Share

Bab 4

Perkiraan Janu ternyata meleset tentang dirinya sebagai “Pekerja dibalik layar” dia pikir kedatangan Alba dan fakta bahwa Alba adalah anak diluar pernikahan tidak akan menjadi konsumsi publik. Mengingat bagaimana sebesar apa agensinya di Indonesia dan terkenal akan privasi yang terjaga membuatnya sangat terkejut ketika di pagi hari Minggu yang semestinya menyenangkan mendadak menjadi horor karena telepon berdering serentak di rumahnya. Janu bangun dengan tergesa karena deringan telepon yang bersahutan, dari arah ruang santai dan juga ponselnya. Dia mematikan ponselnya sebelum mengecek siapa yang menelepon, melihat putri kecilnya masih tertidur Janu berjalan pelan menuju ruang santai, mengangkat telpon rumahnya.

“Nu, maaf nelpon jam segini.” Suara Nara terdengar disana, Naraya adalah sekretaris bosnya di kantor.

“Mbak Nara? Ada apa mbak?” Tanya Janu, masih setengah sadar, mengintip sedikit dari balik gorden Janu yakin matahari bahkan belum naik.

“Matikan ponsel kerjamu ya, aktifin yang pribadi aja nanti pak Bara menelpon dan langsung menjelaskan,” Suara mbak Nara terdengar sedikit panik, “Maaf banget ya Nu, tapi hari ini tolong jangan keluar dulu. Diam di rumah aja.” Kemudian telepon di tutup. Dahi Janu berkernyit, apa maksudnya? Ada apa?

Sadarnya kembali ketika telepon sudah ditutup, ucapan Nara sangat aneh. Melihat ke arah jam dinding, Janu baru sadar ini masih pukul 2 pagi. Dia melihat ponsel kerja di genggamannya, ada banyak panggilan masuk termasuk dari teman-temannya yang sangat jarang untuk menghubunginya ke ponsel ini. Adiknya juga menghubungi sejak pukul 12 malam. Dia semakin bingung, mematikan ponselnya Janu buru-buru masuk kamar dan membuka laci nakasnya untuk mengecek ponsel pribadi.

W******p sampai LINE dipenuhi dengan banyak notifikasi. Aneh.

Belum sempat Janu membuka aplikasi W******p telepon masuk dari Yuwa terpampang di layar, Janu mengangkatnya.

“Nu, kamu tidur dari jam berapa?” Tiba-tiba Yuwa bertanya,

“Aku tidur jam 9 kak, Alba minta ditemani eh aku ketiduran juga. Ada apa sih kak? Kok kayaknya rame banget? Mbak Nara sampe nelepon Janu.”

“Lihat portal berita deh Nu, lewat ponsel atau laptop.”

Janu semakin bingung dibuatnya, dia kemudian mengecek laptopnya yang memang belum dia matikan, melihat portal berita dia terkejut dengan apa yang dia baca. Artikelnya sangat banyak bahkan itu menjadi HEADLINE NEWS sejak pukul 10 malam.

PENULIS LAGU JANU KRISPALA MEMILIKI SEORANG ANAK DILUAR NIKAH

PENULIS LAGU DARI MüSIC ENTERTAINMENT JANU KRISPALA MEMILIKI SEORANG ANAK BERUSIA 4 TAHUN

SALAH SATU PEGAWAI KEDUTAAN MEMBENARKAN BERITA INI

Kepala janu berdenyut membacanya, isi artikel itu satu persatu dia baca. Belum ada yang tahu siapa nama putrinya, tidak dicantumkan disana tapi Janu yakin cepat atau lambat ini pasti akan tersebar, media pasti akan mencari tahu bahkan Janu bertaruh nomor Kartu Keluarganya bisa disebarluaskan dengan mudah. Iya, seberapa besar dan kuat agensi yang menaungi, ini Indonesia. Tidak ada privasi disini.

Sialan.

“Ini kenapa jadi rame begini?” Tanya Janu kemudian pada Yuwa yang sedang diam diujung telepon memberikan waktu untuk Janu membaca dan mencerna apa yang tengah terjadi.

“Aku sendiri gak tahu Nu, tiba-tiba waktu lagi beresin toko sambil nonton berita ini dijadiin Headline News. Mbak Nara langsung nelepon aku karena gak bisa menghubungi kamu, dia kira kamu kenapa-kenapa.” Yuwa menjawab, terdengar suara napas yang dibuang dengan kasar, Yuwa tahu ini pasti mengejutkan buat Janu. Dia tidak berpikir kehidupan pribadinya akan terbongkar seperti ini.

“Kayaknya kamu disorot karena sudah dua kali menang penghargaan di ajang Amerika itu Nu. Kamu juga beberapa kali ‘kan di undang ke acara TV tapi kamu tolak terus-terusan jadi mungkin media memang sedang mengincar hal ini karena banyak yang tertarik tentang kehidupan kamu.”

Janu tidak menjawab apapun, telinganya mendengarkan setiap kata yang diucapkan oleh Yuwa tapi dia tidak mengatakan apapun. Segala bentuk alasan rasanya tidak bisa dia terima sekarang, fakta bahwa orang-orang itu meringsak masuk ke dalam kehidupan pribadinya membuat darahnya mendidih. Dia sangat kesal.

“Alba gak akan kenapa-kenapa ‘kan kak?” Tiba-tiba pertanyaan itu terlontar dari mulut Janu. Benar, bukan dirinya yang dia khawatirkan. Alba. Putri kecilnya. Janu takut sesuatu terjadi pada Alba, dia takut tiba-tiba masyarakat menganggap hal tabu ini tidak patut diterima begitu saja oleh masyarakat Indonesia. Dia takut Alba harus kembali ke Amerika dan diambil oleh pemerintahan disana.

“Nu, Alba anakmu. Sah. Gak akan ada yang bisa pisahin kamu sama dia, lagian kalo memang di masyarakat minta kamu pergi dari sini kamu bisa pergi ke belahan dunia manapun. Ingat, kerjamu fleksibel.”

Janu mengangguk meskipun Yuwa tidak bisa melihatnya.

“Sudah, mendingan balik tidur, aku yakin pak Bara bakalan menyelesaikan ini semua.”

Yuwa menyudahi teleponnya dan kini tinggal Janu yang masih terduduk menatap laptopnya di dalam kegelapan, membaca setiap artikel disana dia bahkan tidak tahu berapa banyak uang yang sudah reporter atau penulis berita ini keluarkan hanya untuk mengorek kehidupan pribadinya.

Tidak ada kerjaan.

Kenapa tidak mengangkat berita mengenai koruptor dan sejenisnya?

Janu menghela napas. Mengalihkan pandangan ke arah putri kecilnya yang masih nyenyak dibalik selimut, Janu kembali ke kasur, tidur disampingnya dan mengecup ujung hidung Alba.

“Selamat tidur sayang, Dad akan menjagamu.” Bisiknya.

Pagi harinya, berita di televisi sudah tidak menayangkan tentang Janu namun acara gosip masih terus membahasnya bahkan artikel di sosial media. Nama Janu nyantol di akun-akun gosip pertama kalinya bukan karena prestasi melainkan ‘skandal’, iseng mellihat komentarnya banyak yang mendukung Janu dan berkata bahwa mereka menunggu klarifikasi pasti dari Janu sendiri. Foto-foto Janu bersama Alba juga tersebar, wajah Alba tidak terlihat jelas dan itu membuat Janu sedikit lega. Ada beberapa netizen yang bertanya siapa Janu? Apa pentingnya berita ini. Janu setuju. Tidak ada yang penting untuk orang lain, ini kehidupan pribadinya.

Pukul 8 ketika Janu sedang menyiapkan baju Alba yang tengah berendam pak Bara bosnya menelepon.

“Nu, mau konferensi pers atau bikin video klarifikasi? Netizen Indonesia belom puas kalau gak ada klarifikasi.” Ucapnya. Janu terdiam. “Emang penting pak?” Tanyanya dan suara tawa berat khas bapak-bapak usia 50 tahun terdengar.

“Enggak penting Nu, tapi biar yang pada kepo puas aja.” Jawab pak Bara.

“Ya udah, Janu bikin video aja pak. Tapi identitas Alba aman ‘kan pak?” Janu meyakinkan sekali lagi. Pak Bara lagi-lagi tertawa.

“Tentu dong Nu, MüSIC ENTERTAINMENT gak akan pernah ngecewain para pegawai karena dari awal sudah tertulis di kontrak kalau kehidupan pribadi dijaga baik-baik. Lagian kamu sudah mengharumkan nama agensi saya masa saya gak bisa menyelesaikan hal ini?”

Janu tersenyum kecil, pak Bara memutus teleponnya setelah berkata dia akan menunggu kedatangan Janu jam 10 di kantornya. Janu kembali ke kamar mandi dan mengangkat Alba keluar dari bathtub, dia mengeringkan tubuh Alba menggunakan handuk. Pengasuh Alba datang setiap pukul 7 tapi akhir pekan adalah hari liburnya, maka di akhir pekan Janu yang mengurus Alba. Pria itu memakaikan baju untuk Alba, dan memberikan minyak telon, parfum, bedak serta menyisiri rambut panjang Alba. Alba hanya diam, sesekali bermain dengan bonekanya.

“Susu” Ucapnya.

“Alba, minum susunya pakai gelas lagi ya? Jangan pakai dot, kaya kemarin, Dad kasih sedotan.”

Alba terdiam sebentar, dia benci sedotan dia ingin dot. Tapi Dad bilang dia sudah besar, dia akan bersekolah dan itu memalukan. Minum dari dot adalah hal memalukan jika teman-teman tahu maka Alba mengangguk meskipun setengah hati.

Janu membuatkan susu untuk Alba, gadis kecil itu duduk dikursi tingginya. Selain susu, Janu juga menyediakan buah-buahan pagi hari untuk Alba makan. Sarapan Alba di akhir minggu memang mengikuti selera Daddy-nya. Hari-hari biasa Alba mengikuti menu dari pengasuh seperti nasi dengan telur, atau nasi dengan tumisan atau bahkan sereal oat dengan madu, susu dan buah-buahan. Sejauh ini, Alba tidak pernah protes anak itu makan dengan lahap dan teratur.

Ketika keduanya sedang makan bunyi bel terdengar, jantung Janu berdegup kencang dia khawatir para reporter sudah menyerbu rumahnya. Namun melihat ke interkom, hanya ada teman-temannya disana. Yuwa, Maga, Javis dan Rainer.

“Gila ya media jaman sekarang kenapa sih? Hal gak penting aja di angkat-angkat!” Javis bersungut-sungut sambil menuangkan sereal keatas susu didalam mangkok, menumpang sarapan bukan termasuk kriminal ‘kan?

“Gimana kata pak Bara?” Tanya Yuwa, dia duduk disamping Alba, memotong buah-buahan yang baginya terlalu besar untuk Alba.

“Pak Bara minta aku untuk ke kantor jam 10 ini, katanya bikin video klarifikasi.”

“Lah? Ngapain?” Maga berkomentar.

“Memuaskan orang-orang kepo,” Rainer menimpali sebelum Janu sempat menjawab. “Sama kayak waktu Sadam kena salah paham pergi ke klub malam, meskipun bukan salahnya dia dan juga itu kehidupan pribadinya tapi harus ada video klarifikasi biar sedikit membungkam orang-orang kepo.” Lanjutnya.

“Wah gila sih asli! Apa gak cukup sekedar menyorot prestasi aja gitu? Prestasi Janu banyak banget loh di Industri Musik Indonesia tapi yang selalu diangkat tuh penghargaan di Amerika aja!” Javis mengoceh disela kunyahan serealnya.

Semuanya hanya terdiam. Ada benarnya. Waktu Javis mengharumkan nama Indonesia sebagai petinju muda profesional yang berada di urutan kedua dunia bukannya dipuji dia malah diledek habis-habisan oleh masyarakat karena tidak bisa mengalahkan kelas dunia. Hal itu terus jadi sorotan, yang lebih parah celana dalam motif macan tutulnya yang terlihat ketika dia K.O malah jadi perbincangan hangat.

“Apa yang kamu harapkan sih Vis?” Yuwa berkomentar.

“Kak Janu kalau mau berangkat ke kantor barengan sama aku aja, di depan udah beberapa reporter.” Rainer berkata.

“Emang kamu mau kemana?” Tanya Janu pada Rainer.

“Dia mau tanda tangan kontrak sama agensi kamu.” Maga menyela.

Kemudian seruan terdengar mengucapkan selamat kepada Rainer.

“Nah gitu dong, ‘kan enak kalau ada agensinya, jadi kerjaan ada yang ngatur gak keteteran.” Janu menimpali. Rainer hanya tersenyum.

“Kalau gitu titip Alba ya.”

“Gampang!” Yuwa, Maga dan Javis menanggapi bersamaan.

“Theo sama Sadam gak bisa datang Nu, mereka minta maaf karena ada kerjaan.”

Janu mengangguk dan tersenyum, keduanya sudah mengirimkan pesan padanya pagi ini. Janu tahu mereka juga peduli, apapun yang terjadi pada salah satu dari mereka, para sahabat akan selalu ada disini untuk satu sama lain.

Beberapa saat kemudian Janu berpamitan pada Alba, dia pergi bersama Rainer. Ketika dia membuka pintu rumah para reporter langsung menyerbu, Rainer mencoba menghalangi, Janu diberondong pertanyaan siapa ibu dari anaknya, dimana selama ini anaknya tinggal dan alasan mengapa dia tidak terbuka pada publik tentang ini. Tak ada jawaban, Janu dan Rainer terburu-buru masuk ke mobil dan pergi, mereka berpisah di dalam gedung. Janu bertemu dengan pak Bara dan kemudian membuat video klarifikasi.

“Saya Janu Krispala, selaku penulis lagu di MüSIC ENTERTAINMENT ingin menyatakan bahwa apa yang media beritakan benar adanya. Saya memiliki seorang anak berusia 4 tahun, untuk selebihnya saya rasa itu cukup sebagai konsumsi pribadi saya. Terima kasih dan tetap dukung karya-karya dari para pelaku seni di MüSIC ENTERTAINMENT.”

Video itu membuat berita yang cukup hebat, banyak yang mengatakan bahwa apa yang Janu jelaskan di video lebih dari cukup, ada juga yang bilang bahwa itu tidak menjelaskan apapun. Segala bentuk ocehan dari Netizen akhirnya reda seiring berjalannya waktu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status