Happy Reading.
*** Setelah pelatih membunyikan peluit tanda istirahat dengan segera anggota tim menuju pinggir lapangan untuk beristorahat dengan menselonjorkan kakinya. Falix mengatur napasnya membiarkan keringat membasahi tubuhnya. Falix mendongakkan kepalanya saat melihat dua minuman dingin menjulur kedepan wajahnya, kedua gadis yang kini berdiri di depannya terlihat tersenyum begitu leber membuat Falix membalas senyum salah satu dari mereka lalu mengambil botol miniral tersebut. “Sini duduk,” ucap Falix sambil menarik salah satu gadis yang tak lain adalah Darla. Gadis lainnya yang tak lain adalah Kyla menatap marah hal itu lalu ia segera pergi dari sana. “Lapin,” ucap Falix sambil menyodorkan handuk kecilnya pada Darla yang langsung di terima oleh gadis itu dengan senyumannya lalu ia mulai mengelap wajah Falix yang penuh keringat. “Gila kak Falix ganteng banget,” “Itu cewek siapa woy?" “Lah gue kira Falix pacar Kyla,” “Murid baru ya? Cantik gila” “Itu ngapain sosweet gitu di tengah lapangan” “Uwu phobia gue kambuh liat ginian” “Jalangnya lebih cantik pantes aja Kyla di buang” Ucapan dari sekeliling lapangan yang terus membicarakan mereka kadang membuat Darla panas mendengarnya tapi ia sudah cukup biasa mendengar itu semua semenjak ia masih di New York. “Apa aku harus membeli mulut mereka untuk mu?” bisik Falix dengan senyuman evilnya yang mampu membuat siapapun bergidik jika melihatnya. Darla di buat menegang dengan ucapan Falix karena ia mengerti bagaimana kekasihnya itu. Tak ada yang mengenal Falix melebihi dirinya, bahkan orang tua Falix tak akan tahu jika Falix memiliki sisi lain yang tak orang ketahui. Falix memang terkenal begitu arogan dan mampu membuat siapapun bertekuk lutut di hadapannya namun siapa yang tahu ada sisi lain yang ternyata jauh lebih gelap dari semua yang orang tahu? “Ah tidak sepertinya tak usah di beli,” ucap Falix lagi dengan tatapan tenangnya dan kembali menegak minumannya. Sahabatnya yang tak mengerti dengan pembicaraan sepasang kekasih itu hanya diam memperhatikan dengan sesekali mereka saling mengobrol. “Kau bolos?” tanya Falix yang di balas cengirang polos oleh Darla membuat Falix menghembuskan napasnya lalu menggeleng. “Aku sangat bosan di kelas, lalu aku melihatmu di lapangan jadi aku izin untuk ke toilet,” ucap Darla membuat Falix menggeleng ia begitu hapal dengan sikap tuanangannya itu yang cepat bosan untung saja darla tidak bosan menjadi tunangannya atau ia akan melakukan perbuatan gila untuk mendapatkan gadis itu. “Jangan seperti itu lagi,” pesan Falix yang Darla balas dengan anggukan. Suara peluit mengaggu acara romantis yang Falix dan Darla ciptakan, setelah mendengar suara peluit yang menandakan latihan kembali di mulai dengan segera Falix berdiri. “Tunggu lah disini,” pesan Falix pada Darla yang gadis itu balas dengan anggukan. Sebelum berlalu Falix menyempatkan untuk mengecup kening Darla membuat para kaum hawa yang melihat itu memekik. Ingin rasanya mereka bertukakar posisi dengan Darla yang di perlakukan se istemewa itu pada laki-laki yang begitu dingin seperti Falix. *** Setelah meunggu Falix latihan hingga akhirnya waktu istirahat tiba bersamaan dengan istirahat proses KBBM. Falix datang menghampiri Darla lalu duduk di samping gadis itu. “Aku akan mengganti seragam dulu,” ucap Falix yang membuat Darla mengangguk. “Ikutlah dengan ku,” ucap Falix dan segera menarik Darla menuju ruang Basket yang sudah tersedia tempat berganti pakaian untuk anggotanya. Saat Darla dan Falix masuk ternyata di sana sudah ramai dengan anggota basklet lainnya yang sepertinya juga tengah berganti pakaian. Melihat kehadiran Darla mereka cukup terkejut karena sebelumnya tak ada yang gadis yang masuk ke dalam ruang basket putra apa lagi saat para anggota tengah berganti pakaian. Darla yang merasa gugup karena terus di perhatikan menundukkan kepalanya. Falix yang merasakan tunangannya itu gugup segera melepaskan genggaman tangan mereka lalu merangkul pinggang Darla manuju ujung ruangan dekat loker. “Gak usah liatin,” tegas Falix yang mulai menatap tajam pada siapapun yang dengan berani menatap gadisnya itu. “Tetaplah di sini,” perintah Falix sambil mendudukkan Darla di kursi yang berada di sana, Darla hanya mengangguk mendengar perintah Falix. “Siapanya Falix?” samar-samar Darla dapat mendengar ucapan laki-laki itu walau laki-laki itu mengatakannya tidak keras tapi mungkin karena jarak mereka yang terlalu jauh Darla dapat mendengarnya. “Katanya si adeknya,” jawab laki-laki yang bisa Darla kenali sebagai teman Falix karena ia pernah melihatnya di kantin, kalau tidak salah ingat laki-laki itu adalah Dion. “Masak sih adiknya? Tadi kayak mesra gitu,” ucap salah satu teman Falix yang tak Darla ketahui siapa. “Ya gue mana tahu gue kan ikan,” ucap Dion lagi. “Cowok kok ghibah,” sindir Falix yang baru saja keluar dari kamar mandi membuat mereka menghentikan pembicaraan mereka itu dan diam-diam sesekali menatap Falix dan Darla. “Pasangkan,” ucap Falix sambil duduk di samping Darla meminta gadis itu untuk memasangkan kancing seragamnya membuat Darla tersenyum sambil menggeleng tapi tak urung Darla tetap melakukannya. “Dasi,” pinta Darla sambil menyodorkan tangannya dan dengan segera Falix memberikannya dan Darla memasangkannya dengan telaten. Meskipun Darla tak pernah memakai dasinya sendiri karena ada para maid yang membantunya tapi Darla tetap belajar cara memakaikan Dasi agar ia bisa memakaikan dasi untuk Falix. “Thank Queen,” ucap Falix lalu mencium bibir Darla singkat. Anggota tim basket yang masih berada di sana memelototkan matanya melihat hal itu. “Ayo ke kantin,” ajak Falix sambil mengajak Darla berdiri lalu menggenggam tangan Darla untuk keluar dari ruang ganti. “Kalian gak mau ke kantin?” tanya Falix dengan tatapan datarnya pada temannya itu. “Eh iya ayo,” ucap Aezar lalu mereka segara menuju kantin dengan Falix yang berada di depan mereka bersama Darla. “Falix Mom akan datang hari ini bukan?” tanya Darla mengingat Mommy Falix akan datang hari ini. “Hmm mungkin sampai besok karena mereka baru akan berangkat malam ini. Dad tadi ada urusan mendesak jadi mereka harus menunda keberangkatakan mereka,” jawab Falix yang di balas anggukan oleh Darla. “Mereka ada hubungan apa sih?” ucap Dion dengan berbisik pada Cakra yang berada di sampingnya. “Ya mana gue tahu,” ucap Cakra yang sama tidak tahunya. Saat berjalan menuju kantin mereka terus menjadi pusat perhatian Murid yang berlalu lalang karena ini adalah pemandangan yang tidak biasa. Falix yang anti dengan wanita kini tengah berjalan sambil menggandeng seorang gadis. Dion dan Cakra yang biasanya sibuk tebar posona kini malah sibuk berbicara, hanya Barra dan Aezar yang terlihat seperti biasanya. Mereka jadi lebih penasaran tentang apa sebenarnya hubungan Darla dan Falix saat melihat kedekatan mereka, banyak yang mengira mereka berpacaran tapi ada juga yang menyangkal karena berpikir Falix baru mengenal Darla mengingat Darla adalah murid baru dan mereka juga masih mengira Kyla lah pacar Falix. Falix maupun Darla juga enggan mengumbar dengan mengatakan jika mereka sepasang kekasih yang sudah lama menjalin hubungan, mereka hanya diam membiarkan orang berspekulasi sesukanya. *** Thank For Reading. Hai semua. Salam kenal all. Aku penulis baru di Goodnovel tapi semoga kalian suka sama karya aku yang satu ini. Jangan lupa buat vote dan koment ya guys. Maaf kalo feel gak dapet dan banyak typo. Kalau mau tahu karya aku yang lain kalian bisa cek i* aku @wphilmiath_ See You Next Part AllHappy Reading. *** Sudah dua hari Falix menyekap Darla di kamar gadis itu. Dan sudah dua hari juga kejadian tersebut berlalu. Kini keadaan Barra masih koma paska oprasi saat itu. Akibat pendarahan yang terus menerus dan Barra yang hampir kehabisan darah laki-laki itu harus menjalankan oprasi dan hingga kini laki-laki itu belum sadarkan diri. Semuanya masih menunggu dengan cemas bagaimana keadaan Barra selanjutnya, doa tak pernah lepas dari mereka yang terus berdoa akan kesembuhan Barra. Yang kini mereka harapkan adalah kesembuhan Barra. Untuk Dino dan Dian, kini kedua orang itu harus melaksanakan penjara di rumah dan tidak di bolehkan melakukan perjalanan jauh. Semua itu karena Dian yang masih di baru saja berumur tujuh belas tahun hingga orang tuanya meminta keringan begitupun dengan Dino yang masih sembilan belas tahun. Saat usia mereka memasuki dua puluh satu tahun maka akan di lakukan persi
Happy Reading. *** Menatap kesekeliling dengan tatapan menerawang, kini Darla merasa merasa bingung dengan tampat yang ia tempati saat ini. Kini ia bukan lagi berada di sebuah gedung kosong tapi berada di sebuah kamar. Tangannya tak lagi terikan begitupun kakinya namun di kamar ini seperti tak ada cara untuk keluar. Darla sudah mengelilingi kamar itu dan pintu sudah di kunci, jendela pun sudah di kunci mati. Bisa Darla tebak saat ini ia tengah berada di ketinggian saat melihat di jendala dan kamar ini memiliki tinggi yang lebih tinggi dari pohon besar di bawahnya. Suara kunci di buka membuat Darla mengalihkan pandangannya yang semula tertuju pada jendela kini teralihkan oleh seorang laki-laki yang memasuki kamar tersebut yang tak lain adalah Dino.
Happy Reading. *** "Lo serius?" tanya Cakra yang masih tak percaya akan info yang baru saja ia terima dari Falix. "Apa ada untungnya kalo gue ngarang cerita?" tanya Falix dengan begitu sinis. Mereka semua menggeleng memang tak ada untungnya bagi Falix untuk mengarang cerita. Lagi pula untuk apa Falix melakukan itu? Tentu saja itu bukanlah hal yang patut untuk di karang. "Jadi kita bener-bener kehilangan Dion?" tanya Barra dengan senyuman sendunya. Kini mereka memang tengah membicarakan tentang Dion. Lebih tepatnya Falix yang tengah bercerita dan memberikan info tentang siapa sebenarnya Dion yang kini bersama mereka, dia bukanlah Dion dari Dino kembaran Dion yang m
Happy Reading. *** Darla mengerjampak matanya berkali-kali merasakan silau yang masuk ke dalam matanya, ia begitu merasa asing dengan tempat nya saat ini. Melihat ke sekeliling ia pikir kini ia tengah berada di sebuah gedung tak terpakai di lihat dari bagaimana kondisi gedung yang ia tempati saat ini. Bisa gadis itu rasakan kini tangan dan kakinya teringat dan di ruangan yang begitu luas itu hanya terdapat satu kursi yang kini ia duduki, tak ada penerangan selain mentari yang masuk melalui jendela yang berada begitu tinggi. Sebisa mungkin Darla berusaha melepaskan tangannya dari ikutan yang begitu menyakitinya bahkan bisa ia tebak kini tangannya sudah memerah dan memar at
Happy Reading. *** Pukulan yang begitu keras Falix dapatkan dari ayahnya, tadi saat ia baru saja sampai di rumah bersama dengan Ryan dalam ke adaan berantakan dan memar serta luka di wajahnya tak ia sangka ternyata orang tuanya yang jarang pulang itu sedang ada dirumah. Saat Falix dan Ryan sampai di rumah, ibu Falix langsung menanyakan ada apa dengan wajah Falix serta Ryan dan di mana Darla? "Apa kau gila mengajak Darla ke club malam?" tanya Hanry sambil memberikan pukulan mentah pada Falix yang hanya bisa terdiam menerima setiap pukulan yang di dapatnya dari ayahnya yang terus melampiaskan amarahnya pada dirinya. "Lihatlah apa yang sekarang kau dapat Falix," ucap Hanry yang kembali memberikan pukulan untuk Falix yang hanya terdiam. Ryan yang melihat itu ingin membant
Happy Reading. *** "Tar malam ke club kuy dah lama nih gak kumpul di sana sambil main billiard," ajak Dion dengan begitu bersemangat. Kini mereka tengah berada rooftop sambil sebat, rooftop memang selalu menjadi tempat yang pas bagi mereka untuk menghisap sebatang rokok yang mengandung nikotin tersebut. Kini hanya ada kelima laki-laki tersebut mengingat gadis mereka sudah pulang lebih dulu karena kini para laki-laki itu harus mengikuti jam pelajaran tambahan. "Yuk lah udah lama nih," kompor Cakra yang juga terlihat begitu bersemangat mengingat mereka sudah sangat lama tidak nongkrong bersama. "Ok deh tar malam, tapi gue ngajak Darla," ucap Falix memberitahu sahabat nya jika ia harus mengajak tunangannya itu.
Happy Reading. *** Mobil Sport dengan berbagai merk kini terparkir dengan begitu rapih di parkiran FHS bahkan kini parkiran tersebut sudah seperti parkiran milik dari pemilik dari kelima mobil mewah yang kini berjejer dengan rapih tersebut. Bagai tak ada yang berani dan mau mendekat pada jajaran mobil dengan harga fantastis tersebut. Siapa yang berani mendekati mobil mewah yang bahkan mobil sekelasBugatti Veyron La Voiture Noire juga berada di sana? jika mereka mendekati mobil itu dan menggoresnya sedikit saja mungkin mereka harus merelakan banyak uang mereka hanya untuk goresan kecil. Mobil limited edition yang hanya di produksi pada tahun 2019 dengan harga mencapai 271 Miliar itu pasti akan membuat mereka melongo dengan hanya karena goresan kecil. Bahkan tak a
Happy Reading. *** Falix dan Darla kini berjalan beriringan menuju kelas Darla setelah mereka tadi menghabiskan makan mereka di ruang khusus pemilik sekolah. Saat Falix dan Darla tengah berjalan sambil bercanda Darla tak sengaja menabrak seorang laki-laki dengan hoodie hitam yang laki-laki itu gunakan. Darla hampir saja jatuh ke lantai andai Falix tak menahannya, Falix menatap datar ke arah laki-laki tersebut dengan tatapan tajamnya yang siap membunuh kapan saja. "Darla? maafkan aku, aku sungguh tak sengaja," ucap laki-laki tersebut membuat Darla mengangguk dan tersenyum pada laki-laki tersebut. "Tak apa Daniel ini juga salahku yang tak melihat jalan," ucap Darla pada laki-laki yang menabraknya yang tak lain adalah
Happy Reading. *** Kini seluruh FHS di buat gempar akan ke hadiran Dion ke sekolah dengan sahabatnya, laki-laki itu telihat begitu bahagia berjalan sambil tertawa bersama sahabatnya yang lain. Namun berbeda dengan Dion dan sahabatnya kini justru para siswa-siswi di buat sangat terkejut bahkan kini mereka seperti tengah melihat hantu saja, atau mereka memang menganggap Dion sebagai hantu? mengingat yang mereka tahu jika Dion sudah tewas dan menghilang dalam kecelakaan pesawat yang terjadi saat itu. "Berasa artis gue di liatin mulu," ucap Dion dengan gaya nya yang begitu tinggi. Sahabatnya yang mendengar hal itu hanya menatap Dion dengan tajam begitupun Falix yang kini hanya menatap datar pada Dion. Ya kali ini Falix dan sahabatnya yang lain datang bersamaan walau