Flo masih bertanya-tanya siapa gerangan orang yang berada di dalam lift bersamanya. Sampai-sampai dua orang model yang menunggunya itu mengurungkan niat untuk bersama Flo masuk ke dalam lift.
Saat masuk Flo melihat jelas jika dua pria di depannya sangat tampan. Satu pria yang menarik perhatiannya adalah pria yang memiliki tinggi lebih dari pria di depannya. Wajah tampan dengan rahang tegas terlihat sempurna sekali. Membuat Flo sedikit mengagumi dalam diamnya.Di depan para pria itu Flo berdiri dengan tenang. Tak mau terpengaruh dengan keadaan dua pria itu, walaupun sebenarnya dia berdebar-debar.“Apa kamu tidak tahu peraturan di sini?”Suara yang terdengar itu membuat Flo menoleh. “Anda bicara dengan saya?” tanya Flo. Dia merasa bingung kenapa pria yang berada di belakangnya itu. Dia menoleh ke belakang untuk melihat pria tersebut.Kafa menatap dengan tajam gadis di depannya. Merasa sedikit kesal karena ternyata jawaban gadis di depannya itu seperti itu. “Memang siapa lagi jika bukan kamu?” Kafa menatap tajam gadis di depannya.“Memangnya apa peraturannya?” Flo merasa aneh. Memangnya di dalam lift ada aturan apa hingga membuat pria itu marah.“Apa kamu tahu jika karyawan dan model tidak boleh satu lift dengan CEO dan jajaran lainnya di kantor ini?”Flo mengangguk-anggukan kepalanya. Akhirnya dia tahu peraturan apa yang ada di K Management. Ternyata dia salah karena berada dalam satu lift dengan petinggi. Walaupun sebenarnya dia tidak tahu siapa pria di depannya ini.“Tadi kamu sudah masuk juga dalam lift saat aku ada di dalam. Sekarang kamu mengulanginya!” Kafa hapal betul baju yang dipakai gadis yang berada dalam satu lift dengannya. Sebenarnya dia tadi ingin menegur, tetapi karena gadis itu sedang menangis, akhirnya, Kafa mengurungkan niatnya.“Mana saya tahu peraturan itu.” Karena bukan karyawan di K Management jelas Flo tidak mengerti dan tidak tahu peraturan aneh itu. Padahal manusia diciptakan sama saja. Kenapa juga harus tidak boleh berada dalam satu lift? Flo mencibir dalam hatinya.Rahang Kafa mengeras. Merasa kesal sekali dengan jawaban Flo. “Siapa manager kamu?” tanyanya.“Manager?” Dahi Flo berkerut dalam. Bingung dengan jawaban Flo.“Lah, cari tahu siapa managernya? Aku tidak suka model di sini tidak mematuhi peraturan.” Kafa memerintahkan Gala.“Hai, Nona manis. Siapa managermu?” tanya Gala.“Aku tidak memiliki manager,” jawab Flo.Kafa dan Gala saling pandang. Merasa sangat bingung.“Kalau kamu tidak punya manager bagaimana bisa bekerja di sini?” tanya Kafa. Setiap model di sini sudah terbagi. Mereka sudah punya manager masing-masing. Jadi mereka bekerja dengan sesuai arahan manager mereka.“Karena aku tidak bekerja di sini,” jawab Flo polos.Wajah Kafa dan Gala terperangah dengan jawaban Flo. Susah marah Kafa marah, ternyata yang menjadi amukan bukan model di kantornya. Jelas saja gadis di depannya itu tidak tahu peraturan di kantornya.Pintu lift terbuka. Flo buru-buru keluar dari lift. Tak mau berurusan dengan pria aneh yang suka marah-marah di depannya. Di depan lobi, Flo menyempatkan diri bertanya pada petugas keamanan tentang siapa pria yang berada di dekat lift tersebut. Alangkah terkejutnya ketika mendapati jika itu adalah Kafa-pemilik K Management.Setelah mendapati jawaban itu, Flo langsung buru-buru pergi. Di depan kantor K Management, dia menatap kembali bangunan megah itu. Tiba-tiba, dia menemukan ide untuk bisa masuk ke K Management. Menemukan celah untuk masuk ke tempat di mana kakaknya bekerja dulu.Keesokan paginya, Flo pergi ke salah satu tempat. Dari temannya, Flo diberitahu jika orang yang akan Flo temui itu adalah orang yang dapat mengedit foto dan menyebarkannya. Temannya bilang, orang yang akan Flo temui adalah orang yang profesional. Yang biasa menyebarkan gosip-gosip di internet. Kalangan artis kelas bawah memakai jasanya untuk membuat berita palsu untuk sensasi menaikkan pamor. Jadi Flo bisa ikutan menggunakan jasanya. Bermodal foto miliknya dan foto milik Kafa yang diambilnya di laman internet, dia meminta tolong dibuatkan foto berdua.“Lima juta,” ucap seoarang pria memberikan harga untuk jasanya.“Mahal sekali,” ucap Flo. Dia tidak punya uang sebanyak itu. Apalagi hanya untuk sebuah gosip.“Kalau mau silakan, kalau tidak mau, silakan pergi.” Pria itu dengan tenangnya menolak Flo.Flo mengembuskan napasnya. Hanya cara ini bisa masuk ke K Management. Dia akan menggunakan foto itu untuk mengacam Kafa dan menerimanya masuk ke agensi. “Saya ada lima ratus ribu, sisanya saya akan dapatkan segera. Jadi tolong kerjakan,” ucap Flo menyerahkan uang dan foto miliknya.“Baiklah,” jawab orang itu malas.Flo merasa lega karena akhirnya ada jalan untuk masuk ke K Management. Kini, dia tinggal mencari uang untuk membayar kekurangan uang foto tersebut.Begitulah kisah seminggu yang lalu, yang akhirnya mengantarkan Flo benar-benar membuat scandal untuknya dan Kafa. Namun, sayangnya semua tidak seperti yang dia harapkan. Dia tidak pernah mengharap jika yang beredar adalah foto vulgarnya bersama Kafa.Setelah semalam mendapatkan foto dirinya dan Kafa beredar di internet, pagi-pagi sekali Flo pergi ke tempat di mana foto itu berasal. Dari mana lagi jika bukan dari pria yang ditemuinya seminggu yang lalu untuk mengedit foto miliknya dan Kafa. Hanya orang itulah yang pastinya menjadi tersangka.“Apa karena aku bayar lima ratus ribu jadinya tidak pakai pakaian sama sekali?” Flo menggerutu sepanjang jalan. Merasa kesal sekali ketika mendapati fotonya tanpa busana sama sekali. “Coba aku bayar lima juta, paling tidak aku pakai baju, ‘kan.” Flo menjambak rambutnya kesal.Flo sampai di depan bangunan ruko usang-tempat pria itu bekerja. Menajamkan pandangannya, dia melihat ruko tampak sepi. Padahal kemari ada motor terpakir di depan ruko. Namun, kini tidak ada lagi.Menekan bel, Flo menunggu pria di dalam membuka pintu. Beberapa kali Flo menekan bel, tetapi sayangnya tidak ada satu orang pun yang membuka pintu. Memundurkan tubuhnya, dia menengadah ke atas. Pandangannya jatuh pada jendela di lantai dua. Lampu terlihat gelap. Seingatnya, tempo hari lampu lantai dua itu menyala.“Ke mana dia?” Flo memikirkan ke mana gerangan orang di dalam ruko.“Ini rukonya?” Suara bass terdengar.Flo yang mendengar akan hal itu langsung menoleh. Alangkah terkejutnya Flo ketika melihat Kafa di tempat yang sama dengannya. Karena tak mau Kafa melihatnya, Flo berbalik untuk meninggalkan ruko tersebut, tak mau sampai Kafa mengenalinya. Flo menundukkan kepalanya agar Kafa tidak bisa melihat wajahnya.Kafa memerhatikan ruko yang menjadi titik di mana foto itu diunggah pertama kali. Dalam semalam akhirnya Kafa menemukan tempat tersebut. Kini tinggal mencari pelakunya saja.“Iya, kata orang-orang kita di sini,” jawab Gala.Saat memerhatikan ruko, tampak tidak ada orang di sana. Terlihat tempat begitu sepi. Kafa yang melihat seorang gadis baru saja berjalan melewatinya. “Hai,” panggil Kafa.Seketika Flo berhenti. Perasaannya begitu berdebar, takut Kafa mengenali wajahnya. Ingin berlari, tetapi dia yakin, jika hal itu akan membuat Kafa justru curiga. “Iya, Pak,” jawabnya tanpa menoleh.“Apa kamu tahu pemilik ruko ini?” tanyanya.“Tidak, Pak.” Flo melanjutkan kembali langkahnya.Kafa curiga dengan wanita yang pergi begitu saja itu. Tak membuang waktu, dia langsung mengejar. Mencengkeram tangan Flo, dia membuat Flo berhenti. “Jangan coba membohongi aku,” ucap Kafa.Mati aku. Kalau dia lihat wajahku, mau dibuang ke mana wajahku. Apalagi pasti dia sudah melihat tubuh polosku. Walaupun, aku yakin itu bukan tubuhku.“Saya benar-benar tidak tahu, Pak. Saya ke sini hanya menagih utang nasi yang dimakan pemilik ruko ini.” Alasan itulah yang dipakai Flo.“Nasi?” Dahi Kafa berkerut dalam, diiringi dengan matanya yang menyipit.“Iya, Pak. Biasanya pemilik ruko makan dulu bayar belakangan. Jadi saya harus menangihnya.” Rasanya Flo ingin segera pergi, tetapi sayangnya Kafa mencegahnya.“Harusnya kamu meminta bayaran dulu baru memberikannya makanan. Seperti makanan cepat saji.” Obrolan menjadi panjang ketik Kafa terus menjawab dan tidak melepaskan Flo.“Kalau saya bayar dulu, mereka keburu kabur, Pak.”Kali ini Kafa semakin mengernyit. Merasa aneh dengan jawab wanita yang lengannya masih dicengkeramnya itu. “Kenapa begitu?”“Iya, kalau ditagihnya setelah makan dan ternyata mahal, mereka tidak punya pilihan untuk tidak membayar. Karena makanan sudah sampai di perut, Pak. Tidak mungkin juga, mereka akan memuntahkannya.” Sungguh Flo tidak mengerti kenapa dia menjawab seperti itu.Kafa hanya menggeleng ketika mendengar jawaban wanita itu. “Oh,” ucapnya seraya melepas perlahan tangannya.Mendapati diri bebas, Flo segera bersiap lagi untuk pergi. Namun, tepat ketika Flo baru saja mengayunkan satu langkah, tangan Kafa kembali menariknya. Membuatnya berbalik. Rambut Flo mengipas seperti iklan sampo. Menampilkan dengan jelas wajahnya. Jika mungkin kala itu ada alunan musik, mungkin kejadian itu akan seperti drama korea yang biasa Flo lihat.Mendapati wajah Flo, Kafa mengenali wajah itu. “Kamu!”Matilah kamu, Flo!“Kai ....” Kafa memanggil anaknya. Tangannya melambai-lambai pada bayi yang kini berusia lima bulan itu.“Sayang ....” Flo memanggil anaknya. Tangannya bertepuk-tepuk berusaha untuk memanggil anaknya agar menghadap ke arahnya. Selain dua orang tuanya ada Gala dan Luis yang memakai topi kelinci yang ketika ditarik telinganya akan naik ke atas. “Baby Kai.” Gala dan Luis memanggil bayi gembul anak dari Kafa dan Flo itu. Mereka berempat heboh sekali membuat Kai tertawa di depan kamera. K managemen disibukkan dengan kedatangan Baby Kai setiap bulan. Kafa dan Flo selalu memotret anak mereka dari bulan ke bulan. Foto-foto itu akan jadi kenang-kenangan untuk mereka kelak. Sebenarnya banyak sekali tawaran yang datang. Brand-brand bayi ingin sekali menjadikan Baby Kai sebagai model mereka. Namun, Flo tidak mengizinkan. Sekali pun tidak menerima tawaran model bayi, brand-brand terkenal tetap mengirim barang-barang mereka. Flo aka
“Tahan-tahan.” Navio meminta Flo dan Kafa yang sedang berpose di depan kamera untuk tetap menahan posenya itu. Kafa dan Flo masih dalam posisinya. Kafa yang mencium perut Flo yang sudah semakin membesar pun mempertahankan posisinya. Sudah sembilan bulan kehamilan berlangsung. Selama sembilan bulan ini tak banyak kendala yang terjadi. Flo semakin bersemangat berpose di depan kamera. Selama kehamilan ini Flo justru mendapatkan tawaran untuk pemotretan ibu hamil. Beberapa produk pakaian ibu hamil mengontraknya untuk menjadi model untuk produk mereka. Flo seolah mendapatkan keasyikan tersendiri dalam pekerjaan itu, dia bisa berpose, tanpa membatasi dirinya sama sekali. Kafa yang melihat sang istri begitu senang menjalani pemotretan, akhirnya mengizinkan Flo untuk melakukannya. Baru memasuki usia sembilan bulan ini Kafa mulai membatasi pekerjaan Flo. Hari ini mereka hanya melakukan pemotretan untuk kehamilan Flo. Foto yang diabadikan untuk
Gala menyiapkan kepergian Greta untuk ke luar negeri. Dokumen-dokumen sudah disiapkan oleh Gala. Jadi tahun ini K Management bekerja sama dengan Elite Management di Paris-tempat di mana Kafa dulu bernaung. Dari K Management akan mengirim modelnya untuk belajar di sana. Untuk bisa masuk ke permodalan internasional. Kafa sengaja mengirim Greta untuk keluar negeri belajar modelling. Kafa yang melihat potensi Greta merasa itu perlu dikembangkan. Hal itu tentu saja membuat Kafa memutuskan untuk mengirim Greta keluar negeri. “Apa semua sudah siap?” Kafa menatap temannya itu saat temannya datang ke ruangannya untuk meminta tanda tangan. “Sudah, nanti malam mereka semua akan berangkat ke Paris.” Gala sudah menyiapkan dengan baik. “Bagus. Pastikan juga orang kita di sana menjaga mereka semua.” Kafa tetap tidak mau sampai model-modelnya kesulitan saat di sana.“Aku sudah pastikan itu.” Gala mengangguk pasti. Suara ketukan pintu terdengar. Kafa
Musik terdengar mengiringi langkah kaki para model berjalan di atas catwalk. Satu per satu model K Management memamerkan koleksi dari para desainer ternama. Saat tiba giliran Kafa yang berjalan di atas catwalk banyak orang yang langsung mengabdikan momen itu. Kafa sudah lama tidak berada di atas catwalk memang selalu menjadi daya tarik tersendiri. Apalagi kali ini dia membawa rancangan desainer terkenal. Pesona Kafa memang tidak pernah luntur. Calon papa itu tetap memesona di mata mereka yang melihatnya. Mungkin lebih tepatnya pesona Kafa semakin terpancar setelah menikah. Para wartawan pun tak melepaskan kesempatan itu. Mereka membidik foto Kafa dan akan memasangnya di majalah fashion mereka. Mereka yakin penjualan dari majalah yang menampilkan wajah Kafa, pastinya akan sangat besar. Karena itu, mereka tidak mau melepaskan kesempatan tersebut. Flo yang duduk di barisan tamu undangan hanya tersenyum ketika melihat Kafa. Dia masih tidak menyangka j
Flo mengayunkan langkahnya memasuki kantor K Management. Tadi dia bosan sekali di rumah. Karena itu dia memutuskan untuk ke kantor. Dia datang bersama Luis, karena kebetulan Luislah yang menjaga Flo selama di rumah. Flo dan Luis pun segera mendatangi ruangan Kafa. Menemui pria itu yang sedang bekerja. Di depan ruangan Kafa, Flo sudah disambut oleh sekretaris Flo. Sang sekretaris pun segera mempersilakan Flo untuk masuk. Bersama dengan Luis, Flo segera masuk ke ruangan Kafa. “Sayang.” Kafa cukup terkejut dengan kedatangan Flo. Tidak menyangka ternyata Flo datang ke kantor. “Kenapa ke sini?” Kafa yang sedang duduk manis di kursinya, segera menghampiri Flo. “Aku bosan di apartemen.” Flo menekuk bibirnya. “Kalau kamu bosan, kamu bisa minta Luis untuk menghiburmu.” Kafa memapah sang istri untuk duduk. “Kak Kafa pikir aku badut.” Luis yang mendengar ucapan Kafa pun melayangkan protesnya. Kafa hanya tersenyum saja keti
Gala mendengus kesal ketika mendapatkan kabar jika tak ada yang menemukan Greta di mana. Dia merasa kesal sekali ketika kini dia berada dalam masalah yang begitu besar sekali. Kini dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Tepat saat itu juga suara ponsel Gala kembali berdering. Saat melihat layar ponselnya, dia melihat Kafa yang menghubunginya. Tak butuh waktu lama, dia segera mengangkat sambungan teleponnya. “Ada apa?” tanya Gala sesaat menempelkan ponsel ke telinganya. “Apa kamu sudah berangkat ke kantor?” Kafa di seberang sana langsung melempar pertanyaan itu. “Belum.” “Bagus. Aku ingin kamu membelikan bubur ayam terlebih dahulu. Karena Flo sedang menginginkannya.” Gala menautkan alisnya. Kenapa juga dia harus membeli. Padahal sudah ada kurir makanan. Namun, demi sang adik tercinta, tentu saja dia tidak akan keberatan untuk melakukan hal itu. “Baiklah.” Gala pun setuju. Segera dia mematikan sam