Share

Makan malam bersama

Kei dan Ana memasuki pekarangan rumah orang tua Kei. Pertama kali melihatnya Ana dibuat takjub, sungguh yang ada dihadapannya kini bukan rumah melainkan istana, halaman rumahnya saja berkali-kali lipat luasnya dengan rumah yang ia tempati saat ini, apalagi didalamnya? Kei lebih dulu keluar dari mobil, lalu berjalan kearah samping membuka pintu milik Ana. Rasanya Ana ingin pulang saja, tidak berani masuk kedalam rumah besar itu dan bertemu kedua orang tua Kei, nyali Ana menghilang sejak pertama kali mobil ini melewati gerbang.

"Kau akan baik-baik saja." ucap Kei tiba-tiba, lalu menautkan jemari tangannya dengan milik Ana. Pria itu menarik Ana dengan lembut untuk segera masuk kedalam. Sebenarnya Kei sama gugupnya dengan Ana. Tapi ia tidak mau menunjukkannya, karena pasti akan berdampak pada Ana.

Ternyata kedatangan mereka telah dinantikan kedua orang tua Kei, ibu pria itu langsung menghampiri Kei dan Ana. Ana segera memberi salam dengan sopan.

"Bu kenalkan ini Ana, pacar baru kakak." 

"Saya Anastasya Vienca, tante," ucap Ana memperkenalkan diri.

"Pacar baru kakak cantik, ibu suka yang ini, sangat sopan daripada sebelumnya," ucap ibu Kei to the point. Kei dan Ana hanya tersenyum kaku. Ana tidak tahu kalau ternyata karakter ibu Kei sangat jauh dari perkiraannya, jika biasanya orang kaya akan terlihat angkuh, ibu Kei ini jauh dari kata angkuh, pribadinya anggun, sederhana juga lembut, persis seperti ibunya. Seketika Ana jadi merindukan ibunya.

"Bu, sebaiknya kita makan malam dulu. Baru setelah itu ngobrol lagi. Mereka juga baru sampai, masa tidak diberi masuk." Ayah Kei tiba-tiba saja menginterupsi kegiatan perkenalan itu.

"Oh iya, ayo Ana kita makan malam dulu,"ajaknya lalu merangkul bahu Ana menuju meja makan. Mau tidak mau Ana mengikuti ketiganya.

🌹🌹

Kei melihat Ana tengah berdiri diatas balkon mungkin sedang melihat taman yang ada dibawahnya atau tengah termenung. entahlah kei tidak tahu, apa yang sedang dipikirkan wanita itu pasalnya setelah makan malam, mereka berempat akhirnya membicarakan perihal pernikahan yang kemudian diputuskan minggu depan. Terbilang cepat memang, tapi Kei tidak mau menunda lebih lama lagi, ia ingin segera mengakhiri pernikahan kontrak ini yang bahkan belum ia mulai. Tungkai kaki Kei mendekati Ana lalu berdiri disampingya. Wanita itu tampak terkejut, Kei jadi ingat Ana terlalu sering terkejut jika didekatnya. Apa ia semenyeramkan itu?

"Apa yang kau pikirkan Ana?" Tanya Kei

Ana menggelengkan kepalanya" Tidak ada, aku hanya merindukan ibuku." Kei tidak menyahut matanya tertuju pada sosok yang tengah mengintip mereka dibalik pintu. Kei tahu siapa yang melakukan hal kurang kerjaan seperti itu. Siapa lagi kalau bukan ibunya yang tengah memastikan hubungan Kei dengan Ana. 

Lalu dengan tiba-tiba Kei memeluk Ana dari belakang tangannya melingkar di perut rata Ana, wajahnya terbenam diantara pundak dan ceruk leher putih milik Ana, tentu saja Ana terkejut ia refleks hampir melepaskan pelukan Kei jika saja Kei tidak semakin mengeratkan pelukannya dan berkata ...

"Maafkan aku Ana, tapi ibu sedang mengintip disana." Agaknya Ana mengerti, setelah mengatakan itu tubuhnya yang tegang mulai rileks kembali. Tapi tetap saja ia tidak bisa menyembunyikan kegugupannya. Apalagi Kei memeluknya dengan sangat erat seolah pria itu takut kehilangan Ana. Kei sendiri tidak tahu kenapa melakukan ini, ia hanya memastikan dirinya kalau ini hanya sandiwara.

"Omong-omong kau bisa menganggap ibuku sebagai ibumu sendiri Ana."

"Benarkah?" Ana memalingkan wajahnya untuk menatap Kei, tapi keduanya saling terkejut karena wajah mereka yang terlalu dekat. Ana bersumpah demi apapun pria itu sangat tampan apalagi dilihat sedekat ini, hidung Kei mancung, bola mata yang membulat, bibirnya tebal. Astaga Ana tidak tahu bahwa ada manusia sesempurna ini. Dan yang paling Ana sukai warna mata pria itu yang hijau nampak berkilau. Cukup lama keduanya saling memandang Kei melepaskan pandangan serta pelukannya. Kini mereka dilanda kecanggungan hingga Kei melirik kearah pintu melihat sudah tidak ada lagi ibunya.

"Tentu saja, karena sepertinya ibu juga sangat menyukaimu. Tapi sebaiknya kita ke dalam Ana, udara semakin dingin." Ana mengangguk meski Kei tak melihat, lalu menyusul pria itu yang lebih dulu melangkah masuk kedalam rumah. Namun tiba-tiba langkah Kei terhenti membuat Ana tanpa sengaja menabrak punggung miliknya.

"Ah, ada apa Kei?" tanya Ana yang tengah mengusap hidungnya.

"Maaf Ana, sakit?"

"Tidak, hanya kaget. Ada apa? Kenapa tiba-tiba berhenti?" tanya Ana lagi, Kei hanya menggelengkan kepalanya lalu menarik tangan Ana yang masih mengusap hidungnya untuk dia genggam, tangan lainnya mengusap hidung Ana pelan.

"Sudah ku sembuhkan, ini tidak akan sakit lagi." Kei tersenyum setelah mengatakannya, jujur saja Ana tidak terbiasa dengan prilaku manis ini, apalagi Kei yang melakukannya, seorang pria yang baru ia temui tapi Ana cukup terkesan dengan semua tindakan pria itu. Kei terlalu manis, membuat jantung Ana jadi berdetak tak karuan. Ana membalas senyuman Kei dengan wajah merah merona dan itu tampak menggemaskan dimata Kei. Ia baru pertama kali melihat wanita yang tersipu malu. Dan entah kenapa Kei menyukainya. Kei menunjukkan genggaman tangan mereka pada Ana.

"Kita harus selalu terlihat seperti pasangan romantis Ana. Jadi jangan dilepas ya?" entah wajah Ana sudah semerah apa saat ini, ia tidak bisa berkata apa2 hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban ya. Kei mengusak pucak kepala Ana lalu kemudian menggiring Ana kedalam rumah.

"Ini foto Kakak sama adiknya Mona waktu umur 5 tahun. Mereka itu bukan kakak adik yang akur waktu itu, tapi setelah SMA mereka dekatnya minta ampun sampai orang-orang mengira mereka pasangan kekasih. Ibu jadi pusing sendiri, takut mereka jadi tidak punya pacar karena terlalu dekat," ucap ibu Kei menunjukkan foto masa kecil pria itu kepada Ana sembari bercerita di ruang tamu. Ana memandang dua anak kecil difoto itu seperti habis bertengkar, karena gadis kecil di foto itu tengah menangis kontras sekali dengan bocah pria yang terlihat bahagia menampakkan gigi ompongnya di depan kamera.

"Tapikan sekarang calon mantu ibu didepan ibu," balas Kei lalu merangkul pinggang Ana, dan mengecup pucak kepala Ana. 

"Eh." Untuk kesekian kalinya Ana tersentak kaget dengan tindakan Kei. Ia sedikit menyumpah serapahi pria itu dalam hatinya karena selalu menyentuh Ana sesuka hati. Wajar saja Ana tidak pernah pacaran tapi tiba-tiba saja dalam beberapa hari lagi ia akan menjadi istri kontrak seseorang, jadi melakukan skiship seperti itu bisa sangat mengganggu Ana.

"Ya Ampun kakak genit sekali, itu Ana jadi terkejut begitu."

"Tidak apa-apa bu, habisnya Ana menggemaskan, tiap kali kusentuh dia selalu memerah wajahnya, sudah gitu dia selalu kaget. Lihat dia memerah lagi." Kei terkekeh melihat wajah hingga telinga Ana yang lagi-lagi memerah, Ana jadi sedikit mengutuk dirinya sendiri yang mudah memerah seperti ini, apalagi kulit Ana yang putih bagai porselen, semakin terlihat jelas perubahan yang terjadi pada warna kulitnya.

"Memang seperti itu wanita baik-baik, dia akan canggung jika bermesraan di hadapan orang lain, memangnya mantan kakak, siapa itu ibu lupa namanya ... Oh iya si Nita itu sudah tidak sopan, tidak tahu malu menyentuh kakak di hadapan orang tua, bicaranya apalagi seperti tidak tahu tata krama." Ana merasakan remasan tangan Kei di pinggangnya, pria itu tampak menahan emosi, rahangnya mengeras saat nama Nita disebut, jadi karena ini Kei menyewanya untuk jadi istri kontrak, karena ibunya tidak suka dengan Nita? Ana yang merasakan kecanggungan luar biasa mencoba mencairkan suasana menanyakan keberadaan adik Kei yang saat ini tidak ia temui, yang ternyata wanita itu tengah mengambil pendidikan jurusan Arsitek di London. Ana tahu Kei masih tersulut emosi, maka tangan Ana menggenggam tangan Kei, berharap bisa menghilangkan emosi pria itu. Dan syukurlah, benar saja Kei tersenyum menggumamkan kata terima kasih yang hanya dapat dilihat Ana karena ibu pria itu kembali terfokus pada foto-foto ditangannya. Kemudian Ana menganggukan kepalanya.

🌹🌹

"Terima kasih." 

Kei baru saja menyalakan mesin, ketika Ana tengah memasang tali pengaman. Mereka baru saja akan pulang, setelah Kei harus membujuk ibunya agar beliau membiarkan mereka pulang. Mendengar ucapan terima kasih dari Kei, kening Ana berkerut kebingungan.

"Untuk?"

"Genggaman tanganmu, terasa hangat sampai aku bisa melupakan amarahku," katanya sembari tersenyum, Ana mengusap tengkuknya kemudian mengangguk malu-malu. 

"Tapi Kei?"

"Ya?"

"Siapa Nita?" Ini pertama kalinya Ana penasaran, namun saat Keanu mendadak menoleh dan sorot matanya yang seperti elang, menatap Ana dengan tajam. Ana menjadi tegang lalu ... "M-maaf, aku telah lancang," tukas Ana buru-buru setelah mendapat tatapan Keanu yang membuatnya ngeri. Kei terlihat menyeramkan, rasanya seperti Kei akan mendorong Ana keluar dari mobil ini. Sejamang Kei tidak berkata apa-apa lagi tapi kemudian ia mendesah, seolah melakukannya bisa melepaskan beban-beban pikirannya.

"Kekasihku," ucap Kei akhirnya. Ana tertegun namun tidak berani berkomentar, antara takut, antara terkejut, ternyata memang benar lelaki itu memiliki kekasih ... Ana tidak menyadari kalau Kei sedang meliriknya. 

"Maaf, aku secara tidak sadar akan merasa marah jika seseorang menanyakan kekasihku. Kau tahu, banyak kejadian tak mengenakan yang kualami."

"Y-ya aku mengerti," balas Ana namun tak mencoba untuk memperpanjang masalah ini, lagipula dia tidak ada hak untuk mengetahui kehidupan Kei. Ingat kontrak Ana, kau bukan siapa-siapa jadi batasi dirimu sendiri, gumamnya dalam hati. Sedangkan Kei sendiri ia juga memilih diam, tidak tahu harus berkata apa karena kegundahan melanda hatinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status