaydan mengangguk-anggukan kepalanya, lalu memandang ke luar jendela kamar hotel tempat ia menginap. Meneguk minuman kaleng hingga tandas, "Nama y

  • My Pilot Loveholic    My Pilot Loveholic - 6

    Gienka pergi dengan langkah tergesa-gesa menuju teras ballroom, ia ingin menghirup udara segar menghilangkan amarah yang hampir saja meledak. Beruntung di sekitar meja bar tadi sepi. Sehingga tidak akan ada orang yang mengetahui kalo dirinya terlibat pertengkaran kecil.Gienka bersandar pada besi pembatas, kedua tangannya terkepal kuat ketika harus mengingat masalah itu. Mengingat banyak komentar negatif yang ia dapatkan, di berbagai media sosial dan channel youtubenya.Gienka menghirup udara dalam-dalam dan menghembuskannya pelan. Perempuan itu melakukannya berulang kali hingga di rasa lebih tenang. Atensinya terganggu ketika seseorang tidak dikenal tiba-tiba saja bergabung dan berada di sampingnya."Lo masih ingat sama gue?"Suara lembut laki-laki itu berhasil membuat Gienka menoleh. Gienka menaikkan sebelah alisnya, memasang wajah bingung. Lalu, menggeleng pelan sambil memastikan ia memang tidak pernah bertemu dengan laki-laki yang sialnya sangat tampan. Siapa lagi sih?"Astaga, a

  • My Pilot Loveholic    My Pilot Loveholic - 5

    Gienka, baru saja memasuki area ballroom, mencari seseorang yang dikenalnya di kerumunan para tamu undangan. Gadis itu berpenampilan sangat cantik dan berbeda dengan yang lain.Gienka memilih gaun yang bernuansa gelap dengan corak bunga putih kecil-kecil. Rambutnya yang pirang ia ikat rapi ke belakang dengan aksen japit rambut berkilauan. Tampilan yang cukup sederhana namun tetap terlihat anggun. Dengan riasan make up yang minimalis sesuai dengan pesta dan lipstik peach andalannya.Gienka berjalan dengan hati-hati mencoba menemukan Dina di pesta ini. Padahal gadis itu sudah menyuruh Dina untuk menunggunya di bride room yang menjadi tempat Laras bersiap.Namun, saat Gienka membuka pintu ruangan itu hanya diisikan orang yang tidak ia kenal sedang merapikan barang, sepertinya orang-orang wardrobe. Gienka tersenyum kikuk kemudian ia menutup ruang itu kembali dan langsung menuju tempat acara.Ia sudah menghubungi Dina menanyakan keberadaan sahabat sekaligus managernya itu, tetapi tetap saj

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status