Home / Romansa / My Sugar Candy / 6. Rasa Stroberi

Share

6. Rasa Stroberi

Author: Viallynn
last update Last Updated: 2023-11-02 21:20:35

Seperti yang sudah-sudah, kencan buta Gevan malam ini lagi-lagi tidak berhasil. Bedanya kali ini bukan dia yang pergi, melainkan Tasya. Sepertinya Tasya adalah tipe wanita yang tidak suka diabaikan. Sengaja Gevan melakukannya dan ternyata rencananya berhasil. Seperti biasa juga, Gevan tidak akan kembali pulang malam ini. Untuk apa lagi jika bukan menghindari ibunya? Gevan bahkan sudah mematikan ponselnya sejak dua jam yang lalu.

"Kita langsung ke hotel?" tanya seorang wanita yang masuk ke dalam mobil Gevan.

"Hm." Gevan hanya bergumam dan mulai melajukan mobilnya keluar dari area parkir tempat hiburan malam.

Di dalam mobil, hanya ada keheningan yang terjadi. Gevan membiarkan tangan wanita itu mulai menyentuh bahunya dan mulai naik hingga ke leher.

"Aku beli sesuatu dulu,” ucap Gevan.

Dia menghentikan mobilnya di depan supermarket yang buka 24 jam. Dengan berlari kecil, dia masuk ke dalam supermarket dan membeli barang yang sangat ia butuhkan saat ini.

"Mas, rasa stroberi satu kotak," ucap Gevan langsung saat di depan kasir.

Saat akan membayar barangnya, terdengar panggilan dari belakang tubuhnya. Gevan mengenal suara itu.

"Om Gevan?" panggil suara itu.

"Kamu ngapain di sini?" Gevan terkejut dan seketika langsung panik.

"Beli gula, Om. Om Gevan sendiri ngapain di sini malem-malem?" tanya Olin sambil memperlihatkan barang yang ia bawa. Ya, dia adalah Olin.

"Pakai kantong plastik, Kak?" tanya penjaga kasir tiba-tiba.

Gevan mengumpat dan melempar barang yang ia beli hingga jatuh ke bawah meja kasir. Meskipun berusaha untuk menutupi, tapi Olin sudah melihatnya sekilas tadi.

"Om Gevan beli apa itu?" tanya Olin dengan mata yang menyipit.

"Nggak beli apa-apa. Saya mau beli kinder joy kok." Gevan mengambil beberapa permen dan cokelat yang berada di depan kasir.

Olin mengangguk pelan dan tersenyum dalam diam. Dia tahu betul apa yang Gevan lakukan. Olin tidak sepolos itu untuk mengetahui barang apa yang pria itu beli. Dengan jelas benda itu terpajang di meja kasir.

"Kamu cuma beli gula?" tanya Gevan.

"Iya, Om." Olin menggangguk mantap.

"Sekalian aja kalau gitu." Gevan mengambil gula dari tangan Olin dan meletakkannya di meja kasir.

"Dibayarin, Om?" tanya Olin dengan mata yang berbinar.

"Hm."

"Saya tambah minyak goreng boleh?" Olin terkekeh mendengar ucapannya sendiri.

"Ambil sana. Cepet.”

Mendengar itu dengan cepat Olin berlari ke arah di mana minyak goreng berada. Selagi Olin pergi, Gevan dengan segera meminta kasir untuk mengambil barang yang ia lempar tadi. Dengan sangat cepat, Gevan memasukkannya ke dalam kantong celana. Tak lama Olin kembali dengan satu minyak goreng di pelukannya.

"Cuma itu? Nggak ada yang lain?"

Olin mengangguk yakin. Dia menatap belanjaannya dengan senang. Beruntung dia bertemu Gevan malam ini sehingga dia tidak perlu mengeluarkan uang untuk kebutuhan dapurnya.

"Kamu pulang naik apa?" tanya Gevan saat mereka sudah berada di luar supermarket.

"Jalan kaki, Om."

"Jalan?"

Olin mengangguk dan menunjuk ke arah seberang jalan, "Iya, kontrakan saya masuk ke gang itu."

"Biar saya anter."

Olin dengan cepat menggeleng, "Nggak usah, Om. Makasih ya."

"Udah malem, Lin."

"Masih jam 11 kok," ucap Olin santai.

"Oke kalau gitu,” jawab Gevan ragu. "Hati-hati ya."

Olin mengangguk dan mulai berlalu pergi. Dia berdiri di trotoar untuk menunggu lampu merah berubah warna menjadi merah. Saat masih menunggu, Olin dikejutkan dengan dua orang pria yang berada di seberang jalan. Dari gerak-geriknya, kedua pria itu terlihat tengah mencari seseorang.

"Mampus gue!" umpat Olin yang mulai berlari menghindar.

Langkah kakinya membawanya kembali ke supermarket. Saat ini, mobil Gevan adalah tujuannya.

"Om Gevan! Tungguin!" Dengan tergesa Olin masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi belakang. Beruntung Gevan belum melajukan mobilnya.

"Kamu kenapa?" tanya Gevan terkejut sekaligus bingung.

Bagaimana dia harus bersikap sekarang? Hancur sudah nama baik yang Gevan bangun selama ini. Keberadaan wanita asing yang baru ia kenal tadi tentu membuat Olin akan berpikir yang tidak-tidak.

"Om, ayo cepet pergi!" Olin terlihat sangat panik.

"Kenapa, Lin? Ada apa?"

"Udah, ayo cepet!" Olin menepuk bahu Gevan keras.

Melihat Olin yang ketakutan, Gevan langsung melajukan mobilnya. Wanita itu mulai menghela napas lega di belakang sana.

"Sebenernya ada apa?" tanya Gevan masih fokus menyetir.

Olin menunduk dan memainkan tangannya gelisah. Dia bingung harus berkata jujur atau tidak saat ini.

"Kenapa, Lin? Kalau kamu nggak bilang, saya turunin langsung di sini."

Dengan cepat Olin menahan lengan Gevan, "Saya dikejar rentenir."

"Rentenir?" Gevan kembali terkejut. "Kamu punya hutang?"

"Bukan utang saya, tapi Bapak saya." Olin mengerucutkan bibirnya kesal.

"Kenapa mereka kejar kamu? Bapak kamu di mana sekarang?"

"Di kuburan," jawab Olin ketus. Jujur saja dia kembali kesal saat teringat dengan hutang-hutang ayahnya sebelum meninggal.

"Maaf.” Gevan berdeham pelan, “Sekarang kita ke mana?"

Olin menggaruk lehernya bingung. Dia sendiri tidak tahu akan pergi ke mana. Saat ini rumahnya tidak lagi aman karena dikepung oleh para rentenir.

"Kita mau ke hotel kan?" Tiba-tiba wanita di samping Gevan berbicara.

Gevan mengumpat dalam hati dan menatap wanita itu tajam. Olin yang sadar mulai berdeham.

"Berhenti di sini aja, Om. Saya turun di sini."

Gevan menghentikan mobilnya di samping halte. Dia menoleh dan menatap Olin lekat. Terlihat jelas raut ketakutan dan kebingungan di wajahnya.

"Kamu mau ke mana, hm?"

Tanpa menjawab, Olin hanya menggeleng. Melihat respon yang diberikan, Gevan menghela napas kasar. Dengan cepat dia mengambil dompet dan mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah. Gevan memberikan uang itu pada wanita di sampingnya.

"Kamu bisa turun di sini kan?"

"Oke," jawab wanita itu dan bergegas turun dari mobil. Tidak ada protes karena dia juga tidak merasa dirugikan.

"Maaf, Om. Gara-gara saya Om Gevan nggak jadi jajan," gumam Olin menunduk.

Gevan tersedak ludahnya sendiri. Bagaimana bisa Olin mengatakannya secara jelas padahal Gevan berusaha untuk menyembunyikannya sedari tadi? Rasa percaya diri Gevan sudah benar-benar menipis saat ini dan itu semua karena Olin.

"Untuk malam ini kamu tidur di apartemen saya aja."

"Apartemen?" Olin terkejut dan memeluk tubuhnya sendiri.

Gevan berdecak, "Jangan mikir aneh-aneh. Apartemen saya kosong dan ka—"

"Kosong?!" Olin mulai histeris.

"Diem." Gevan menggeram gemas. "Maksud saya apartemen saya kosong, jadi kamu bisa tidur di sana malam ini. Kalau saya ya pulang ke rumah saya sendiri."

"Oh...," Olin mengangguk paham. Perlahan cengiran konyol mulai muncul di wajahnya.

"Makasih ya, Om."

***

Olin masuk ke dalam apartemen Gevan dengan langkah pelan. Meskipun sedikit ragu, tapi dia tidak memiliki pilihan lain. Olin sangat bersyukur dengan bantuan Gevan.

"Kenapa Om Gevan nggak tidur di sini?"

"Apartemen ini saya sewain dulu. Baru kosong dua minggu yang lalu."

Olin mengangguk mengerti. Dia berbalik dan menahap Gevan lekat. Perlahan dia melambaikan tangannya pada pria itu.

"Apa?" tanya Gevan bingung.

"Selamat malam, Om. Saya udah ngantuk, sampai jumpa besok."  Olin masih melambaikan tangannya.

Gevan menggelengkan kepalanya pelan. Olin benar-benar wanita yang konyol menurutnya.

"Kamu punya nomer saya kan? Telepon aja kalau ada apa-apa."

"Oke, Om."

"Saya pulang dulu," pamit Gevan sambil mengacak pelan rambut Olin.

"Hati-hati."

Gevan mengangguk dan mulai keluar dari apartemennya. Kepalanya menggeleng saat tersadar dengan apa yang ia lakukan. Lagi-lagi Gevan membantu Olin. Kenapa dia selalu bersedia melakukan ini?

***

TBC

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My Sugar Candy   Bonus Ekstra Chapter 3: Kejutan Bidadari Prakarsa

    Di kantin sekolah, Lana mengaduk makanannya dengan tidak nafsu. Hari ini adalah hari ulang tahunnya, tetapi rasa bahagia itu tidak ia rasakan. Keluarganya memang telah mengucapkan selamat ulang tahun semalam di jam 12 malam, tetapi tetap saja permintaan Lana akan pesta ulang tahun tidak terkabul. Kenapa sulit sekali untuk meyakinkan orang tuanya? Bahkan Alif juga tidak bisa meyakinkan ibunya. "Diaduk mulu sotonya, ntar pusing," tegur Sheila. Lana membanting sendoknya dengan wajah yang kesal. Bibirnya sudah melengkung ke bawah ingin menangis. "Kan, nangis lagi," ucap Sheila jengah. "Lo kok nggak bantuin gue sih? Tenangin gue kek? Galau nih!" Sheila menggaruk lehernya bingung, "Ya gimana, Lan? Lo mau gue ikut yakinin orang tua lo?" "Iya! Kan lo bisa minta bantuan Om Tama buat yakinin Papa gue." "Iya, deh. Ntar gue bilangin Papa gue buat yakinin Om Gevan." "Telat!" Sheila mendengkus. Lagi-lagi dia salah. Memang sulit menghadapi bidadari keluarga Prakarsa itu. "Ciyee

  • My Sugar Candy   Bonus Ekstra Chapter 2 : Bidadari Prakarsa

    Malam minggu tidak menjadi malam yang spesial untuk anak-anak Gevan dan Olin. Mereka semua berada di rumah dengan tugas di mana Arkan, Ardan, dan Lana harus menjaga Zaine. Terlihat aneh memang di usia mereka yang sudah remaja, tiba-tiba ibunya hamil dan melahirkan Zaine. Kebobolan, itu yang sering neneknya ucapkan. Namun kehadiran Zaine memberikan kebahagiaan tersendiri bagi mereka. Bocah kecil itu sangat lucu dan menggemaskan. "Zaine udah tidur?" tanya Arkan saat Lana datang dengan satu toples makanan ringan dan duduk di tengah-tengah kedua kakak kembarnya. "Udah." Saat ini mereka berada di ruang tengah, menonton film horor di tengah malam. Bukan bermaksud uji nyali karena baik Arkan dan Ardan tidak menunjukkan ekspresi lain selain datar. Kadang Lana merasa heran, bagaimana bisa dia memiliki dua kakak laki-laki yang sikapnya sedingin es? Selain dingin, mereka juga menyebalkan. Apalagi jika sudah bersatu untuk mengerjainya. "Kak?" panggil Lana. "Hm?" jawab Arkan dan Arda

  • My Sugar Candy   Bonus Ekstra Chapter 1 : Pasukan Prakarsa

    Suara berisik dari dalam dapur terdengar ke seluruh area rumah. Dari jauh, terlihat seorang bocah laki-laki yang tengah bermain dengan adonan tepung di island table. Tinggi badan yang tidak seberapa membuatnya harus menggunakan kursi kecil untuk bisa mencapai meja. Jari-jari kecilnya masih fokus bermain dengan bibir yang maju. Begitu lucu karena umurnya juga baru menginjak lima tahun. Ting! Bunyi oven yang terdengar membuat kegiatan Olin terhenti. Dia melihat anaknya sebentar sebelum beralih ke oven. Senyumnya mengembang melihat kue buatannya yang berhasil ia buat. "Udah mateng, Ma?" tanya Zaine mulai tertarik. Wajahnya sangat lucu dengan pipi bulat yang dipenuhi tepung. "Udah, dong. Tinggal dihias aja." Olin membawa kuenya ke hadapan Zaine. Zaine bertepuk tangan senang. Dia tidak sabar mencicipi kue buatan ibunya. "Zaine mau coba." Dengan lancarnya tangan Zaine bergerak menyentuh kue yang masih panas itu. Beruntung dengan cepat Olin menahannya, "Masih panas. Kita hias

  • My Sugar Candy   Ekstra Chapter 7: Bahagia Bersama

    Kehidupan Olin benar-benar berubah setelah menikah. Dia menjadi wanita yang paling bahagia. Meskipun tidak selamanya pernikahan itu indah karena ada saat di mana dia harus beradu mulut dengan Gevan, tetapi semuanya kembali membaik karena mereka sama-sama tidak egois. Seperti pesan ibu mertuanya dulu, komunikasi adalah hal yang terpenting dalam suatu hubungan. Tiga bulan menikah telah memberikan banyak pelajaran yang berharga untuk Olin, bukan hanya Olin melainkan juga Gevan. Meskipun sifat jahilnya masih ada, tetapi pria itu benar-benar bertanggung jawab sebagai suami. "Om Gevan nggak ke sini, Kak?" tanya Alif sambil memakan kentang gorengnya. "Kan Om Gevan kerja, Lif." "Nanti kalau udah besar aku mau jadi dokter juga kayak Om Gevan." Olin tersenyum dan mengelus kepala Alif sayang, "Belajar yang pinter ya." Saat ini Olin tengah berada di kafe Tama bersama Alif. Kali ini dia tidak membawa Alif secara diam-diam. Ada alasan kenapa Olin jarang bertemu Alif akhir-akhir ini,

  • My Sugar Candy   Ekstra Chapter 6: Pasutri Gemas

    Satu bulan telah berlalu. Baik Gevan dan Olin sudah kembali ke rutinitas seperti biasanya. Bedanya, kali ini Olin sudah tidak lagi bekerja. Meskipun berat, tetapi ia melakukannya juga untuk Gevan. Olin tahu jika suaminya itu ingin dirinya berada di rumah. Namun Olin tetaplah Olin, dia tidak bisa berdiam diri terlalu lama. Sudah tiga minggu ini Olin mengikuti kursus untuk mengisi waktu yang kosong. Kursus membuat permen dan kue adalah pilihannya. Gevan juga mendukung kegiatannya selama itu positif. Itu yang Gevan inginkan dari dulu, yaitu Olin yang menikmati hidupnya. Saat ini Olin tengah sibuk di dapur. Tempat ini adalah tempat favoritnya akhir-akhir ini. Hal itu membuat Olin merasa menjadi ibu rumah tangga yang seutuhnya. "Olin, Sayang!" Suara melengking itu membuat Olin menghentikan kegiatannya. Tak lama muncul ibu mertuanya dengan banyak belanjaan yang ia bawa. "Loh, Mama dianter siapa?" tanya Olin mencuci tangannya dan bergegas menghampiri mertuanya. "Sama abang ojol

  • My Sugar Candy   Ekstra Chapter 5: Bulan Madu

    Suara ombak pantai yang beradu dengan batu karang tidak membuat tidur Gevan terganggu. Dia semakin mengeratkan pelukannya pada Olin dengan nyaman. Cahaya matahari yang masuk dari cela-cela jendela juga tidak membuat mereka terbangun. Ini karena mereka kelelahan. Semalam, Olin dan Gevan baru sampai di villa dan langsung terlelap karena perjalanan yang menguras tenaga. Sebenarnya perjalanan tidak begitu lama, hanya saja akhir-akhir ini mereka memiliki jadwal yang padat setelah resepsi sehingga tenaga mereka sudah berkurang. Saat ini, Gevan dan Olin sudah berada di Bali. Tujuan awal bulan madu mereka sebenarnya bukan di tempat ini. Karena keterbatasan waktu, mereka memilih untuk ke tempat yang lebih dekat, akan tetapi Om Burhan tiba-tiba berkata jika ia sudah menyiapkan Gevan dan Olin Villa di Bali untuk bersenang-senang. Akhirnya mereka pun terbang ke Bali. Elusan lembut di kepala mulai membangunkan tidur Gevan. Matanya mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya. Setela

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status