Rosea duduk dengan gelisah, dia sudah menghabiskan banyak waktu agar selesai memasak, dan kini harus makan bersama sebelum pergi.Cukup menyesakan, sejak tadi dia memasak, Prince dan Leonardo tidak melepaskan dia pergi beranjak jauh.Prince menyuapkan potongan daging terakhirnya sebelum mengambil piring besar puding buah yang sejak awal mencuri perhatiannya.“Mau aku potongkan?” tanya Rosea.Prince mengangguk malu, anak itu membiarkan Rosea beranjak untuk membantu memotongkan pudding untuk di makannya.“Sea,” panggil Prince ragu, kedua tangan mungilnya saling betaut terlihat gelisah, begitu pula dengan sepasang matanya yang cerah terlihat gugup. "”Kapan Sea akan jadi mamahku? Ayah bilang, setelah Sea kembali, Sea akan jadi mamahku.”Rosea tercengang sampai pisau pemotong puding terjatuh ke meja. “A-anu, sepertinya kamu salah paham,” jawab Rosea terbata dan panik tidak tahu harus menjelaskan situasinya seperti apa.“Salah paham?” tanya Prince tidak mengerti. “Apa Sea ingin menikah dulu
“Anda ingin berbicara apa?” tanya Rosea memulai pembicaraan lebih dulu.“Bagaimana kabarmu?” tanya Berta tidak lagi berbicara formal seperti sebelumnya.“Kabar saya baik,” jawab Rosea dengan napas tersendat, Rosea tidak bisa menyembunyikan ketidak nyamanannya meski hanya duduk berhadapan dengan Berta.“Saya minta maaf atas kejadian satu tahun yang lalu. Semuanya murni kesalahan saya hingga tidak sengaja membuat kekacauan, saya sudah terlalu gegabah menilaimu,” ucap Berta tidak terduga.Rosea menelan salivanya dengan kesulitan. Rosea bisa menilai, dari cara Berta berbicara, dia adalah seseorang yang angkuh, dan bila orang angkuh seperti Berta meminta maaf, itu artinya kemungkinan telah terjadi sesuatu yang besar terjadi di masa lalu.Lantas apa yang sudah Berta perbuat di masa lalu padanya?Rosea menjadi sangat penasaran ingin mengetahui apa yang telah terjadi padanya di masa lalu.“Saya mengerti,” jawab Rosea datar.“Kenapa kamu kembali muncul setelah sekian lama menghilang?” tanya Be
Leonardo mengusap wajahnya dengan kasar, pria itu tenggelam dalam pikirannya sendiri setelah mendengar rentetan perkataan Berta.Keluarga Abraham memiliki sebuah rahasia, mereka memiliki kutukan, yaitu sebuah obsesi.Di masa lalu, saat terjadi krisis keuangan dunia, keluarga Abraham masih bisa berdiri dengan kokoh meski terombang-ambing dalam berbagai masalah.Semua kekuatan itu muncul karena Binet Abraham, seorang pria yang cerdas dan ambisius, dia sempurna dalam segala hal, namun cacat di dalam hatinya.Binet Abraham tidak suka dengan anak perempuan. Binet Abraham menganggap jika anak perempuan tidak bisa menjadi pewaris selanjutnya karena mereka tidak sekuat anak laki-laki. Kekejaman Binet Abraham atas ketidak sukaannya pada anak perempuan, membuat dia selalu menggugurkan kandungan isterinya setiap kali hasil USG menunjukan isterinya mengandung anak perempuan.Binet sampai memiliki beberapa simpanan karena ingin anak laki-laki. Namun setiap kali anak perempuan yang berada dalam ka
Helaian rambut panjang Rosea terlihat berantakan di atas bantal berwarna putih, wanita itu terbaring telanjang dengan wajah yang merah dan tatapan mata sayu, bibir mungilnya bergetar berbicara sesuatu yang tidak dapat didengar.Leonardo yang berada di atasnya menjawab dengan kecupan singkat di tulang selangkanya, menjilatnya dan menggigit sisi tengkuk Rosea, membisikan sesuatu padanya dengan senyuman.Aroma Rosea seperti anggur, dia membawa sesuatu yang adiktif dan membuat Leonardo tidak berhenti mengecupi permukaan kulitnya.Rosea berpegangan pada permukaan seprai, tubuh kecil telanjangnya terangkat begitu Leonardo menarik pinggangnya ke atas.Leonardo semakin membungkuk, sepasang matanya yang berwarna biru itu terlihat gelap tertutup oleh kabut gairah yang tidak dapat dipadamkan dengan mudah. Jantung Leonardo berdegup memacu tidak beraturan, pemandangan Rosea yang berada di bawahnya bak sebuah lukisan yang tidak bisa dia rasakan hanya dari sudut, Leonardo ingin menikmatinya di setia
“Apa yang Anda inginkan dari Sea?” tanya Jacob.“Tidak ada urusannya dengan Anda.”“Rosea tanggung jawab saya, saya harus memastikan jika dia akan baik-baik saja,” tegas Jacob.“Saya ingin mendapatkan kembali apa yang sudah menjadi milik saya,” jawab Leonardo dengan angkuh.Jacob menarik napasnya dalam-dalam, dengan penuh keberanian dia menjawab, “Sea bukan milik siapapun, dia milik dirinya sendiri. Tolong jauhi Sea, Anda sudah memiliki tunangan, jangan menempatkan Rosea seperti wanita perebut tunangan wanita lain, saya juga tidak ingin dia semakin trauma karena terluka untuk yang kedua kalinya.”“Saya tidak pernah melukai Sea,” jawab Leonardo dengan cepat.“Itu benar, tapi orang-orang di sekitar Anda dapat melakukannya,” debat Jacob penuh misteri.Leonardo terpaku kehilangan kata-kata, ucapan Jacob membuat dia berpikir keras untuk mencernanya. Perkataan Jacob menyisakan banyak pertanyaan yang membuat dia penasaran, memangnya siapa yang berani melukai Rosea?“Saya akan membawa pulang
“Ayo pulang,” ajak Leonardo.Rosea menelan salivanya dengan kesulitan, tubuhnya membeku tidak mampu bergerak, dia terlalu terkejut dengan keberadaan alat pelacak, dan kini dia kembali semakin dibuat terkejut atas keberadaan Leonardo yang berdiri di hadapannya secara tiba-tiba.“Kenapa diam saja? Kamu mau aku gendong?” tanya Leonardo lagi dengan tangan terulur, pria itu bersikap begitu tenang tidak mempedulikan reaksi Rosea.“Jangan mendekat,” tolak Rosea bergeser mundur.“Akan lebih baik kamu menurut saja.”“Jangan mendekat! Atau aku akan berteriak!”Leonardo mendengus geli. “Sebaiknya, jangan memancing aku untuk menjadi laki-laki yang lebih bajingan, karena aku sudah tidak memiliki toleransi apalagi kesabaran.”Tangan Rosea gemetar ketakutan, kekeselan memenuhi hatinya. Dia tidak habis pikir, mengapa harus terlibat dalam situasi gila ini.Leonardo membungkuk, menarik Rosea untuk berdiri, kali ini Rosea tidak menolak, tidak ada tenaga untuknya melakukan sesuatu.***Langkah Rosea tera
“Bagaimana bisa kamu kehilangan jejak Sea? Dia tidak mungkin pergi begitu saja, dia bukan anak kecil lagi!” ucap Jacob dengan penuh tekanan.“Aku juga tidak tahu!”“Kamu yang terakhir bersama Sea!”“Dia meminta izin pergi ke toilet sebelum keluar, dan dia tidak kembali, hanya itu yang aku tahu, aku tidak tahu apapun karena sejak tadi aku di sini menunggunya datang!” sanggah Kevan karena merasa tersudutkan.Jacob mengerang frustasi, setiap sudut klub malam sudah di telusuri, namun keberadaan Rosea tidak ditemukin. Mustahil Rosea tersesat, bahkan jika dia kehilangan ingatan, Rosea adalah perempuan yang mandiri.Kemana Rosea sebenarnya pergi?“Bantu aku mencari Sea di luar, mungkin dia keluar lebih dulu. Aku akan kembali ke hotel untuk memastikan apakah dia pulang lebih dulu atau tidak,” pinta Jacob.***Dalam tidur nyenyaknya Rosea mulai merasa terusik oleh desakan mual yang mengganggu tenggorokannya. Jantung Rosea ikut berdebar tidak beraturan.Pengaruh alcohol sedikit berkurang membua
Perjalanan panjang melintasi kota meredakan ketegangan karena lelah, Rosea yang semula memberontak pada akhirnya tertidur sampai pagi. Rosea tidak ingat kapan mereka sampai dan kapan Leonardo membawanya masuk ke rumah.Sinar matahari menerobos masuk ke dalam kamar, gorden hitam di jendela yang terbuka bergerak lembut diterpa angin.Rosea terusik dalam tidurnya, perlahan dia membuka matanya melihat sebuah lampu besar yang menggantung, pandangan Rosea mengedar ke penjuru arah mencoba mengingat apa yang sebenarnya telah terjadi semalam hingga dia bisa sampai di tempat ini.“Dimana aku sekarang?” bisik Rosea kian bingung dengan tempat asing dan pakaian yang sudah tergantika.Perlahan Rosea duduk dan bersandar, keningnya sakit berdenyut begitu ingat jika semalam Leonardo telah membawanya dengan paksa dari klub malam.“Syukurlah dia melepaskan borgolnya,” gumam Rosea memperhatikan tangannya yang terbebas dari apapun.Suara pintu yang terbuka terdengar, bibir Rosea terkatup rapat begit melih