Share

Malam pertama yang pahit

Pernikahan itu berjalan dengan lancar, tidak banyak tamu yang diundang, mengingat Kei hanya ingin pernikahannya dihadiri keluarga juga teman dekat. Sedangkan Ana? Tentu saja dia tidak mengundang siapapun kecuali Hobi, dokter Rachel serta beberapa suster kenalannya. Sayang satu-satunya keluarga Ana, mikail tidak bisa berada disisinya karena kondisinya yang tidak memungkinkan untuk keluar dari kamar. Dan untuk pertama kalinya Ana bertemu dengan Nita kekasih Kei yang baru Ana ketahui juga kalau wanita itu sekretaris Suami kontraknya. Kesan pertama saat Ana bertemu dengannya, wanita itu sangat anggun, cantik, tubuhnya yang kecil membuat wanita itu terlihat imut, beda sekali dengan Ana yang memiliki tubuh sintal ini. Ana jadi heran kenapa ibu kei sangat membenci Nita? 

Ana tengah melihat-lihat rumah yang akan ditempatinya selama enam bulan kedepan, rumah ini tidak terlalu besar dibandingkan rumah orang tua Kei namun terkesan mewah dengan style pria muda yang minimalist, perabotannya berwarna perpaduan hitam, coklat tua dan abu-abu. Meski berwarna gelap begitu, Ana tetap menyukainya. Terdapat dua lantai dengan pekarangan dalam samping ruang tamu yang luas, Ana bisa membayangkan paginya disuguhi pemandangan indah dari dalam ruang tamu. Mungkin Ana bisa mengajak Mikail untuk tinggal di sini beberapa hari lalu anak itu bisa berlarian bebas dihalaman. Ah, Ana jadi merindukan adik nakalnya. 

"Ana ...."

"Ya Kei?" Kei menghampiri Ana yang berdiri diruang tamu. Saat ini Kei masih mengenakan kemeja putih bekas acara pernikahan mereka yang lengan bajunya telah ia gulung hingga siku. Entah sudah berapa banyak ia berkata tapi Kei memang selalu tampak tampan, urat urat tangannya tercetak jelas di lengan, pertanda pria itu rajin mengunjungi gym. Ana yakin dibalik kemeja putihnya tersembunyi tubuh atletis Kei. 

"Aku telah menyiapkan kamarmu, kau ingin merapihkannya sendiri atau perlu bantuan bibi? Bibi tidak ada disini setelah pukul 7 dan akan datang besok pukul 9 untuk merapihkan tempat ini. Tapi kalau kau perlu aku akan menelponnya untuk datang kemari."

Oh jadi mereka tidur terpisah? Tentu saja Ana! memangnya apa yang kau harapkan, kaliankan hanya suami istri kontrak, justru Ana harusnya bersyukur karena ternyata Kei menghargai Ana, tidak melakukan tindakan tak bertanggung jawab, bagaimanapun status mereka, mereka dua orang dewasa yang memiliki hasrat, akan sangat tidak bagus jika mereka tidur bersama.

"Tidak perlu Kei, aku bisa merapihkannya sendiri. Hanya bisa kau tunjukkan saja kamarku disebelah mana?"

"Sure! ayo kuantar," kata Kei lalu menggeret koper milik Ana menuju kamar wanita itu. Kei membuka kamar bernuansa putih, Ana rasa kamar ini satu-satunya yang tidak bernuansa gelap. Ana jadi penasaran apakah Nita pernah tinggal di kamar ini?

"Ini kamar milik Nita?" Satu alis Kei menukik ke atas, tatapannya sedikit mengintimidasi. Ana sekarang tahu bagaimana pria itu bisa meraih kesuksesannya, pria itu pasti dengan mudah membuat lawan bisnisnya tak berkutik seperti Ana saat ini. 

"Tidak Ana, aku tidak pernah membawa wanita lain kedalam rumahku selain dirimu. Nita dan semua mantan kekasihu tinggal di apartement yang kusediakan." Jelasnya terkesan dingin dan tidak suka pertanyaan Ana. Sepertinya Ana tidak akan menanyakan apapun lagi soal Nita maupun hal-hal yang berhubungan dengan masalalunya pada Kei, dan bolehkah ia sedikit berbangga hati atas pernyataan Kei mengenai ia satu-satunya yang dizinkan tinggal disini? Hati Ana berbunga-bunga sampai pada kalimat yang dilontarkan Kei menyadarkan kembali siapa Ana. 

"Maaf Ana, hari ini aku akan menginap di apartement Nita, sepertinya ia marah karena pernikahan ini. Jadi ... eum ...."

"Aku mengerti Kei, pergilah akupun akan bersikap sama seperti Nita jika tahu kekasihku menikah dan tinggal berdua dengan wanita lain. Pasti saat ini ia sedang gelisah," potong Ana, Kei cukup tertegun mendengar ucapan Ana, ia merasa tidak salah pilih, Ana jauh dari kesan wanita matre yang terlihat ingin mensabotase Kei. Bagaimanapun juga wanita mana yang rela meninggalkan kemewahan seperti ini nantinya? Kei mendekati Ana tidak tahu apa yang ia lakukan tapi pria itu jadi ingin mengecup kening Ana. Kecupan itu cukup lama, sampai Kei melepasnya. Ia menatap wajah Ana yang seperti biasa memerah juga nampak terkejut. Pria itu terkekeh tangannya mengusap pipi Ana dengan lembut.

"Kau selalu terkejut tiap kali kusentuh, apa aku menakutimu?" 

"Ti- tidak bukan begitu, aku hanya tidak terbiasa dengan semua itu," ucap Ana dengan jujur, Kei tersenyum melihat kegugupan Ana, jelas sekali perbedaan Ana dengan Nita. Keduanya sama cantiknya tapi Nita terkesan tegas dan anggun sedangkan Ana nampak lemah lembut serta polos. Kei masih mengelus pipi Ana yang selembut sutra.

"Kalau begitu kau harus mulai terbiasa Ana."

"Y- ya?"

"Kau mendengarnya dengan jelas. Baiklah aku harus segera pergi, maaf meninggalkanmu sendiri, jika terjadi sesuatu segera hubungi aku." Setelah mengatakan itu Kei pergi begitu saja tanpa mendengar apapun lagi dari Ana. Ana menatap punggung Kei yang semakin menghilang dibalik tembok, Ana tidak pernah menyangka ia akan bernasib seperti ini, di malam pertama pernikahannya, ia langsung ditinggal suaminya untuk menemui kekasihnnya. Walaupun suami kontrak tetap saja rasanya mengenaskan sekali. Ya ... Meskipun begitu Ana tidak bisa membohongi dirinya sendiri, hatinya berdebar setelah ciuman Kei di keningnya. Ana menggelengkan kepalanya dengan cepat

"Ingat Ana! Tidak boleh jatuh cinta!!!!" Gumamnya pada diri sendiri. Ana melihat kamar yang akan ditempatinya lalu tersenyum senang, Ana menyukai design ruangan ini. Ya ... Setidaknya ada hal baik hari ini, Setelah puas memandanginya ia mulai mengemas dan membersihkan dirinya.

🌹🌹

Kei mencari sosok wanita yang menjadi kekasihnya selama tiga tahun ini setelah membuka pintu apartment miliknya. Ternyata yang dicari tengah meringkuk diatas ranjang seperti bayi dikamar. Kei menghampiri Nita yang matanya mulai terpejam, mengecup pipi wanita itu, lalu membisikkan sesuatu.

"Kau menungguku sayang?" Kei mengecup pipi wanita itu lagi. Nita mengerjapkan matanya melihat kekasih tampannya tengah mengukung tubuhnya. 

"Kupikir kau tidak akan datang." Nita mengucapkannya dengan bibir mengerucut.

"Tidak mungkin aku mengabaikan panggilan dari kekasih kesayanganku."

"Kau tampak mesra dengan wanita itu."

"Kau cemburu?"

"Menurutmu bagaimana?" kesal Nita, Kei terkekeh mengusap lengan Nita naik turun. 

"Kau tampak menggemaskan saat sedang cemburu, jangan begitu, kau tahu aku hanya berpura-pura. Aku jelas hanya mencintaimu."

"Tetap saja rasanya aneh melihatmu memeluknya. Kau tahu, aku merasa tidak ada yang boleh menyentuh milikku. Tapi dia bahkan sekarang satu atap denganmu. Ya ampun Kei ... aku iri sekali."

"Hanya sementara sayang, jangan dibahas lagi, kau tidak ingin memberikanku malam pertama? Hmm ...."

"Minta saja dengan istrimu itu." 

Kei mengangguk lalu bangkit melepaskan diri dari Nita, sontak saja Nita panik lalu menarik tengkuk leher Kei agar pria itu kembali menatapnya.

"Kau keterlaluan tuan Alvero, aku kan hanya bercanda, tapi kau benar-benar akan meninggalkanku?"

"Aku tidak pernah main-main sayang. Kau mengerti itu, jadi bisakah kita mulai?" Kei bertanya setelah mengedipkan matanya, membuat Nita terkekeh dan mereka akhirnya menghabiskan malam panjang bersama di kamar itu. Melupakan siapa Keanu, dan melupakan orang-orang yang akan tersakiti karena mereka nantinya. Saat ini mereka dibutakan, terjerat pada lubang dosa tak beralas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status