Share

Pertemuan awal

"Ana ... kau yakin ingin melakukannya?" tanya Hobi sembari menatap gelisah wajah Ana yang tengah duduk termenung dengan tangan menopang wajah kecilnya. Wanita itu seperti tidak benar-benar ada di sini. Raganya memang ada di depan Hobi, tapi tidak tahu bagaimana rohnya. Matanya kosong, wajahnya pucat meski masih tampak terlihat cantik.

Kini mereka di dalam ruang vip sebuah restauran yang dijanjikan untuk menunggu kedatangan calon suami "kontrak" Ana. Bahkan sampai sekarang Ana tidak tahu siapa dia, Hobi tidak menjelaskannya dan Ana tidak mau juga mencari tahu. Saat ia mengatakan ingin melakukan hal gila itu, Ana hanya memikirkan bahwa ia melakukan hal ini demi adiknya dan Ana berjanji hanya akan meminta bayaran senilai biaya operasi. Ia tidak mau meminta lebih banyak dari itu, tidak! Ana tidak mau semakin merendahkan dirinya sendiri dengan berprilaku seperti jalang. 

Ana menghela nafasnya ketika menatap sendu sahabatnya. Ditatap seperti itu Hobi semakin merasa bersalah, ia merasa seperti menjual temannya sendiri. Apalagi kalau sampai mendengar karena ide gilanyalah Ana melakukan ini. 

"Padahal kau yang memberikan ide itu. Kenapa bertanya lagi?"

Tuh, kan Hobi semakin cemas saja mendengar jawaban Ana, detik itu juga ia menarik tangan Ana agar segera bangkit dari duduknya. 

"Ayo!! lebih baik kau menikah denganku saja. Aku bayar 500 juta kontan!"

Bugh 

"Awww." Hobi mengerang kesakitan setelah punggungnya dipukul keras Ana. Meski wanita, ternyata kekuatan Ana sungguh luar biasa. Lain kali Hobi harus lebih berhati-hati.

"Cukup Hobi! Jangan mengatakan hal gila seperti itu lagi padaku! Sudah cukup dengan kawin kontrak ini ... kumohon jangan memberi saran yang lebih aneh lagi padaku."

"A- apanya yang aneh? Aku sungguh-sungguh Ana! Mana tega aku membiarkanmu menderita. Sekarang saja mukamu jelek sekali karena selalu murung. Lebih baik kau menikah denganku, aku teman baikmu, aku tidak akan menyakitimu."

Ana tidak menjawab lalu menundukan wajahnya. Inginnya ia menangis, tapi untuk apa? Ana merasa tidak ada gunanya menangisi keadaan. Dia harus kuat, demi dirinya dan demi Mikail. Tapi sepertinya tadi dia mendengar sesuatu yang tidak enak. Oh jelek? Lalu Ana mencubit lengan Hobi.

"Aisshh.. sakit Ana!!"

"Enak saja mengatakan aku jelek! Lagipula aku lebih tidak tega membiarkanmu menikahi wanita sepertiku, belum lagi aku tahu kau tergila-gila pada Kak Bia."

"Memangnya apa yang kupikirkan tentangmu Ana ... Demi Tuhan kau tidak seburuk itu"

"Tetap saja aku akan merasa bersalah padamu." Ana mendesah lalu melanjutkan kalimatnya "Hobi ... Aku percaya padamu, kau tidak akan mungkin membiarkan aku disakiti oleh siapapun. Benar bukan?" 

Hobi menghela nafasnya, "Tentu! Kau itu sudah kuanggap adik kecilku. Ya Ampun, Ana yang malang, kenapa nasibmu seperti ini? Aku menjadi sangat bersalah."

"Tidak apa-apa, jangan merasa bersalah begitu, aku ini wanita kuat kok. Aku yakin, Kau juga tidak mungkin membiarkan lelaki itu menikahiku jika dia tidak baik. Aku-" ucapan Ana terhenti saat pintu restauran terbuka dengan tiba-tiba menampakan dua pria tampan masuk kedalam ruangan. Keduanya berbadan tinggi, dengan rambut rapi dan setelan jas yang menawan. Ana tidak mengenali salah satunya namun saat menyadari pria disampingnya, matanya membelalak kaget. 

Ana tidak menyangka pengusaha muda yang meraih kesuksesannya dengan sangat cepat bahkan kekayaannya mencapai nomor satu di negara ini kini berdiri dihadapannya. 

Bagaimana tidak terkejut, Ana dengar orang-orang harus membuat janji sebelum bertemu dengannya. Bahkan wartawan sekalipun yang ingin mewawancarainya harus membuat jadwal temu jauh-jauh hari. Tapi apa yang ia lihat sekarang? Entah beruntung atau tidak, ia dapat bertemu pria menawan tersebut, disini tanpa pernah membuat janji dan tidak pernah ia bayangkan. Ana jadi bertanya-tanya maksud kedatangan pria itu. Tunggu!!!! Ini tidak seperti yang ia pikirkan bukan?

"Oh Jackson!! Akhirnya kita bertemu lagi." Hobi berteriak begitu kencangnya tanpa tahu malu suaranya melengking bak kuda yang meringkik lalu menghampiri pria didepannya. Setelah saling sapa dan menanyakan kabar, ketiganya menghampiri Ana yang sedari tadi hanya diam memperhatikan mereka.

"Ana, perkenalkan mereka ...."

"Siapa yang akan menikahiku?" Potong Ana tanpa ia menyadari apa yang baru saja ia lontarkan. Hobi sontak membuka mulutnya lebar karena terlalu syok sedangkan dua lainnya saling bertatapan bingung.

                             ðŸŒ¹ðŸŒ¹

Pria itu memasuki unit apartemen mewah miliknya, apartemen yang ia beli untuk ditempati kekasihnya.

Beberapa hari ini ia cukup lelah menghadapi ibunya yang menuntutnya untuk segera menikah. Bukan ia tidak mau, hanya saja ibu pria itu yang tak mengizinkannya menikahi wanita yang ia cintai. Keanu alvero CEO muda, tampan, dan kaya raya jatuh cinta pada sekretaris pribadinya Nita heningtyas yang bekerja di perusahaannya. Awalnya pria itu hanya menganggap Nita sebagai sekretaris biasa seperti pada umumnya, tapi seiring berjalannya waktu juga intensitas bertemu yang sering, pada akhirnya membuat mereka jadi saling jatuh cinta satu sama lain.

Sayangnya hubungan mereka tidak disetujui oleh ibu Kei. Entah apa yang mendasarinya namun Ibu kei bahkan sangat membenci Nita. Oleh sebab itu ibunya selalu menjodohkannya pada wanita manapun dan itu membuat Keanu menjadi pusing sendiri. Ia ingin menikah tapi tentu bukan gadis pilihan ibunya.

"Kau sudah kembali sayang?" Nita yang baru saja keluar dari kamarnya karena mendengar suara pintu terbuka, menghampiri Kei yang  berdiri didepan jendela, tengah memandangi pemandangan kota di malam hari. Tangannya melingkar di perut pria itu memeluknya dari belakang dengan kepala yang ia sandarkan di punggung tegap pria itu. 

"Hmm," gumam Kei masih dengan posisi membelakangi Nita.

"Tidak berjalan dengan baik ya?" tanya Nita yang mengetahui alasan kenapa pria itu mendapatkan mood buruknya. 

Kei menghela nafasnya gusar "Ibu masih saja memaksaku untuk menikah dengan putri kenalannya." Mendengar itu Nita semakin mengeratkan pelukannya. 

"Maafkan aku." ucap Nita lirih. Kei memutar tubuhya menghadap Nita yang tengah menundukan wajahnya, kedua tangannya menangkup wajah cantik wanita itu, membawanya ke atas agar ia menatapnya.

"Hey sayang ... kenapa minta maaf? Kita, kan sudah mendapatkan solusinya. Mencari seseorang agar bisa kunikahi secara kontrak setelah itu aku akan menceraikannya lalu menikahimu. Kau tidak perlu takut! aku tidak akan menikahi wanita pilihan ibuku."

"Tapi kita belum menemukan seseorang yang cocok dan aku terlalu takut kehilanganmu Kei. Bisa saja kau akhirnya memilih perempuan itu daripada aku." Kei memeluk Nita mengusap punggungnya dengan pelan guna menghilangkan kekhawatiran wanita itu. Kei tidak buta ia tahu saat ini Nita tengah cemas meski sedari tadi senyuman muncul di wajahnya.

"Kita pasti menemukannya sayang. Aku janji akan menemukannya. Kau tidak perlu khawatirkan apapun." Ucapnya bersamaan dengan bunyi ponselnya yang berdering di saku celananya. Kei merenggangkan pelukannya, merogoh sakunya lalu mengangkat panggilan itu. Saat ponselnya terhubung dan mereka mulai bicara awalnya wajah Kei tanpa ekspresi namun kemudian terlihat begitu antusias. Saat panggilan itu diakhiri, Kei menggenggam tangan Nita lalu mengatakan bahwa orang suruhannya menemukan wanita yang cocok untuk dijadikan istri kontraknya. Saat itu juga ketakutan Nita semakin jadi, sebagai seorang wanita ia merasa mempunyai firasat buruk. Apa ia tengah melakukan kesalahan? Apa seharusnya ia membiarkan Kei menikahi perempuan pilihan ibunya? Tidak ... Tidak ... Nita juga tidak mau hal itu terjadi, lebih baik ia percaya pada kekasihnya. Kei tidak mungkin meninggalkannya. Bukan tidak mungkin, memang tidak bisa, kan?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status