Share

Part 3 (Gelisah)

“Kamu ada jadwal kuliah nggak Sayang?” tanya Dewi.

Setelah beberapa detik berlalu, pertanyaan Dewi tak kunjung mendapat jawaban. Membuat  wanita paruh baya itu mengernyit heran. Pasalnya, ia tak pernah mendapati putri semata wayangnya dalam mode seperti ini.

“Mita?" Dewi mengerutkan dahi heran. Tak biasanya Putri semata wayangnya melamun. "Tiffany Mita Winata?” Seru Dewi.

Gadis dua puluh satu tahun itu mendongak. Menatap ke arah sang Mama yang mengernyit heran ke arahnya.

“A-apa Ma?” tanya Mita gugup.

Dewi memicingkan matanya. “Kamu kenapa? Sakit?”

Mita menggeleng. “Mita baik-baik aja kok Ma.”

Dewi semakin mengernyitkan dahinya. “Kamu yakin?”

Gadis itu mengangguk. “Yakin seribu persen Ma.” Mita menampilkan senyum termanis yang ia punya, membuat Dewi menghela nafas lega.

Tapi ada keanehan dalam nada suara dan perilakunya putrinya pagi ini. Dewi yakin itu.

“Jadi, kamu ada kuliah nggak hari ini?” tanya Dewi lagi.

Mita menggeleng. “Enggak Ma. Mita nanti mau istirahat aja di rumah. Soalnya besok Mita bakalan sibuk jadi Bridesmaid  di pernikahannya Melissa.”

“OK kalau begitu. Ah ya, Papa mau mengajak kita makan malam dengan Keluarga Haryanto sabtu depan.” Ucap Dewi antusias

“Makan malam?” beo Mita.

Dewi spontan mengangguk. “Iya. Yang bulan lalu kita ketemu di pernikahan Tante Mela. Kamu ingat?”

“Mita lupa,” jawabnya singkat.

“Papa berniat mendekatkan kamu dengan anak bungsu Pak Haryanto,” celetuk Dewi.

Mita langsung menatap dalam ke arah Dewi. “Mama bilang apa tadi?”

“Ish, telinga kamu bermasalah, ya. Mama ngomong sejelas itu juga kamu kasih nanya,” desis Dewi jengkel.

“Please Ma. Tadi Mama ngomong apa?” tanya Mita.

“Papa berniat mendekatkan kamu dengan anak bungsu Pak Haryanto,” ucap Dewi lagi.

“No!” tolak Mita.

Tak berpikir terlalu lama, Mita langsung menolak rencana yang di cetuskan Mamanya itu.

“Kenapa? Kamu kan belum mengenalnya lebih dekat? Kenapa sudah kamu tolak?” tanya Dewi penasaran.

“Beri Mita waktu berpikir. Masih ada waktu kan? Oh iya, Mita masuk kamar dulu,” jawab Mita cepat.

Tanpa menunggu persetujuan Dewi, gadis itu segera beranjak dari sana. Membuat Dewi melongo dengan kelakuan aneh putrinya pagi ini.

“Apa salahnya makan malam? Kan ini bukan pertama kalinya.  Dia kan bisa menolak kalau tidak tertarik,” Monolog Dewi.

Sesampainya di kamar, Mita langsung mengunci pintu kamarnya. Berharap sang Mama tidak menyusul untuk membujuk dirinya.

Gadis itu meraih ponsel yang tergeletak di kasur. Membuka salah satu aplikasi musik untuk menemani hatinya yang sedang gelisah.

Alunan beberapa musik yang di dengar semakin tak mampu mengalihkan keresahan hatinya. Ia pun menjadi semakin gelisah. Hingga akhirnya ia mematikan musik tersebut.

Aku kenapa sih?

Kenapa rasanya nggak enak banget sih?

Kayak ... kayak ...

Nggak mungkin gara-gara  ...

Argghhh ...

A-aku bukan baru pertama bertemu dia,

Tapi, cara dia memandangku waktu itu

Bayangan kejadian di Butik dan di rumah Melissa kemaren berputar-putar bak kaset rusak di otak cantiknya. Dan bayangan wajah laki-laki itu seakan mempora-porandakan hatinya tanpa permisi. Merasa lelah dengan pikiran ngawurnya, Mita mencoba menutup mata. Perlahan tapi pasti, akhirnya ia terlelap.

*

Di salah satu kamar bernuansa abu-abu, seorang laki-laki tampak fokus dengan layar laptop yang menyala. Layar itu menampilkan laporan yang perlu ia periksa sebelum di kirim ke CEO di tempatnya bekerja.

Laki-laki bernama Riko tampak serius menyelesaikan tugasnya. Walaupun ia sedang mengambil cuti, ia tetap menyelesaikan pekerjaannya agar tak menumpuk.

Tok .. tok .. tok

“Kakak?” Seru gadis di balik pintu kamar Riko.

“Masuk. Nggak dikunci kok,” Sahut Riko.

Gadis dua puluh satu tahun itu tersenyum, menghampirinya.

“Kenapa,” Tanya Riko

“Boleh Lissa tanya sesuatu?” 

“Apaan?” 

“Kakak jadian ya sama Mita,” Melissa menaikkan satu alisnya.

Uhuukkk.....

“K-kamu ini, Dek?!” Riko tersedak ludahnya sendiri.

Sial!!! Tenggorokannya terasa panas sekali!!!

“Masih nggak mau ngaku?” Melissa menaikkan satu alisnya. 

“Istirahat sana!!! Besok acaranya lama loh!” Riko mencoba mengalihkan pembicaraan adiknya.

Melissa memicingkan mata curiga.“Ada yang nggak beres!!” Gadis itu belum berhenti mengorek informasi mengenai hubungan Riko dengan sahabatnya. 

“Masuk kamar kamu sana! Awas lho ya kalau besok ngeluh capek,” Riko berdoa dalam hati agar adiknya yang mempunyai ke-kepoan akut itu segera keluar dari kamarnya. Karena saat ini ia sedang di landa kegugupan. Demi apa laki-laki di puluh delapan tahun itu gugup karena pertanyaan nyeleneh dari adiknya? 

Gadis itu beranjak. Tapi, sebelum ia benar-benar keluar dari kamar Kakaknya, ia membisikkan sesuatu yang membuat Riko membeku.

Bisikan nakal dari adik satu-satunya itu membuat Riko termangu untuk waktu yang lama. Ia tak membohongi dirinya sendiri. Faktanya setelah kejadian kemarin, bayangan gadis dua puluh satu tahun itu terasa mengganggu. Laki-laki itu bak remaja yang pertama kali jatuh cinta.

Lebay? Ya mungkin itu kata yang tepat untuk seorang laki-laki yang berusia dua puluh delapan tahun itu. Tatapan datar yang biasa ia tunjukkan untuk setiap perempuan lenyap, kala berhadapan dengan Mita. Gadis mungil yang masih baru berumur duanpuluh satu tahun.

Riko tersenyum geli. Ia mencoba mengenyahkan pikiran-pikiran liar di otaknya. Mungkin kelamaan jomblo membuat otaknya karatan.

*

Tidur biasanya menjadi obat mujarab ketika Mita sedang kesal ataupun lagi banyak pikiran. Tapi acara tidur siang ini membuat kepalanya pusing bukan main.

Arghh,,,

Kenapa pake pusing segala?

Mana besok aku harus nemenin Melissa dari pagi sampai malam.

Mita memaksa dirinya bangun, untuk membuka laci nakas dan mengambil salah satu botol obat pereda sakit kepala dan segera meminumnya. Kini ia bersandar di kepala ranjang sambil memejamkan mata. Berharap rasa pusing itu segera menghilang. 

Tring

>>My BbFriend

Mit !

Lo besok dateng pagi ya,

Inget! Jangan telat

Sebuah notifikasi pesan mengusik ketenangan Mita. Dengan malas, gadis itu meraih ponselnya. Membuka pesan yang baru saja masuk beberapa detik yang lalu.

“Nggak sekalian minta aku malam ini dateng ke rumah kamu. Nemenin kamu tidur gitu.” Gumam Mita.

//Me

Nggak sekalian minta gue malam ini nginep di rumah Lo?

Contohnya nemenin Lo tidur gitu?

Gadis itu terkikik geli dengan pesan yang baru saja ia kirimkan kepada sahabat bawelnya yang akan menikah besok.

Tring ...

>>My BbFriend

Emang Mama Dewi ngebolehin Lo kesini malam ini?

Kalau boleh, gue sih seneng-seneng aja

Gimana?

“Enak di elo gak enak di gue dong,” gerutu Mita.

//Me

Kalaupun Mama ngijinin, Ogah gue

Enak di Lo gak enak di gue

Kepala gue pusing banget sekarang

Tring ...

>>My BbFriend

Haa?

Lo kenapa?

Apa karena adegan tadi siang?

Ahh ,,, gue tahu

Jangan-jangan Lo lagi mikirin Kakak gue?

Ngaku deh!!!

Mita membelalakkan mata tak percaya. Melihat sederet pesan ngawur dari sahabat bawelnya, yang membuat ia lupa seketika dari sakit kepalanya.

//Me

Lo benar-benar eror!!!

Mendingan Lo berendam deh

Otak Lo perlu dibersihin,  biar debunya bersih

“Kayaknya bentar lagi bukan Meli aja yang heboh. Kemungkinan Ayah dan Bundanya juga. Ah, itu artinya ...”

Glek ...

“Aku tak bisa membayangkan jika sebentar lagi Papa dan Mama ikutan heboh. I-ini tidak boleh terjadi. Tapi? Apa yang bisa aku lakukan coba? Arghhh!!!” Monolog Mita.

.

.

.

Bersambung ....

*

Jangan lupa dukung cerita ini dengan meninggalkan ulasan atau komentar di setiap babnya ya.

Ikuti eFbi Merry Anna untuk mendapatkan informasi seputar update cerita ini. 

Terima kasih 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status