Share

MSB 23 - 14.952 KMS, I'M COMING

ANASTASIA POV

Aku menarik koperku, celingak-celinguk setelah keluar dari kamar.

Semoga Nathan sudah pulang, harapku.

Setelah merasa aman,

Aku mulai melangkahkan kakiku menjauh,

Berusaha terlihat senetral mungkin namun baru beberapa langkah, refleks aku langsung berjongkok didepan koper saat melihat laki-laki muncul dari balik tempok pembatas yang ada beberapa meter didepanku.

Berharap koper ini bisa menyembunyikanku,

Aku tidak tau siapa itu, tapi aku sudah dalam mode siaga hingga kekhawatiranku menjadi berlebihan.

"Lo lagi ngapain?"

Itu bukan suara Nathan,

Aku mendengak, terkekeh canggung sambil beranjak dari tempatku setelah menyadari siapa pemilik suara itu. "Oh Earl, aku kira siapa." sahutku benar-benar kikuk,

Earl mengerutkan keningnya, "Lo lagi ngapain barusan?

"Hm-" Aku melihat kelantai, Pikirkan sesuatu Anastasia. "Hm Uang, ya gopean aku tadi jatuh."

"Oh." Earl hanya ber-oh ria sebelum akhirnya dia bertanya, "Lo jadi balik sekarang?"

"Jadi, nanti Flight jam 12 siang. Semakin cepat aku sampai Jakarta semakin bagus dong." jelasku menjadi bersemangat,

"Emangnya lo sudah ngomongin ke Om Nugroho?" tanya Earl,

Aku menggeleng perlahan, "Belum, aku juga bingung mau ngomong gimana. Jadi, aku putuskan untuk balik ke Jakarta, dan nanti baru mikirin alasannya." Disini aku tidak bisa berfikir karena masih ada Nathan, sambungku dalam hati.

Earl menghela nafas, "Gue masih ragu kalau ini adalah hal yang benar, tunggu dua bulan lagi aja, setelah sekolah gue selesai kita kesana sama-sama."

"Kelamaan Earl, aku cuma mastiin kalau keadaan Eder baik-baik saja kok, kalau sudah liat dia aman, aku juga akan pulang." jelasku, membuat Earl mengangguk samar.

Aku mengusap bahu Earl, "Jangan khawatir, ok?"

"Siapa juga yang khawatir sama lo." sahutnya sinis, aku baru ingin memukulnya dia langsung tertawa, "Gue cuma becanda." ralatnya,

"Ngomong-ngomong lo punya kontak Eder yang lain selain w******p-kan?" tanyaku penasaran,

Earl menghela nafas, "Gue ada Skype, I*******m dan F******k-nya dia tapi gue rasa, dia udah block gue karena I try send him message, but didn't work." jelasnya memelas,

"Gue kirimin emailnya Eder, mungkin dia baca. Well tapi jangan berharap dia bales, gue email dia kemarin belum ada balasan." tambah Earl sambil mengotak-ngatik ponselnya,

"Makasih ya." sahutku setelah menerima pesan W******p berisi email milik Eder.

"It's nothing, gue yang seharusnya makasih." katanya tersenyum samar,

Aku berjinjit mencoba mengusap rambutnya, "Aduh anak ini kadang ngeselin, kadang manis banget."

Risih dengan apa yang aku lakukan, Earl mundur menjauh, "Ih apaan sih!" protesnya,

Aku tersenyum melihat ekspresi wajahnya,

Aku akan memastikan Eder baik-baik saja Earl jangan khawatir.

——

ANASTASIA POV

"Kamu yakin mau pulang sekarang? Kok baru bilang Daddy." Tanya Daddy menatapku lekat.

Sekarang aku dan Daddy sudah duduk dibalkon Vila, Tante Yuli sengaja meninggalkan kami berdua untuk mengobrol.

Menghargai dan memahami jika suami barunya butuh privasi dengan anak sematawayangnya.

Aku berusaha untuk tidak terlihat mencolok kalau aku sedang berbohong, dengan mantap aku menjawab skenario yang sedari malam aku latih didepan kaca, "Aku masih harus lakukan observasi untuk tugas akhir nanti Daddy, jadi ya harus pulang. Padahal aku juga gak mau pulang." jelasku sengaja memelas,

Daddy tidak curiga, dia mengangguk samar. "Kamu sudah beli tiket?"

"Sudah." Berhasil, "Aku juga sudah prepare."

"Nanti setelah di Jakarta kamu hubungi Daddy, mungkin seminggu lagi Daddy pulang sama Tante Yuli." jelas Daddy tersenyum tulus,

Aku jadi merasa bersalah karena harus membohonginya,

Aku mengangguk, "Aku tahu Daddy, aku ini sudah dewasa, tenang aja."

Daddy mencoba merangkulku, "Kamu masih anak kecil bagi Daddy, selamanya akan begitu."

Aku tertawa mendengar perkataan Daddy, dia memang masih menganggapku anak kecil, melihatnya seperti ini membuatku semakin merasa bersalah karena akan membohonginya.

"Dad." panggilku, agak ragu tapi aku pikir kenapa tidak sekalian saja berbohongnya.

Daddy menoleh, "Kenapa?"

Aku mengigit pipi bagian dalamku, "Teman-teman ada niat mau observasi ke Paris atau Amerika, aku boleh ikut gak?"

"Kenapa harus pergi jauh-jauh segala, kamukan bisa observasi di Indonesia saja, fashion disini juga gak kalah bagus kok." kata Daddy ekspresi wajahnya menjadi serius,

"Ya tapikan pusat mode ada disana Dad, lagian juga-" Aku meneguk ludahku sendiri, "Kan ada Eder, dia juga ada di bisnis fashion jugakan."

"Ana." kali ini wajah Daddy benar-benar berubah, aku tidak bisa menjelaskannya tapi aku merasa ada sesuatu yang salah, "Coba untuk observasi di Indonesia saja." tolaknya perlahan,

"Ada apa Dad?" Aku jelas tahu jika ada sesuatu yang menganggu Daddy, aku sudah mengenalnya selama aku hidup. "Ada yang salah dengan Eder?"

Daddy menghela nafas dalam, dia melongok sebentar seperti memastikan jika tidak ada orang yang bisa mendengar perkataannya. "Kamu tahukan jika Eder pulang kemarin tanpa pamit?"

Kenapa jadi masalah itu lagi?

Sejak kapan Daddy suka bergosip,

"Mungkin ada masalah dengan bisnisnya makanya dia harus pulang mendadak." kataku jelas membela Eder, bayangan jika Daddy mulai mengikuti jejak keluarga-ku yang suka menggosip membuatku ngeri.

"Daddy juga berfikir seperti itu, tapi dia bahkan tidak mengatakan apapun dengan Mommy-nya." Daddy menerawang kedepan, dia seperti mencoba mengingat sesuatu, "Daddy hanya khawatir jika dia tidak menginginkan pernikahan Daddy dan Mommy-nya."

"Kata siapa? Itu gak benar, dia menyerahkan sepenuhnya pada Tante Yuli, dia memilih untuk tidak ikut campur." sahutku mantap dan aku rasa itu sesuai dengan kenyataan,

Eder pernah menjawab pertanyaanku dulu, dan dia tidak peduli dengan pernikahan ini.

"Mereka sudah cukup tua untuk mengambil keputusan."

"Gue bilang gak pun mereka gak akan mau dengar."

Aku menarik nafas dalam diam, lagi-lagi merasa ngilu dihati saat menyadari Eder terluka sejak awal.

Dan aku tidak menyadarinya,

"Kamu tahu darimana?" tanya Daddy,

"Aku pernah bertanya, dan dia tidak terlihat memiliki masalah dengan pernikahan orang tuanya." Aku menelan liurku, "Dia mengurus dirinya dengan baik Daddy, bahkan tanpa Orang tua yang mendampinginya."

Daddy tersenyum samar, "Daddy juga merasa seperti itu, tapi mendengar cerita Yuli, itu sedikit menganggu."

Aku mengerutkan keningku, "Cerita Tante Yuli? Memangnya Tante Yuli cerita apa?"

Daddy menghela nafas berat, "Mendengarnya membuat Daddy merasa kasihan pada Eder tapi juga Daddy tidak bisa menyalahkan Tante Yuli. Eder bukan anak yang lahirnya direncanakan, terkadang alasan itu membuat orang tuannya merasa terbebani dengan keberadaan Eder."

Aku hanya bisa melongo mendengar fakta lain yang menyayat hatiku,

Eder bukan anak yang direncanakan?

Oh tuhan aku berharap ini bukan seperti apa yang aku fikirkan.

"Tante Yuli hamil diluar nikah dengan Ayah Eder, karena keluarga Ayah Eder yang super kaya itu menjadi beban sendiri untuk Tante Yuli, terlebih dengan tekanan yang diberikan. Daddy mengerti dengan yang di rasakan Tante Yuli tapi disisi lain merasa bersalah pada Eder yang tidak seharusnya merasa apa yang ia rasakan dulu." Sekali lagi Daddy menghela nafas berat, "Daddy hanya merasa ada sesuatu yang salah pada Eder, tapi Daddy tidak bisa memastikannya. Maka dari itu Ana, jangan berusaha membebaninya, karena jika dilihat darimanapun kita tidak berhak."

Aku masih dalam keadaan shock, mencoba mencerna segala informasi yang baru saja aku dapatkan.

Ini semakin membuatku merasa yakin dengan Eder dan mental illness-nya.

Dan juga, aku semakin merasa bersalah.

"Ana?" Panggilan Daddy mengejutkanku,

Aku tersenyum sekenanya lalu berkata, "Aku tidak tahu apa yang harus aku katakan Daddy, tapi aku tidak berusaha untuk menyulitkan Eder Aku hanya-"

"Daddy mengerti." Daddy kembali menyela, "Tapi ini bukan waktu yang tepat."

"Daddy, aku hanya pergi untuk observasi, lagi pula hubunganku dengan Eder cukup baik, dan jika diperlukan, Aku bisa tinggal di hotel selama aku disana." sahutku kekeh dalam pendirian,

Bagaimana caranya aku harus pergi,

Daddy hanya diam tidak menjawab.

"Boleh ya Daddy, ini hanya beberapa hari hingga observasi tugas akhirku selesai." kataku lagi, mencoba membujuknya.

"Baiklah, tapi janji pada Daddy setelah selesai kamu harus langsung pulang."

Daddy menyerah, dia menyetujui permintaanku.

Dan saat itu juga aku merasa lega,

Aku beranjak dari tempat dudukku, langsung memeluknya, "Terimakasih Daddy, I love you so much!"

Aku menghusap air mataku perlahan, sedari tadi Aku mencoba untuk tidak menangis mendengar informasi mengejutkan tentang Eder.

Sejak kecil dia pasti mengalami hal sulit sendirian, dan aku merasa bersalah untuknya.

Sekarang aku akan berada disisi kamu, Ed. kamu gak akan sendirian lagi.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status