Part 46 - Refusing to know
“Valerio?”
“Ya, ini aku. Kau terkejut?” tanyanya pada Damian sambil berjalan mendekat hingga berhenti tepat di hadapan Damian.
“Sayangnya, tidak sama sekali. Untuk apa kau ke sini?!” tukas Damian sambil menatapnya tajam.
“Heh, bukan urusanmu, Dam.”
Tak sedikitpun tanda-tanda perdamaian akan ditunjukkannya pada pria berengsek seperti Valerio. Begitu juga dengan Valerio yang enggan mengalihkan tatapannya dari Damian. Keduanya tampak menyulutkan api peperangan ketika bertemu walau itu tanpa sengaja.
Sementara itu, Luna meminta Grace untuk masuk ke kamarnya karena tak ingin bocah itu melihat perkelahian yang mungkin akan terjadi pada kedua pria di hadapannya, maka dari itu
Makin kepo kelen?😛 Sama saya juga 😌 See you 💕N.J🦢
Part 47 - Disturbing Ketukan di kamar Axel terdengar memanggilnya dengan nada khawatir. Semua itu disebabkan oleh sejak dua malam setibanya di Spanyol tepatnya setelah pulang dari tempat orang tua Angelica, Axel meminta waktu untuk sendiri dan sampai pagi ini dirinya baru meminta Roberto datang untuk melakukan pekerjaannya. “Masuklah, Rob,” ujar Axel. Setelah itu pintu terbuka. Axel meletakan tabletnya di meja sambil beranjak dari sofa dan mengambil minuman untuk menjernihkan pikirannya dari kabar yang beredar di seluruh laman berita buruk di Italia. “Kau sudah membaik?” tanya sekretaris itu langsung lengkap dengan raut wajah khawatir. Ia melihat layar tablet milik Axel yang menunjukkan kejadian yang hanya menambah beban pikiran Axel. “Tidak juga,” jawab Axel kembali duduk pada sofa singl
Part 48 - Endless jealousy Keesokan harinya. Roberto mengangkat ponsel Axel yang pecah telah dimasukan ke plastik seperti barang bukti kejahatan untuk diberikan pada tim forensik. Sayangnya, bukan seperti itu kejadiannya. Ponsel Axel justru adalah korban dari kekesalan Axel semalam yang berakhir mengenaskan seperti itu. Bahkan Roberto masih tak percaya Axel mampu menghancurkan ponsel hanya karena tak mendapat jawaban dari panggilannya kepada Luna. Belum lagi kabar luka di telapak tangannya itu diketahui karena pria di hadapannya itu meremas gelas hingga hancur karena sempat bertengkar dengan Luna. Roberto hanya bisa menggeleng dan terkekeh merasa lucu dengan tingkah Axel. “Apa yang kau tertawakan, Rob?” “Kau,” jawab Roberto singkat dan kembali tertawa saat wajah tuannya tampak kesal. “Aku
Part 49 - Ti amo “Please, Axel dengarkan penjelasanku!” seru Luna. Wanita itu terus mengikuti Axel hingga ke kamar, sejak mereka tiba di mansion dari pintu utama Luna sudah mengejar pria angkuh itu untuk menjelaskan tentang pertemuannya dengan Valerio di restoran tadi. Namun, hal itu tak cukup membuat Axel percaya terlebih pria itu mengatakan kejanggalan yang dikatakan banyak bicara dengan mantannya itu. “Apa lagi yang perlu kau jelaskan Luna! Kencanmu dengan mantan kekasihmu?!” tukas Axel di ambang pintu kamarnya. “Dari mana kau menyimpulkan aku banyak bicara juga kencan dengannya? Dia baru saja datang beberapa saat sebelum kau menegurku tadi,” jelas Luna.
Part 50 - Appetizer, Main course, Dessert “Ti amo, Luna.” Axel mendekat secara perlahan. Sedikit tak percaya dirinya yang tak pernah mengatakan hal cinta kini menyatakannya dengan tegas dan yakin bahwa ia tak bisa kehilangan wanita yang dicintainya. Sepelik apa pun pikiran tentang dirinya yang kemungkinan adalah anak dari pembunuh orang tua wanita itu. Axel tetap tak bisa membiarkan Luna pergi dengan tatapan kecewa. “Bagaimanapun aku menepis bahkan barusan aku mencoba menyakitimu dengan dusta, aku tak sanggup menyangkalnya lagi Luna.” Axel berhenti tepat di hadapan wanita itu dengan mata memerah dan suara tertahan dirinya kembali menyatakan, “Aku tak bisa menyangkal bahwa aku mencintaimu,” ulangnya menegaskan pernyataan cintanya sambil menatap iris emerald Luna begitu intens. Axel m
Part 51 - Let's stay like this for a while Luna meletakan gelas berisi air bening ke atas meja setelah ia menghabiskan makanannya. Dirinya sungguh terlihat kelaparan dan tak peduli dengan tatapan serta kekehan yang ditunjukkan Axel selama ia melahap makanannya dengan nafsu. “Oh, sepertinya aku harus mengatakan pada Calisto bahwa chef yang memasak kali ini sepuluh kali lebih lezat di banding sebelumnya.” Luna berkomentar random demi menyingkirkan kecanggungannya dari tatapan Axel saat ini. Wanita itu kembali mengambil potato chips dari atas pasta yang tinggal sedikit dan menggigitnya sebagian. “Aku akan sampaikan.” Axe
Part 52 - Act to love [Luna's Version] Beberapa hari kemudian …. “Good morning, Sir,” sapa Luna. Axel tersenyum menatap Luna yang tetap profesional bekerja walau mereka telah melewati malam-malam panas menggairahkan juga pengakuan cinta Axel yang terasa manis. Meskipun, nahas sampai saat ini tuan arogan itu belum juga mendapat pengakuan balasan dari Luna. Wanita itu seakan senang menarik ulur Axel yang semakin geram dengan kelakuan Luna. “Good morning, My sexy bodyguard,” balas Axel tersenyum sambil menyesuaikan penglihatannya dan d
Part 53 - Who has a secret? Axel dan Luna kembali menjalani aktivitas seperti biasa sampai malam kembali tiba dan Roberto sudah berada di mansion menunggu Axel pulang. Sayangnya, kali ini Luna memilih pulang karena sudah beberapa hari dia menginap atas permintaan Axel yang tak mengizinkannya pulang dan malah meminta Grace tinggal di sana. Luna tak menyetujui, karena sesekali Damian dan istrinya suka berkunjung saat berada di Roma. “Baiklah, aku pamit, Ax, Rob,” ujar Luna beranjak dari duduknya. “Tunggu Luna.” Axel beranjak dari kursi dan menghampiri Luna yang berada di ambang pintu ruang kerjanya. Axel mendekatkan bibirnya ke samping telinga Luna dan berbisik, “Ingat, aku masih ingin membuat perhitungan denganmu,” desis Axel sambil mengusapkan tangannya ke belakang Luna, tepatnya meremas
Part 54 - Honesty “Rob, buka pintumu. Ini keadaan mendesak, apa kau sudah tidur?” tanya Axel sambil menggedor pintu kamar sekretarisnya. “Belum. Ada apa, Ax?” “Luna diculik oleh mantan berengseknya, Valerio!” jawab Axel berteriak. Seketika pintu kamar Roberto terbuka. “Bagaimana kau tahu?” “Kujelaskan di jalan. Kau ingin ikut ke rumah Luna atau tidak?” tanya Axel merapikan mantel dan tak peduli dengan kursi sialan untuk menutupi identitas, karena kini Luna lebih penting dari semua itu. “Baiklah, ada hal yang harus kujelaskan juga, sepertinya ini ada kaitannya dengan gadis kecil yang kucari.” Roberto bergegas memasukan beberapa lembaran kertas, foto ke dalam