Tiba-tiba Alvin langsung bangun, dan dalam hitungan detik kini ia sudah berada di atas tubuh Kim.
Selamat buat Kim yang sudah membangunkan macan yang sedang tidur.
"Udah bangun sejak kapan?" tanya Kim kaget.
"Sejak kamu muji-muji saya, dan habis itu kamu bilang saya nyebelin. Apa itu Kimmy? Kamu ngasih saya angin syurga, habis itu kamu lempar ke neraka, gitu?"
Denger, kan? Dengar, kan? Sebenarnya Alvin itu cerewet banget, tampangnya aja yang diam-diam bae. Sok polos.
"Saya mah bicara yang kenyataan, bohong kan, dosa," ujar Kim sambil tertawa yang sangat-sangat terpaksa. Tapi sebenarnya, jantungnya sudah berasa mau copot. Soalnya Alvin masih dalam posisi menindihnya. Posisi yang membuatnya merasa panas dingin.
"Jadi?"
"Jadi, bisa nggak Kakak minggir dulu, berat, aku jadi nggak bisa nafas," ujar Kim sambil mendorong badannya Alvin, bukannya terlepas, tapi ia malah semakin mengunci Kim di bawah tubuhnya.
"Nggak bisa nafas? Memangn
"Kim," sapa seseorang menghampiri, tapi lebih tepatnya, dua orang."Loh, kalian berdua kok ada di sini? Bukannya masih kemah," tanya Kim pada dua orang gadis yang menghampirinya. Siapa lagi kalau bukan Jeje sama Hani."Iya, ini kita. Nggak lupa, kan?" tanya Hani dengan tampang oon nya."Belanja?""Bukan, tapi habis nyari buku. Padahal kita baru aja nyampe, badan masih pegel-pegel, eh, tiba-tiba si Hani malah ngingetin tugas dari Pak Alvin," dengus Jeje menjelaskan."Tugas?""Lo lupa, Pak Alvin kan minta kita buat bawa buku berbahasa inggris yang berhubungan dengan alam," jelas Hani langsung duduk di kursi yang ada di samping Kim tanpa permisi."Aduh, gue lupa," ujar Kim sambil menepuk jidatnya sendiri."Trus, Tante ini siapa?" tanya Jeje sambil melirik ke arah Mila yang ada duduk di sebelah Kim."Oh, kenalin, ini Mamanya Pak Alvin," jawab Kim memperkenalkan mertuanya."Oo .., Mama mertua," ujar
"Akan apa?" tantang Kim."Kim, kita itu cuma berdua di sini. Bisa saja terjadi hal-hal yang tidak di inginkan. Kamu nggak takut?" tanya Alvin sambil duduk di kursi dengan santai.Hal-hal yang tidak diinginkan? Ooh, pikirannya benar-benar mesum."Ya, aku bakalan--""Teriak maksud kamu," sambung Alvin. "Teriak sampe suara kamu ilang pun, nggak akan kedengeran keluar, Kim," ingatkan Alvin.Jujur, pemikiran Kim sudah ngacir kemana-mana."Hehehe, maaf deh, Kak, tadi kan cuma becanda. Nggak lagi-lagi," ujar Kim duduk disamping Alvin dengan tampang sok memelas.Alvin merangkul pundak Kim."Memangnya apa yang kamu pikirkan waktu aku bilang mau apa-apain kamu, hah?" Tanya Alvin menatap Kim.Ning..nong..ning..Kim langsung bengong. Tapi, nggak mungkin juga ia bilang kalau sebenarnya dirinya berpikiran kalau Alvin akan, mm, bakalan itu."Memikirkan hal jorok ya?" tuduh Alvin, dan tepatnya l
Kim merasa nafasnya akan berhenti saat itu juga. Ia sedang tercyduck untuk kedua kalinya.Saat mengarahkan pandangan ke asal sumber suara, mereka berdua kaget, dan langsung menjaga jarak satu sama lain."Kalian sedang apa?" tanya Alvin.Ternyata, mereka berdua dipergoki oleh Dylan, Hani, dan Jeje."Anu, maaf, Pak. Kita cuma--""Cuma apa? Kalian kurang kerjaan, sampai harus menguping di depan pintu." Alvin langsung mengomeli mereka bertiga."Kita nggak nguping kok, Pak. Kita cuma ngikutin Kim, takut terjadi sesuatu," terang Dylan. "Dan ternyata emang terjadi sesuatu, kan," jelas Dylan melambatkan suaranya, tapi masih bisa didengar.Sebenarnya Kim merasa sangat malu karna ketahuan ciuman. Eh ralat, bukan ciuman, maksudnya, nggak sengaja ciuman. Tapi ngeliat tampang pucatnya ni orang bertiga, malah jadi lucu, bikin ngakak. Udah habis berapa kantong tu darah mereka dihisap sama Alvin, sampai pucat begitu. Eits, tapi Alvin bukan vampir loh
"Kyaaaa!!!"Kim berteriak histeris kaget saat penampakan itu menyilaukan matanya. Pun dengan Alvin yang segera melilitkan handuk ke pinggangnya."Omaigat! Mata gue udah nggak suci lagi," umpat Kim langsung kabur dari hadapan Alvin, keluar dari kamar menuju lantai bawah.Ia segera mengambil air mineral di lemari es, dan duduk diam di sofa dengan tatapan aneh."Oke, Kimmy, tenang, lo nggak ngeliat apa-apa," gumam Kim menenangkan hatinya. "Tenang, rileks, dan, huaaa.., gue ngeliat semuanya," jeritnya lagi merutuki."Kamu kenapa?" tanya Alvin yang tiba-tiba saja sudah berdiri di hadapan Kim dengan stelan kantor.Melihat wajah Alvin, membuatnya teringat kejadian barusan. Penampakan itu belum hilang dari memory otaknya."Masih nanya kenapa. Mata aku udah nggak suci lagi, nih," kesal Kim tak terima."Ck, harus dibiasakan," jawabnya simple and perfect.Harus dibiasakan? Oh, ayolah, apa yang dia
Mendengar teriakan itu, Dita dan kedua temannya langsung menghentikan aksinya."Andi," gumam Dita saat aksinya di pergoki oleh Andi. "Gue cuman--""Diam!" Bentak Andi pada Dita. "Kalian bertiga udah keterlaluan. Gue bakalan ngasih tau Alvin masalah ini," ancamnya."Gue mohon jangan, Ndi. Gue cuman main-main doang, kok," elaknya tak tau diri.'Enak banget tu mulut, udah nyiksa gue kayak gini, dengan entengnya dia bilang cuman main-main,' batin Kim mengumpat."Gue nggak mau denger apapun penjelasan lo, dan silahkan pergi!" Usir Andi."Tapi, Ndi--""Pergi, atau gue panggil Alvin sekarang juga," ancam Alvin karena Dita dan kedua temannya masih tak beranjak.Akhirnya Dita dan kedua temannya itu segera berlalu pergi."Kim, kamu nggak kenapa-kenapa, kan? Aku panggil Alvin bentar, ya," ujar Andi hendak menemui Alvin."Kak, jangan," pinta Kim."Kenapa?""Aku nggak mau masalah ini tamb
Setelah mendengar semua penjelasan Andi, Kim segera pulang ke rumah. Kelamaan di luar, nanti Alvin malah curiga."Rasanya pikiran gue udah plong, enggak ada beban," gumamnya sambil rebahan di atas kasur setelah mandi.Baru aja ia memejamkan mata, tiba-tiba terdengar suara deru mobil."Ck, baru aja gue mau bobok cantik, ada aja yang gangguin," dengusnya langsung bangun dan berjalan keluar dari kamar menuju lantai bawah."Loh, Kakak. Kok pulang cepet?" tanya Kim pada Alvin yang baru dateng dengan wajah capeknya itu. Orang ganteng mah, di saat capek pun tetep ganteng."Nggak seneng aku pulang cepet?" tanyanya langsung duduk di sofa sambil senderan."Bukannya enggak seneng, cuma heran aja.""Nggak ada kerjaan yang penting di kantor, jadi pulang cepet. Rasanya badanku capek banget, pingin istirahat," jelasnya dengan kedua matanya yang terpejam."Kakak sakit?" tanya Kim, tapi tak ada jawaban darinya.
Setelah mendengar semua penjelasan Andi, Kim segera pulang ke rumah. Kelamaan di luar, nanti Alvin malah curiga."Rasanya pikiran gue udah plong, enggak ada beban," gumamnya sambil rebahan di atas kasur setelah mandi.Baru aja ia memejamkan mata, tiba-tiba terdengar suara deru mobil."Ck, baru aja gue mau bobok cantik, ada aja yang gangguin," dengusnya langsung bangun dan berjalan keluar dari kamar menuju lantai bawah."Loh, Kakak. Kok pulang cepet?" tanya Kim pada Alvin yang baru dateng dengan wajah capeknya itu. Orang ganteng mah, di saat capek pun tetep ganteng."Nggak seneng aku pulang cepet?" tanyanya langsung duduk di sofa sambil senderan."Bukannya enggak seneng, cuma heran aja.""Nggak ada kerjaan yang penting di kantor, jadi pulang cepet. Rasanya badanku capek banget, pingin istirahat," jelasnya dengan kedua matanya yang terpejam."Kakak sakit?" tanya Kim, tapi tak ada jawaban darinya.
Alvin sampai di kantor dan segera memasuki ruangannya dengan Restu yang sudah ada di sana."Akhirnya lo datang juga. Gimana?" tanya Restu."Gimana apanya?" Alvin malah nanya balik."Udah bikin ponakan buat gue, belum?""Eh, gue balik ke sini cuma buat tanda tangan, bukan mau ngebahas pembuatan anak. Paham!" jelas Alvin kesal."Ya gue pikir tadi lo lagi sibuk itu---bikin anak.""Dasar otak mesum," dengus Alvin."Nih, lo tanda tanganin," pinta Restu sambil menyodorkan sebuah map biru, yang langsung di tanda tangani Alvin. "Terus, berkas yang mau gue pelajarin itu mana? Besok gue malah begong pas meeting kalau nggak paham.""Omaigat, ketinggalan di rumah!""Ya elah, lo gimana, sih. Makanya jangan cuma sibuk bikin an--"Belum sempat Restu menyudahi perkataannya, sebuah buku sudah terlebih dahulu mendarat di kepalanya."Ngomong lagi, gu bunuh lo!" Ancam Alvin."Sadis!"Alvin segera me