My stalker vampire 5.
Aku mengipas-ngipas mukaku berharap bisa mengurangi sedikit terik panas matahari namun hal itu tidak bekerja sama sekali malah menambah kering gigiku saja. Huaa! aku rasa aku mulai meleleh sekarang.
"Ini, minumlah" seseorang menyodorkan sebuah kaleng minuman rasa orange juice kesukaanku.
"Terima kas.. Eh kau?" ya, aku sangat terkejut karena sosok didepanku kini ialah pria baju hitam yang kutemui di mall dan danau kemarin, pria yang ku tak tau namanya.
"Jordan, panggil saja aku jordan" jelasnya dan diakhiri dengan senyuman yang cukup manis bagiku. Ah! bukan, tapi sangat manis.
"okay jor.. Jordan" ucapku ragu.
Aku mulai membuka kaleng minuman tersebut namun agak susah karena aku tidak punya tenaga lagi karena dehidrasi sialan ini.
Jordan mengambil kaleng minuman itu dari genggamanku dan membukanya dengan mudah lalu memberikannya padaku sembari bertanya, "Apa yang membuatmu menunggu berpanas-panasan di taman ini?" dan ia mulai menatapku.
Aku mulai meminum juice orange itu dan hilang sudah dahaga yang menyiksaku tadi lalu aku menjawab pertanyaan Jordan "Aku menunggu seseorang, ah dia lama sekali seperti siput padahal dia sendiri yang menyuruhku untuk cepat kesini" ceritaku.
Ekspresi jordan tiba-tiba berubah seperti kecut dan ia memalingkan wajahnya sebentar ke arah lain lalu melihatku dengan tatapan tajamnya yang berbeda sekali seperti tadi.
"Siapa dia? Pacarmu? " tanyanya tegas dan penuh misteri bagiku.
Aku bingung dengan sikapnya dan menjawab pertanyaannya dengan jujur "Dia kakakku dan aku tidak dalam berada di status pacaran dengan siapapun".
Saat aku berkata seperti itu mukanya langsung kembali seperti biasanya dan malahan ia memberiku senyuman manisnya. "Oh, Logankah itu?" tanyanya.
Aku menjawab pertanyaannya dengan sebuah anggukan. Aku meremas kaleng minuman yang sudah habis itu, aku merasa canggung dengan Jordan karena ia hanya diam saja.
"Mika!" teriak Logan dari ujung sana.
"Ah akhirnya si siput itu datang" gumamku yang tanpa kusadari itu terdengar oleh Jordan.
Jordan tertawa "Kau mengatai kakakmu siput?"
Aku juga sudah mulai kesal jadi tidak apa-apa memburukan Logan didepan orang lain, itu kan karena kesalahannya sendiri yang lelet seperti siput "Tentu saja dia sangat lelet bahkan ia tidak berlari kesini namun berjalan dengan santainya seperti mengikuti fashion show."
Jordan menepuk kepalaku lalu mengacaknya hingga rambutku yang terurai ini menjadi kusut "Hahaha, kau lucu Mika" tawanya yang sangat merdu bagiku.
"Eh tunggu, aku belum mengucapkan terima kasih. karena sudah dua kali kau memberiku minuman dan disaat yang tepat, aku sangat berterima kasih jordan, kaulah penolongku" ucapku karena ia benar-benar seperti penolongku.
"Jangan khawatir Mika, aku akan selalu menolongmu. Oh Aku harus pergi sekarang, sampai nanti Mika" lalu Jordan mulai pergi menjauh dan aku tidak peduli ia kemana yang kupedulikan saat ini adalah Logan yang hanya bisa memberiku cengiran tengilnya.
"Dasar kau siput! Jika kau lelet seperti ini seharusnya kau menelelponku bodoh! Kau ingin membuatku mati dehidrasi disini? Hah?!" omelku sembari memukulnya brutal dengan kepalan tidak berdayaku.
"Aau! Auh! Uuh! Hentikan Mika kau bisa membuatku terkepar tidak berdaya dirumah sakit" erangnya supaya aku tidak memukulnya lagi dan hal itu membuatku semakin geram.
"Kau pembohong handal Logan, aku memukulmu dengan tinju yang tidak berdaya ini dan kau bilang kau akan terkapar tidak berdaya di rumah sakit, ah dasar siput pembohong" aku semakim gencar memukulinya.
"hahaha, maafkan aku Mika" lalu Logan mulai menahan tanganku supaya tidak bisa mengenainya lagi.
Aku tidak berhenti, jika tadi aku menggunakan tangan maka kini aku menggunakan kakiku untuk menendanginya.
"Hentikan Mika, tendanganmu sangat sakit" erang Logan dan barulah aku berhenti tapi aku ngos-ngosan karena lelah menganiayanya.
"So? Apa yang membuatmu menyuruhku kesini?" tanyaku dan aku mengelap sebagian keringatku.
Logan menggaruk kepalanya dan tersenyum aneh seperti ada yang tidak beres. "Aku ingin kau menemaniku membeli hadiah untuk pacarku, kau kan cewek jadi pasti kau tau apa yang ia sukai kan?"
"Huh, oke Logan. Sinikan foto pacarmu?" pintaku.
Logan menaikkan satu alisnya tanda ia bingung dan tidak mengerti, aku tau jika otak logan hanya seujung jari yang hanya dapat bekerja.
"Aku membutuhkannya agar aku tau fashion seperti apa yang ia suka. Apa kau mengerti sekarang?" jelasku pelan-pelan agar bisa nyambung dan masuk ke otak logan yang jarang ia gunakan.
"Ohh, oke." Logan mengambil hp-nya dari kantong celananya lalu memberikan foto pacarnya yang jadi wallpaper hp-nya.
Wah dilihat dari wajahnya, cewek yang ada di wallpaper Logan sangat cantik sekali seperti selebriti. Apalagi gayanya yang sangat modis membuatnya elegan dan dewasa.
"Bagaimana? Kau tau sekarang apa yang ia suka?" tanya logan tak sabaran.
Aku yakin ia pasti suka barang branded apalagi mahal. "Sebelumnya kau yakin akan membelikan pacarmu hadiah yang sesuai seleranya dan sepertinya ini akan menghabiskan tabunganmu Logan," jelasku.
Logan awalnya terlihat ragu namun ia dapat menutupi keraguan itu dengan tersenyum "Tentu saja demi gadis tercintaku."
•••
Aku dan Logan hampir mengelilingi seluruh mall ini untuk mencari barang yang disukai pacarnya Logan namun tidak ketemu. Akhirnya kami memilih untuk berpencar mencari toko yang menjual tas.
Aku akhirnya mendapatkan toko tas dengan merk 'Harmes' yah kuyakinkan ini akan menghabiskan duit tabungan Logan.
Aku segera menelponnya dan mengatakan sudah menemukan barang yang cocok untuk pacarnya. Aku hanya tinggal menunggu Logan.
Kulihat Logan diujung sana berlari menujuku "Mana?" tanyanya dan aku menunjuk tas merk Harmes dan setelah melihat harganya, Logan terdiam dan matanya terbelalak.
"Ayo kita cari merk lain," ajaknya dan aku yakin ia tidak mempunyai uang sebanyak itu untuk mampu membeli tas itu.
"Ah, kau sendiri yang bilang untuk pacar tercintamu" ejekku.
"Tidak dengan harga sebuah motor seperti itu," balasnya dan aku hanya terkikik.
"Yasudah beli merk gucci saja, itu tidak terlalu menipiskan ATMmu," sahutku dan ia setuju.
Setelah perjuangan panjang akhirnya kami sampai membeli tas merk gucci dan sampai di rumah dengan badan penuh pegal.
"Lain kali aku tidak mau membelikannya hadiah lagi," celetuk Logan tiba-tiba.
"Hahaha," tawaku.
My Stalker is a Vampire 31Aku memasuki kelas. Semua orang yang berada di ruangan ini menatapku heran, tentu saja. Dengan luka yang terlihat menyakitkan ini pasti mereka bertanya-tanya apa yang telah terjadi."Mika, apa yang terjadi padamu?" tanya salah satu teman palsuku. Ya, dia hanya ingin berteman karena aku terkenal disosial media."Hanya kecelakaan kecil," jawabku.Kini wajahnya terlihat sok sedih. Aku begitu muak melihat wajahnya, kenapa ia tidak mengikuticastinguntukfilmorsomethinglikethat.Ia mengeluarkan ponselnya. Sudah kutebak, ia pasti ingin berfoto denganku dan menulis captionyang seolah-
My Stalker Is a Vampire 30"Kau sadar?"Aku hanya bisa melenguh saat membuka mataku. Benar-benar sakit sekali untuk membuka mata.Aku menemukan atap bewarna abu-abu. Ini sudah jelas bukan kamarku. Lantas dimana aku?"Selamat pagi, Mika."Aku menoleh sedikit karena sakit yang sialan dileher menyiksaku. "Jordan?" tanyaku ragu.Jordan tersenyum. "Ya, ini aku."Aku mengedipkan mataku, berharap penglihatanku salah. Namun, mau berapa kalipun aku mengedipkannya, mahluk yang berada di depanku memanglah Jordan.Aku berusaha bangkit, namun satu tanganku tidak bisa kugerakkan sedikitpun. Aku lantas menunduk melihat tanganku yang sudah diberi gips."Tanganmu patah, kepalamu geger otak. Itu luka yang lumayan mengerikan," ujar Jordan."Aku tidak butuh rasa kasihanmu," balasku yang entah kenapa berubah tiba-tiba menjadi dingin, dan tanpa melihatnya."Tapi kau sendiri yang mengharapkanku menolongmu, kan?"Aku langsung mengalihkan perhatianku kepadanya. "Kapan aku berkata seperti itu?"Jordan mengedik
My Stalker is a Vampire 29Aku mengusap mataku saat Mom membangunkanku. "Ada apa, Mom?" tanyaku.Mom berjalan ke arah balkon dan terlihat seperti mengintip dari sana. Aku bingung dan bangkit dari kasur menuju tempat Mom saat ini. Diluar sana tampak Harry sedang menunggu di depan pagar bersama mobilnya."Mom, kau tidak menyuruhnya masuk?" tanyaku.Mom menggeleng. "Ia bahkan tidak mengetuk atau apapun itu," jawab Mom.Aku heran, lalu berlari mengambil tasku yang didalamnya terdapat ponselku. Terdapat banyak panggilan saat aku menghidupkan layar ponselku. Itu semua dari Harry.Aku lalu keluar ke arah balkon dan melihatnya masih menunggu. "Harry!" teriakk
My Stalker is a Vampire 28Aku memasuki kelasku kembali dan mendapatkan Jordan sedang duduk di atas meja sembari menerangkan sesuatu dari alat infokus yang menyorot papan putih hingga menampilkan beberapa data.Jordan terlihat berhenti menerangkan pejarannya dan menatapku datar."Siapa yang menyuruhmu masuk, nona Mika?" tanyanya dengan nada sindiran."Eh?"Jordan melihat pergelangan tangannya yang dililit oleh jam. "Ini sudah lewat dari 10 menit. Apa yang kau lakukan di toilet selama 30 menit?" tanyanya dingin. "Kau buang air besar?" lanjutnya lagi.Semua orang yang berada di kelas tiba-tiba menahan tawa. Jordan sialan! Bisa-bisanya i
My Stalker is a Vampire 27Bunyi pesan dari kertas kemarin terus mengangguku hingga kini. Bagaimana bisa ia tahu dan bertingkah selayaknya pengajarku. Padahal, aku harus mati-matian menghindarinya. Dan juga, kenapa mata kuliah hari ini diisi olehnya. Kenapa hidupku tiba-tiba dipenuhi olehnya?"Mika, jangan melamun jika masih mengikuti kelas ini."Aku tersentak, mendapatkan Jordan berkata seperti itu padaku diikuti oleh pandangan semuanya tertuju padaku.Aku berdehem, menetralisirkan perasaanku saat ini. "Maaf,Sir.""Lain kali jangan ulang perbuatanmu itu, Mika," tegasnya dan aku mengangguk tanpa melihat padanya.Jordan kembali berbicara
My Stalker is a Vampire 26Sudah dua tahun semenjak kejadian itu dan aku sudah sepenuhnya bisa menjalani hidup dengan tenang dan normal tanpa memikirkan pria itu lagi.Aku sudah menjadi mahasiswi di salah satu kampus dan tentunya terkenal. Bahkan aku sudah tidak seperti Mika yang dulu, introvertdan anti sosial.Aku mempunyaifollowerratusan ribu di-insta. Bahkan, aku mempunyaiFans clubku sendiri. Juga, aku mempunyai kekasih yang tampan yang serasi denganku. Benar-benar beruntung, bukan?Aku berlari memeluk Harry saat ia sedang berjalan di koridor kampus. Jalannya terhenti, ia berbalik dan mendekap leherku lalu mengapitnya. Aku tertawa dan minta dilepaskan, ia menyanggupi.