Share

BAB 7: Tamu Malam

“Parasit."

Leonardo masih bisa mengingat betul seberapa kerasnya Dewa berusaha mempersatukan Leonardo dan Mikhaila semenjak Abraham meninggal. Dewa juga adalah orang yang berusaha keras untuk menuntut ke pengadilan agar hak asuh Prince jatuh ke tangan Mikhaila.

Semenjak hak asuh Prince jatuh ke tangan Mikhaila, Dewa juga mengambil kesempatan dan menjadikan Prince sebagai alat hanya untuk bisa mendapatkan suntikan dana dari perusahaan keluarga Abraham.

Leonardo benar-benar sangat muak, mereka mengambil keuntungan dengan menggunakan Prince dalam segala alasan, tidak ada yang benar-benar menyayangi Prince selain kekuasaan dan uang.

Leonardo tidak akan pernah membiarkan hal gila ini terjadi lebih lama, sidang akan kembali berlangsung dua bulan lagi, dia ingin hakim memutuskan hak asuh Prince dinilai bersadarkan pilihan Prince sendiri.

Leonardo membuang napasnya dengan kasar, kembali melihat handponenya yang sempat terabaikan, pria itu memeriksa pesan dari Adam yang memberi kabar jika kini Adam sedang menjalan perintah rahasia yang dilakukan Leonardo.

Diam-diam Leonardo meminta bawahannya untuk masuk ke dalam kamar tempat Rosea menginap dan memasang beberapa kamera tersembunyi bersama alat pelacak.

Sebagai pemilik hotel, Leonardo memiliki kekuasaan banyak akses, mudah untuknya meminta seseorang untuk masuk dan menjalankan tugas yang diperintahkan.

***

“Kamu benar-benar tidak mau ikut?” tanya Jacob berdiri di depan pintu kamar hotel.

Malam ini Jacob ingin kembali pergi ke pesta di club malam sekitar hotel bersama dengan beberapa orang yang baru dikenalnya.

“Aku lelah, aku mau tidur,” jawab Rosea pelan.

“Kamu tidak akan mimpi buruk kan?”

“Kamu janga khawatir.”

Jacob sempat terdiam, menyadari jika kini Rosea terlihat tidak sebersemangat seperti sebelumnya. “Kamu mengalami suatu masalah?” tanya Jacob lagi.

“Aku baik-baik saja, kamu tahu sendiri kan, sekarang aku mudah lelah.”

“Baiklah, aku akan pergi, tapi jika butuh bantuan segera hubungi aku.”

Rosea mengangguk paham, kedua tangannya merentang lebar menerima pelukan singkat Jacob sebelum mereka berpisah.

Selepas kepergian Jacob, Rosea segera masuk ke dalam kamar hotelnya, dia butuh mandi membersihkan diri dan berendam air hangat untuk meredakan ketegangan di kepalanya.

Rosea masih tidak nyaman atas kejadian di toilet, kata-kata Mikhaila mengganjal pikirannya, jelas ini adalah sesuatu yang serius.

***

Jam di dinding sudah menunjukan pukul satu malam, Leonardo tengah duduk dengan tenang di depan meja kerjanya dengan mata terpejam, menikmati keheningan yang tidak lagi hampa seperti malam-malam sebelumnya.

Malam pertunangannya yang suram berubah. Leoardo akan menganggap jika malam indah ini adalah sebuah keberuntungan untuknya, sebuah reuni yang sangat dia nantikan.

Sudut bibir Leonardo terangkat, pria itu tersenyum, teringat dengan suara Rosea yang bergetar saat mereka kembali berbicara untuk pertama kalinya setelah sekian lama berpisah.

Suara itu, terasa seperti permen kapas. Manis dan melelehkan seluruh kerinduan dengan cara yang menyenangkan.

Leonardo ingin mendengar suaranya lagi, memandanginya lebih dekat, menyentuhnya tanpa cela.

Sepasang Leonardo kembali terbuka, memandangi layar komputer yang memperlihatkan apa yang kini tengah Rosea lakukan di kamarnya.

Sangat melegakan, dia sendirian di kamar itu..

Kepergian Jacob yang berpesta sampai lewat tengah malam bersama beberapa wanita lain membuat kecemburuan Leonardo sedikit berkurang.

Rosea mengenakan gaun putih selutut, duduk ranjang dan tengah menulis sesuatu di jurnal sebelum memutuskan tidur.

Suara erangan mengigau Prince terdengar di balik kamar sebelah, Leonardo beranjak dari duduknya dan pergi masuk ke dalam kamar Prince.

Prince menangis dalam tidurnya, bibir mungilnya tidak berhenti menyebut nama Rosea penuh dengan kerinduan.

Selepas pesta, Prince sempat menangis meminta bertemu dengan Rosea, namun Leonardo melarangnya karena dia tidak bisa mendekati Rosea dengan terburu-buru.

Butuh banyak bujukan untuk bisa membuat Prince lebih tenang dan Leonardo berjanji akan mempertemukan Prince dengan Rosea besok.

***

Dalam remang cahaya, lampu-lampu di dalam ruangan padam menyisakan satu lampu kecil yang menyala, bayangan tubuh seseorang terlihat bergerak pelan dengan langkah tanpa suara.

Langkah itu terhenti di pinggiran ranjang, sepasang mata biru bergerak pelan, memandang lembut Rosea yang kini terbaring tidur dengan lelap.

“Aku sudah pernah mengatakan jika kamu milikku, bahkan jika meski kini kamu bersama pria lain, aku akan mengambilmu kembali Sea, dengan apapun caranya, bahkan meski harus memaksa. Aku jauh lebih jahat dan gila bila itu menyangkutmu,” bisik Leonardo berkata dalam kesunyian.

Leonardo terduduk di sisi ranjang, pria itu berdiam diri memandangi Rosea lebih dekat, dengan tenang pria itu meraih helaian rambut Rosea dan mengusap sisi wajahnya tanpa mengusiknya.

Leonardo ingin menyentuh setiap inch tubuhnya tanpa cela, mendekapnya, menghukumnya yang sudah berhasil menyiksa Leonardo selama satu tahun terakhir ini.

Betapa berbahayanya kecantikannya yang dimiliki wanita itu.

Dia tidak hanya berhasil membuat Leonardo jatuh cinta padanya, dia juga sudah mendorong Leonardo pada jurang obsesi yang tidak bisa dijelaskan oleh akal sehat.

Leonardo membungkuk, menempatkan mulutnya di telinga Rosea. “Sebaiknya, mulai besok kamu harus bersiap-siap kembali padaku,” ucapnya terdengar misterius. 

Namun, sebelum benar-benar pergi, pria itu mengecup kening Rosea, lalu berjalan keluar.

To Be Continued...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status