Kesan pertemuan pertamanya dengan cowok ini dalam mode yang tak mengenakkan. Hingga membuatnya kesal dan sudah mencap Arland sebagai daftar orang yang tak ia sukai. Dan sekarang, ia harus meminta pertolongannya? Aih ... dunia sempit sekali.
"Ada apa lagi?" tanya Arland dengan ekspresi dingin sambil berdiri berhadap-hadapan dengan Kiran.
"Lagi? Itu berarti kalian sudah saling kenal, begitukah?'' tanya Tristan. Rasa keponya meningkat tajam. Ayolah ... jarang-jarang sobatnya ini berurusan dengan seorang wanita.
"Pernah ketemu, bukan berarti mengenal," komentar Arland tak terima dengan perkataan Tristan.
Tristan malah tertawa mendengar pernyataan sobatnya itu. "Wah ... jarang-jarang lo kenal cewek selain, Mama lo, si kembar, Ceryl, Dilla dan Keyra," jelas Tristan.
Apa Tristan berniat meledeknya di depan Kiran. Ingin menghajar sobatnya itu, tapi takutnya gadis ini malah memandangnya sebagai cowok psyco.<
Arland dan Kiran sampai di rumah sakit. Keduanya berjalan beriringan layaknya sepasang kekasih. Itu anggapan orang-orang yang tak mengenal keduanya. Padahal aslinya mah mereka tak saling mengenal.Beberapa suster menyapa dan melemparkan senyuman pada Arland. Jangan dikira dirinya akan membalasnya dengan senyuman juga. Paling hanya anggukan tak berarti. Bikin kesal, sih, tapi tetap saja cewek-cewek pada antri mendapatkan hatinya. Yang jelas-jelas sangat susah untuk dicairkan.Sementara Kiran yang terus mengekorinnya dari semenjak turun dari mobil pun baru percaya 100%, kalau ternyata Arland benar-benat seorang dokter. Tadinya, sih, ia masih ragu."Kenapa kamu terus saja mengikuti saya?" tanya Arland pada Kiran yang juga hendak masuk mengikutinya ke ruang ganti."Nggak boleh, ya?""Apa kamu juga mau ikut saya buat ganti baju, hmm?"Kiran hanya tersenyum g
Arland tertidur di ruangannya dengan berbantalkan lengan. Bahkan, saat seseorang menyelinap masuk dan menghampirinya pun, ia tak sadar dan terbangun sama sekali.Beberapa saat kemudian, barulah, sebuah deringan ponsel miliknya yang membuatnya terbangun. Saat ia lihat, ternyata papanya lah yang menelepon. Segera, ia menggeser tombol hijau yang ada di layar datar itu."Iya, Pa,” sahutnya."Ini Mama, bukan Papa."Ekspressi mengantuknya langsung berubah."Ada apa, Ma?" Mamanya tahu, kalau meneleponnya tak akan dijawab. Malah menggunakan ponsel papanya."Mama mau kamu pulang sekarang," suruh Kim."Aku lagi sibuk, Ma,'' elak Arland."Mama nggak mau tahu ... pokoknya kamu pulang sekarang!"Kim langsung mengakhiri pembicaraannya begitu saja tanpa menunggu tanggapan Arland."Pasti Ce
Pada saat pak Satpam datang sambil membopong Arland, tak sengaja ia bertemu dengan Tristan yang baru saja keluar dari kamarnya."Padahal udah di bilang jangan sampai mabuk, masih aja ngeyel ni orang,” ujar Tristan yang langsung menghampiri Arland dan membantu membawanya ke kamar."Iya mas Tristan, mabuk berat kayaknya ini Mas Arland nya," ujar pak Satpam."Apa tadi dia bawa mobil sendiri, Pak?""Nggak, Mas ... barusan ada gadis yang mengantarkannya.""Gadis?" bingung Tristan."Iya, itu loh mas ... gadis yang kemaren bareng Mas Arland ke Rumah Sakit," jelas pak satpam pada Tristan mengingatkan.'Gadis yang bernama Kiran kemaren kah,' batin Tristan."Kalau begitu saya permisi dulu, Mas " pamit pak satpam pada Tristan ."Oke, makasih, Pak.”---000---Pagi ini Arland masih tertidur nyeyak di ranj
Arland yang baru saja sampai di Rumah sakit, bergegas menuju ruangannya. Panggilan mendadak dari Rumah Sakit membuatnya harus meninggalkan meeting di kantor. Dan untungnya ada si Tristan, meskipun selama ini sobatnya itu tak pernah mau saat ia minta untuk memimpin meeting.Terburu-buru, membuatnya tak sengaja bertabrakan dengan seseorang sampai dia terhentak ke lantai."Astaga!” keluhnya sambil memegangi bokongnya yang terasa nyeri."Maaf,” ucap Arland merasa bersalah dan membantu gadis itu untuk bengun."Kamu?" kaget Arland melihat siapa yang ia tabrak barusan. Yap, Kiran. Gadis yang seharian kemarin berurusan dengannya."Duh, dokter ... apa jangan-jangan efek mabuk semalam masih berasa, ya, dok?”"Apa?!”Bagaimana ia tak kaget. Kenapa Kiran bisa tahu kalau dirinya semalam mabuk?“Permisi dokter, saya
"Loh, kamu kok ada di sini?"Kiran mengarahkan pandangannya pada seorang cowok yang menghampirinya saat langkahnya mendekati pintu.Dahi Kiran berkerut sambil berpikir. "Kamu bukannya yang kemaren ada di apartementnya dokter Arland, kan?""Tepat sekali,” sahut Tristan cepat. “Ternyata kamu masih mengingatku. Aah ... tapi sepertinya bukan aku yang kamu ingat, melainkan Arland,” godanya menambahkan.Kiran tersneyum manis mendengar penuturan Tristan. "Nggaklah, kebetulan saja masih ingat.”“Ngomong-ngomong, kok kamu ada di sini?” tanya Tristan."Lagi ngelamar kerja, tapi ternyata nggak bisa,” jawabnya dengan senyuman berat mengiringi."Kenapa?""Aku nggak punya pengalaman kerja dan statusku juga masih mahasiswi,” ungkapnya berusaha tenang, tapi dalam hatinya terasa sedih.Tristan hanya ma
Turun dari taksi, ia segera berlari untuk memasuki rumah. Tentunya dengan perasaan deg-deg'an yang sudah merasuki hatinya dari tadi. Karna ia tau pasti apa yang sudah menantinya di dalam rumah."Kamu dari mana saja?!"Pertanyaan dengan sedikit bentakan itu membuat langkahnya yang baru memasuki rumah, terhenti seketika. Pandangannya mengarah ke asal sumber suara. Wajah dengan pandangan kesal sedang menatap padanya."Kamu keluyuran terus, bukannya nyari kerjaan! Pulang sore-sore, pulang tengah malam!” bentak Dewi memandang kesal pada Kiran."Aku nggak keluyuran, kok, Ma,” bantah Kiran."Lalu, apa hasilnya?”"Aku ... aku udah dapet kerjaan,” gagap Kiran sedikit menundukkan kepalanya.Ia sebenarnya bingung, apakah menerima tawaran Arland untuk menjadi kekasih bohongan adalah sebuah pekerjaan? Tapi setidaknya, ia tak mendapatkan omelan yang lebih panjang lagi
"Kamu sekretaris Arland dengan status yang masih sebagai mahasiswi ?" tanya Kim pada Kiran seolah meragukan gadisitu."Kenapa Ma, ada masalah?" tanya Arland.''Nggak,” jawab Kim."Gimana menurut Om ... pilihan Arland nggak salah, kan?" tanya Tristan pada Alvin, seolah memang sengaja menyudutkan Kim."Ya, pilihan Arland memang selalu nggak bisa dianggap remeh. Dia memilih seorang gadis manis sebagai kekasihnya,” ungkap Alvin menunjukkan rasa kagumnya akan sosok Kiran.Di saat yang bersamaan, tiba-tiba seseorang datang dan menghampiri mereka semua."Malam semuanya,” sapanya dengan heboh.“Ceryl,” girang Kim menyambut gadis yang paling ia setujui jika bersama dengan Arland.“Kak Arland!!!”Dengan seenaknya dia langsung saja mendekat dan memeluk Arland, seolah menganggap tak ada orang di sekitarnya.''Lepas Ceryl! Apa kamu nggak punya sopan santu
Saat ini Arland dan beberapa sahabatnya sedang berada di sebuah club, tepatnya di ruang privat yang biasa mereka gunakan untuk berkumpul.“Sepertinya dokter kita ini sedang menghadapi sebuah masalah yang amat berat,” ujar Jeremy melirik Arland."Pasti masalah Ceryl lagi,” tebak Sandy."Mending kalian keluar dulu deh. Daripada ni orang ngamuk dan kalian pulang hanya balik nama doang,” peringatkan Tristan.Sandy dan Jeremy yang paham, seketika melarikan diri dari ruangan itu. Karna mereka semua juga tahu, bagaimana reaksi dan sikap Arland di saat emosinya memuncak. Sangat berbanding terbalik lah dengan tampang kalem nya itu.Tristan melirik Jefry yang masih anteng dengan minumannya."Apa, gue kan nggak ikut-ikutan,” respon Jefry dengan lirikan tajam Tristan."Jef ...""Oke, oke ... daripada yang pulang cuman nama gue doang,” gerutu Jefry meninggalkan Arland bersama Tristan.Arland sudah