Suasana gym terlihat tidak begitu ramai dan hanya segelintir orang yang terlihat untuk berolahraga.Rosea segera melakukan pemanasan sebelum pergi ke treadmill. Rosea berencana melakukan olahraga dalam waktu yang lebih lama sambil menunggu Jacob pulang.Ada hal penting yang harus Rosea katakan kepada Jacob. Perasaan Rosea tidak tenang semenjak semalam, ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan membuat Rosea takut. “Kamu sendirian?” Suara lembut seseorang yang mengajak bicara membuat Rosea memelankan laju treadmillnya.Rosea menengok ke sisi, melihat kedatangan Leonardo yang berapakaian eksekutif tengah berdiri di sebelahnya.Untuk apa pria itu memanggilnya?Rosea kian memelankan laju treadmillnya dan berganti dengan berjalan santai.“Apa kamu akan terus berpura-pura tidak kenal denganku?” tanya Leonardo lagi dengan senyuman tenangnya.Rosea tidak bersuara, dia tidak ingin terlibat apapun dengan laki-laki aneh yang membuat dirinya tidak nyaman, terlebih semalam dia terlibat perdebatan ko
“Katakan sekali lagi,” desak Leonardo tidak percaya.Tubuh Rosea menegang merasakan himpitan tubuh besar Leonardo yang kian menekannya di pintu, Leonardo membungkuk, meraih wajah Rosea agar mereka bertatapan.Wajah Rosea terangkat dalam tangkupan tangan besar Leonardo.Leonardo berusaha mencari-cari apakah ada kebohongan di mata Rosea? Jika apa yang Rosea katakan benar, lantas inikah alasan Rosea bersikap biasa saja saat mereka kembali bertemu semalam? Ataukah Rosea sengaja membuat alasan agar dia bisa menghindar darinya?Ibu jari Leonardo bergeser, menekan bibir lembut Rosea dan memisahkannya.Wajah Rosea memerah, malu dan marah dengan sentuhan fisik yang keterlaluan lancang dari orang asing yang baru kedua kalinya bertemu.“Kamu tidak berbohong kan Sea?” Leonardo masih tidak percaya.Napas Rosea tertahan, seluruh darah di nadinya memanas berdesir, merespon sentuhan Leonardo yang mengusap wajahnya dan tatapan yang tajam membuat Rosea terintimidasi.Ibu jari Leonardo yang basah, men
Di sisi lain, Prince duduk sendirian terlihat kesepian, anak itu memperhatikan Mikhaila yang tengah melakukan perawatan kuku dari seorang pegawai salon langganannya.Hari ini Mikhaila lebih banyak mengacuhkannya lagi seperti biasa.Suasana hati Mikhaila sedang buruk, sepanjang malam dia tidak tidak bisa tidur dengan nyeyak meski tadi malam adalah dia sudah melakukan pesta pertunangan yang selama ini dimimpikannya.“Ibu, aku mau pergi menemui ayah,” ucap Prince bersuara.Mikhaila melirik putranya sekilas, lalu kembali melihat handponenya. “Tunggu saja di sini, nanti kita pergi bersama-sama menemui ayah.”“Sejak tadi Ibu terus berkata seperti itu.” Prince tertunduk kecewa, sejak tadi dia menunggu, tapi Mikhaila masih belum selesai mempercantik diri. “Aku bosan di sini,” ungkap Prince lagi.“Ibu tidak suka kamu mengeluh seperti itu, kamu itu laki-laki, jangan manja,” jawab Mikhaila tanpa mengalihkan pandangannya dari handpone. “Jika kamu bosan, belajarlah, dengan begitu kamu tidak akan bo
Leonardo mengendarai mobilnya melakukan perjalanan menuju tempat pemotretan Mikhaila, meski dia tidak begitu suka untuk mengantarnya, namun ada baiknya jika Leonardo mengalah dibandingkan harus berdebat.Cuaca yang cerah hari ini membuat beberapa orang terlihat keluar untuk beraktivitas dan berjalan kaki, beberapa angkutan umum ikut dibuat penuh oleh penduduk local dan turis.Kendaraan Leonardo memelan dan berhenti, orang yang menyebrang terlihat berlalu lalang di depannya.Diantara banyak keramaian, pria itu terpaku melihat ke sebrang jalan, melihat sesuatu yang sudah berhasil menarik perhatiannya.Rosea, dia tengah berjalan di antara keramaian orang yang menyebrang.“Ibumu akan pulang hari ini?” Tanya Mikhaila memulai percakapan.“Benar,” jawab Leonardo singkat tanpa mengalihkan perhatiannya dari Rosea.Hari ini Rosea mengenakan pakaian yang lebih terbuka, dia melangkah percaya diri dengan heelsnya.Wanita itu terlihat menarik di antara kerumunan, segala yang ada pada dirinya sangat
Setibanya di tempat tujuan, Mikhaila keluar lebih dulu dari mobil, wanita itu melihat ke sekitar dan tersadar jika hampir semua orang yang bekerja hari ini sudah datang.Mikhaila berdiri di sisi pintu Leonardo berada, dia membungkuk dan melihat Leonardo yang terlihat akan kembali pergi.“Turun dan masuklah sebentar, teman-temanku ingin berkenalan denganmu, saat di pesta semalam, ada banyak yang tidak bisa datang,” ajak Mikhaila.“Aku akan melakukannya lain waktu. Untuk sekarang kamu masuk saja sendirian, aku sudah terlambat karena temanku menunggu,” jawab Leonardo terdengar tenang.“Leonardo, aku mohon, ayo turun,” pinta Mikhaila sekali lagi sambil memasang ekspresi memelas.Mikhaila tidak ingin melewatkan kesempatan agar terlihat sebagai pasangan yang sempurna di depan semua orang. Mikhaila ingin semua orang yang ada di sekitarnya tahu bahwa dia dan Leonardo saling mencintai meski Leonardo tidak pernah sekalipun mengajaknya pergi ke acara resmi.“Apa kamu tidak mengerti ucapanku Mikh
Rosea kehilangan kata-kata, keberaniannya benar-benar hilang tanpa sisa dan kakinya melangkah terantuk-antuk mengikuti langkah Leonardo yang menariknya pergi menuju mobil.Tubuh Rosea terhuyung dalam dorongan lembut Leonardo yang mendorongnya masuk ke dalam mobil.Ketika Leonardo menyusul masuk ke dalam, dia melepaskan jaket golf-nya dan menutupi paha Rosea.“Aku tidak butuh,” tolak Rosea menyingkirkan jaket Leonardo.Leonardo menghela napasnya dengan berat, pria itu membungkuk dan membuat wajahnya berdekatan dengan Rosea yang terlihat ketakutan. “Aku mudah bergairah jika melihat kamu berpakaian terbuka, karena itu pakailah.”Wajah cantik Rosea berubah pias, dengan cepat dia menutupi pahanya lagi."Good!"Hanya saja, sepanjang jalan, Rosea duduk dengan gelisah. Sesekali, dia melirik Leonardo yang kini mulai menyetir. Terjebak dalam ruangan sempit bersama pria yang berkepribadian menakutkan membuat Rosea sangat khawatir.“Kamu akan membawaku ke mana?” tanya Rosea waspada, tangan mungiln
Pupil mata Rosea melebar kaget, ketertarikan Leonardo membuat Rosea ngeri.“Aku cukup terkesan dengan kegigihanmu, tapi sepertinya kamu perlu disadarkan jika saat ini kamu tertarik pada wanita yang salah,” ucap Rosea berusaha bersikap setenang mungkin meski kini jantungnya mulai berdegup kencang karena takut.“Instingku tidak pernah salah,” timpal Leonardo.Rosea tersenyum meremehkan atas kepercayaan diri Leonardo. “Aku materialistis, aku tidak suka pria miskin, aku suka belanja berpoya-poya, dan aku suka berselingkuh,” provokasi Rosea.“Aku memiliki cukup banyak uang untuk membiayai semua keinginanmu sampai tua,” balas Leonardo dengan tenang.“Aku tidak bisa memasak, aku benci anak kecil dan aku ringan tangan,” jawab Rosea lagi mulai jengkel.“Itu tidak jadi masalah untukku,” jawab Leonardo tidak terpengaruh.Rosea membuang napas dengan kasar, kemarahan akan meledak di kepalanya bila masih terus berbicara dengan Leonardo.“Aku sudah tidak mau beromong kosong lagi, aku akan pulang! Jan
Rosea melihat ke penjuru arah dengan bingung, seharusnya kini dia pergi ke lantai bawah jika ingin makan, lantas mengapa kini mereka pergi ke lantai atas?Sudah lebih dari tiga lantai dia mengitari tangga, entah kapan mereka sampai. “Kamu harusnya naik lift sendirian agar tidak kelelahan, aku bisa naik tangga sendirian,” ucap Rosea seraya menggenggam lebih kuat tangan Prince.“Aku tidak apa-apa,” jawab Prince tersenyum lebar.“Kenapa kita pergi ke atas? Bukankah seharusnya kita makan di lantai bawah? Lagipula, aku yang akan meneraktir kamu.”“Aku ingin memberikan kejutan untuk Sea,” jawab Prince.Setelah melewati empat lantai, akhirnya mereka sampai.Rosea sempat terdiam merasakan suasana lantai yang berbeda dari lantai sebelum-sebelumnya, lorong kamar yang jauh lebih luas, dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan lebih indah.Langkah Prince terhenti di depan salah satu pintu penthouse. “Ayo Sea,” ajak Prince setelah membuka pintu aksesnya.“Kenapa masuk ke dalam? Ada sesuatu ya