Share

Part 2 (Perasaan Aneh)

Seumur hidup Mita tidak pernah melakukan kontak fisik berlebihan dengan laki-laki manapun. Gadis ini terlalu patuh pada peraturan yang di berikan kedua orang tuanya. Bagas Ardian Winata dan Dewi Kirana.

Walaupun begitu, gadis dua puluh satu tahun ini tidak merasa terkekang dengan segala peraturan yang telah di tetapkan untuknya. Ia terkesan menikmati hari-harinya dengan menyibukkan diri. Melakukan hal-hal yang paling ia sukai, yaitu travelling.

Mita akan menghabiskan masa libur kuliahnya dengan berkunjung ke negara lain, sekedar mencari hiburan atau menikmati keindahan tempat yang di kunjunginya.

Meski ia pergi seorang diri, tentu ada pengawalan extra dari Bagas. Pria paruh baya itu menempatkan satu pengawal perempuan dua puluh enam tahun dan dua pengawal laki-laki. Tapi, mereka harus menjaga jarak agar Mita tidak merasa risih.

Awalnya Mita menolak pengawalan yang telah di siapkan, tapi setelah insiden di Bali dua tahun yang lalu, mau tak mau ia pun harus menerima.

Bagaimanapun juga, gadis mungil yang mempunyai paras cantik dan imut itu adalah satu-satunya pewaris Keluarga Winata. Dan Mita tidak bisa mengelak dari beban yang harus di tanggung di masa mendatang.

“Siang-siang jangan mesum, Please?”

Seruan lantang dari dalam rumah menyadarkan keheningan yang tercipta antara Riko dan Mita beberapa saat lalu.

Kini keduanya masih dalam posisi intim layaknya sepasang kekasih. Padahal bukan itu yang terjadi.

Mita mencoba melepaskan diri dari rengkuhan erat Riko. Karena laki-laki itu terlalu larut dalam pesona gadis di pelukannya, rengkuhan itu mengerat. Membuat Mita membelalakkan matanya.

“K-Kak Riko,” cicit Mita.

Suara halus yang keluar dari mulut Mita membuat Riko seperti berada di dunia lain. Ia seperti berada di hamparan taman bunga yang begitu indah di tambah dengan suara merdu seorang bidadari yang cantik dan mempesona.

Mita meneguk ludah. Ia kembali mencoba memanggil laki-laki itu dengan menaikkan intonasi suaranya.

“K-Kak Riko,” seru Mita.

Riko tersadar dari lamunannya. “Ya?”

Memalukan . Suara Riko begitu parau. Membuat Mita dan adik perempuan yang mendengar itu seketika menahan nafas.

“B-bisa lepasin Mita, Kak. Rengkuhan Kakak terlalu erat. M-Mita nggak bisa nafas,” ucap Mita susah payah.

Riko menurunkan pandangannya. Tapi, yang ada di pikirannya saat ini adalah kedua payudara Mita yang tampak menonjol waktu memakai dress mini sebagai seragam Bridesmaid di Butik tadi. Sial!!! Bayangan keindahan tubuh mungil Mita yang mempunyai lekukan di beberapa tempat yang sangat tepat membuat laki-laki itu berfantasi dengan otak mesumnya.

“Kakak?” seru Melissa.

Kali ini Riko benar-benar tertarik ke alam sadar yang sesungguhnya. Suara dengan intonasi berbeda. Riko jelas mengenal baik suara adik mungil yang selalu manja kepadanya.

“Ya,” sahut Riko.

“Kakak mau pelukin Mita sampai kapan? Sampai Ayah dan Bunda pulang? Trus biar di nikahin sekalian? Iya?” tanya Melissa beruntun.

Riko mengalihkan tatapannya kepada gadis yang berada di dalam pelukannya itu. Ia tertegun melihat wajah malu-malu itu tersenyum manis di mata Riko.

“Ehm, s-sorry,” cicit Riko dengan wajah memerah.

Riko melonggarkan pelukannya. Dan memastikan gadis yang terbebas dari rengkuhannya itu berdiri dengan benar.

“K-kamu nggak apa-apa kan? Gak ada yang sakit kan?” tanya Riko tiba-tiba .

Pertanyaan  spontan Riko membuat gadis itu tersenyum malu-malu. Gadis itu menggeleng.

“Terima kasih Kakak nolongin aku tadi. Kalau enggak pasti tadi aku jatuh,” ucap Mita tulus.

“Ah ,,, itu. Ehm, nggak apa-apa. Sudah sewajarnya aku nolongin kamu. Bener kamu nggak ada yang luka,” sahut Riko sedikit gugup.

“E-eng-Enggak apa-apa kok Kak,” ucap gadis itu lagi.

Sedangkan gadis yang berada di teras itu melongo. Ia bingung dengan situasi kedua orang yang baru saja berpelukan mesra di depan matanya itu.

“Ayo masuk!” ajak Riko.

Mita meneguk ludah. Ia tampak salah tingkah saat mendapati Riko meraih tangannya. Ada perasaan aneh yang seketika memenuhi relung hatinya.

Debaran di dadanya pun semakin riuh dan menggebu-gebu. Tak lain halnya dengan Riko. Laki-laki itu merasakan perasaan yang sama.

“Eh, ada adik Kakak yang paling cantik di sini,” celetuk Riko.

Ucapan Riko barusan membuat Melissa membelalakkan matanya tak percaya. Glek ,,,

Aku di sini dari tadi, tapi Kakak baru sadar kalau ada aku

Ada yang tidak beres

Atau jangan-jangan

Nggak mungkin, Mita nggak mungkin suka Kak Riko

Dan Kak Riko nggak mungkin suka sama Mita

Tapi ...

Siapa yang tahu kalau ternyata keduanya...

“Kok melamun sih, Dek? Ada apa?” Tanya Riko.

“Kakak suka dengan Mita?” Celetuk Melissa.

Entah dari banyaknya pertanyaan yang ada di otak cantiknya, pertanyaan itu yang begitu saja ia tanyakan.

Riko tertegun. Mendapati pertanyaan seperti itu membuatnya salah tingkah. Dan itu tertangkap jelas oleh Melissa. Membuat gadis itu semakin memicingkan matanya.

“A-apaan sih Dek. Kamu itu ada-ada saja,” Jawab Riko kaku.

Tanpa Riko sadari, jawaban yang laki-laki itu ucapkan menggores hati gadis di sampingnya. Gadis yang tangannya berada dalam genggaman Riko.

“Trus itu apa?” Melissa menunjuk ke arah kedua tangan yang saling bertaut dengan dagu.

Dengan gerakan cepat ia menatap tangannya yang menggenggam lembut gadis di sampingnya ini.

Glek ...

K-kenapa rasanya kayak tepat banget ya?

I-ini bukan...

Arghhhh

Riko menatap lembut kedua bola mata bening yang kini juga menatapnya. Tatapan itu membuat senyum malu-malu Mita terbit tanpa bisa di kendalikan.

“M-maaf ya. Kakak nggak sengaja tadi. Kakak takut kamu tergelincir lagi. Jadi Kakak gandeng kamu masuk ke rumah,” Ucap Riko gugup.

Pernyataan Riko barusan membuat Mita menjadi tersipu. Tanpa sadar semburat merah jambu menghiasi kedua pipinya  yang putih mulus. Membuatnya semakin terlihat cantik. Dan tentu saja membuat laki-laki di hadapannya ini terpesona untuk ke sekian kali.

Kenapa dia yang kayak gini bisa bikin aku bernafsu?

Pasti otak aku udah konslet

Ini gara-gara aku kelamaan jomblo kali ya

Perlahan Riko melonggarkan genggaman tangannya. Membuat hati Mita mencelos tak rela. Tangan keduanya terurai.

Melissa menatap keduanya dengan mata memicing. Gadis itu merasakan aura yang tidak lazim pada Kakak dan sahabat baiknya itu. Dengan gerakan cepat,  Melissa menghampiri Mita. Menarik gadis itu untuk masuk ke rumah. Dan masuk ke dalam kamarnya untuk mulai menginterogasi layaknya tersangka.

Sedangkan Riko menatap punggung gadis mungil itu dengan senyum penuh arti.

Tanpa basa-basi Melissa langsung mengunci kamar dan mulai menginterogasi sahabatnya itu.

“Lo beneran suka sama Kakak gue?” Cecar Melissa.

Mita memutar bola mata malas. “Nggak!” Jawabnya singkat.

“Tapi yang gue lihat sebaliknya,” Ucap Melissa tak terima.

“Serah Lo deh! Gue nggak mau ngabisin tenaga buat ngeladenin pertanyaan konyol itu,” Cetus Mita.

Mita menjawab seadanya karena ia sendiri belum pasti dengan perasaannya saat ini.

“Pake nggak mau ngaku lagi. Apaan tadi udah peluk-pelukan. Lo udah udah jadian ya? Kapan? Kok gue nggak tahu? Lo nggak takut Kakak gue terlalu tua ?” Tanya Melissa beruntun.

“Please deh Mel. Lo jangan mengada-ada,” Pinta Mita.

“Kayak yang gue percaya aja,” Balas Melissa dengan mata memicing.

Mita memijit pelipisnya yang terasa pening. Pasalnya sahabat bawelnya ini mengajak berdebat hanya karena Riko.

Mita sendiri heran dengan perasaannya saat ini. Tapi ia tak mau berharap terlalu banyak. Bisa jadi debaran itu sama artinya seperti yang pernah ia rasakan untuk Kakak kelasnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status