Jam 17:30 Hani, Jeje sama Dylan sudah datang. Sementara teman-temannya Alvin, cuma Restu yang baru datang, dan saat ini dia lagi main PS bareng Dylan. Serasi banget mereka berdua.
"Kita ke halaman belakang yok," ajak Kim sama Jeje dan Hani
"Oke."
"Pak Alvin dimana?" tanya Hani
"Tidur."
"Tidur? Kok tumben?" heran Jeje , karna seorang Alvin yang menghargai waktu itu masa tidur-tiduran jam segini.
"Tadi habis minum obat, jadi ketiduran," jelas Kim.
"Non, kue kemaren gimana?" tanya Bibik menghampiri Kim.
"Ya ampun, aku lupa, Bik, harusnya semalem buat bikin surprise Kak Alvin. Tapi nggak jadi gara-gara kita malah--"
"Malah?"
Hani, Jeje, dan Bibik seolah menunggu kelanjutan perkataan Kim.
"Malah aku kesal padanya karena nggak menghargai hadiah itu. Jadinya ya tu kue gagal ku kasih," jelas Kim yang jelas-jelas berbohong.
"Kirain."
"Ya udah, Bibik potong aja, trus tarok di meja aja ya,
"Lo sama Pak Alvin udah lakuin itu, kan?" tanya Dylan yang lebih tepat disebut pernyataan."Itu apa, sih?" Hani tambah penasaran."Lo sama Pak Alvin udah lakuin ena-ena, kan," jelas Dylan serinci mungkin."Mulut lo jorok banget, sih, Dylan," omel Jeje sambil menyentil mulutnya Dylan."Ampun dah, bibir seksi gue yang jadi korban,'' umpat Dylan sambil memegangi bibirnya."Dylan, lo ngomong apaan, sih. Siapa yang bilang gitu, hah?'' tanya Kim."Kak Restu, barusan," jawab Dylan"Bohong dia itu," elak Kim.Yang melakukan itu hanya dirinya dan Alvin, tapi yang heboh malah sekampung."Iya, Kak Restu kan otaknya agak rada-rada jorok kayak elu," ujar Hani"Enak aja lo bilang otak gue jorok, bersih nih," berengut Dylan tak terima."Eh, betewe itu pinggang lo yang memar tadi udah di obatin?" tanya Jeje seolah tak mempermasalahkan info yang dibawa oleh Restu."Belum," jawabnya. "dan jangan kasih tahu Kak A
Hari minggu adalah hari liburan. Tapi enggak bagi Kim, karna apa? Karna ia dipaksa sama Alvin untuk belajar. Harusnya saat ini ia lagi shooping-shopping chantik bareng Jeje sama Hani, eh ini malah terkurung bersama Alvin dengan buku-buku yang bikin otaknya nyaris rontok."Kak, nggak ke kantor?" tanya Kim saat lagi belajar."Sekarang minggu, Kim," jawabnya masih fokus natap laptopnya,Kim merasa saat ini tu laptop lebih cantik dari dirinya. Buktinya, Alvin tak pernah berpaling dari tu benda."Biasanya hari minggu juga ke kantor.""Nggak ada yang penting juga ngapain ke kantor. Emang kenapa sih?""Enggak," elak Kim.Sebenarnya ia capek diawasin terus oleh Alvin. Bayangin aja, ia cuma berhenti melihat buku cuma saat makan, sama ke WC doang, ditambah lagi ponselnya ikut disita."Kak, udahan ya belajarnya, capek," rengek Kim.Dari pagi sampai sore ia cuma melihat tulisan di buku, sampai-sampai saat melihat wajahnya Alvi
"Pusing, mual? Apa jangan-jangan Kimmy ....""Udah deh Dylan, jangan mikir yang enggak-enggak," timpal Jeje langsung."Ya, kan gue cuman nebak doang. Siapa tahu tebakan gue benar," ungkap Dylan.Sesaat kemudian, Kim kembali ke dalam kelas menghampiri ketiga sahabatnya."Gimana?""Udah nggak apa-apa," jawabnya.''Kim, harusnya tadi Lo nggak usah ke Sekolah. Lagian kita juga nggak belajar apa-apa. Gue ijinin sama Guru piket ya, biar lo bisa pulang dan istirahat," jelas Jeje yang terlihat khawatir."Enggak, gue males di rumah," tolak Kim.Mendapat jawaban seperti itu dari Kim, apalagi yang akan mereka bertiga lakukan. Biasanya yang cuma bisa memaksanya hanya Alvin.Wajahnya terlihat pucat, dan lemas. Di ajak makan ke kantin pun ia nggak mau. Saat semua siswa sudah diperbolehkan pulang, saat itulah mereka bertiga bisa bernapas lega. Karena Kim bisa pulang dan istirahat."Guys, jadi jalan kan?" tanya Kim."Kim,
Jam 20:00 saat Kim lagi tiduran, tiba-tina ada yang masuk ke kamar. Awalnya ia pikir siapa? Ternyata orang tuanya lah yang datang."Kimmy, kamu kenapa sih, Sayang," tanya Jessica menghampiri putrinya yang sedang istirahat.Mendengar Mamanya bicara, brasa melihat bayangannya Hani. Lebay-nya mereka berdua memang mirip."Aku nggak apa-apa kok, Ma. Cuma asam lambung ku kambuh nih, dari kemaren," ujar Kim. "Btw kok Mama Papa ada di sini?" tanya Kim."Bibik yang nelepon tadi," jawab Jessica."Kita ke dokter ya?" ajak William."Aku nggak mau," jawabnya singkat padet jelas. Karna apa? Pasti itu akan berurusan sama jarum suntik.Untung saja itu Alvin lagi nggak di rumah, kalaunggak ia pasti sudah diseret-seret ke rumah sakit."Gimana sih kamu Kim. Kapan sembuhnya kalau gini." ini si Papa malah ngomelin anaknya yang lagi sakit.''Bentar-bentar. Aku mual lagi ini," ujar Kim bangun dari tidurnya sambil menutup mulut pake
"Dari gejala yang Kimmy bilang barusan, bisa aku pastiin kalau....""Maaf dokter, ada pasien yang harus segera ditangani," ujar seorang suster yang tiba-tiba datang dan memotong pembicaraan Alvin dan juga Kim."Sekarang?""Iya, dok," jawabnya"Lah, ini gimana ceritanya?" kesal Alvin Andi yang merasa saat ini berasa digantung di pohon toge."Sorry ya, lagi urgent nih. Ntar gue lanjutin atau enggak kalian bisa temui dr. Anita. Dia bisa bantu, kok," jelasnya sambil berlalu pergi meninggalkan keduanya."Sialan banget tu orang," gerutu Alvin."Ish, aku kira Kakak nggak bisa mengumpat," ucap Kim."Tergantung situasi, dan sekarang situasinya mendukung banget," balas Alvin masih dengan tampang kesalnya."Trus gimana ini, kita pulang aja yuk, capek nih," keluh Kim pada Alvin."Enak aja pulang. Bentar, kamu disini dulu. Aku mau cari dr Anita yang di maksud Andi barusan," ujar Alvin berlalu pergi."Giman
Alvin yang kesal dengan penjelasan Kimmy berusaha menenangkan dirinya. Kalau masih tetap berada di sana, ia tak yakin bisa menahan emosinya. Daripada tindakan itu terjadi, lebih baik menghindarinya.Alvin menelepon seseorang..."Lo dimana?""Baru nyampe rumah.""Gue kesana sekarang,""Oke.""Hoho, lihatlah pangeran es kita yang tampan ini, sebentar lagi akan menjadi seorang ayah, Alvin junior akan lahir," heboh Andi saat Alvin baru saja sampai di rumahnya, dan kebetulan ada Fikri dan juga Restu di sana."Serius?" tanya Restu tak percaya"Gue kira lo benar-benar bisa tahan godaan. Tapi ternyata lo masih laki-laki normal," ledek Fikri"Tapi tunggu, harusnya lo seneng dong dengan berita ini, tapi kenapa....""Karena pada kenyataannya, Kim nggak bisa Nerima ini semua," jelas Alvin sambil meneguk minuman kaleng hingg
"Kim!!!" teriak beberapa orang yang tiba-tiba masuk dan memeluknya satu persatu, membuat tampang Alvin udah jutek abiz.. "Selamat ya," ucap mereka satu persatu. "Iya, makasih, Kak," ucapnya. Yap, ternyata yang datang dan memberondong masuk adalah teman-temannya Alvin. Ada Ricky, Fikri, Restu dan Andi. "Ehem," dehem Alvin, yang merasa di abaikan saja oleh teman-temannya. "Oh, pangeran Alvin, kita lupa ngucapin selamat." Restu bersiap hendak memeluk Alvin. "Nggak usah pake peluk-peluk, jijik gue," tolaknya saat hendak diberi pelukan gratis oleh Restu. "Kak, sehat?" tanya Kim pada Restu "Sehatlah. Sehat banget malahan," jawab Restu percaya diri Sehat aja tingkah Restu sudah seperti itu, apalagi kalau nggak sehat, gimana jadinya ya. "Awalnya gue nggak nyangka loh kalau Kimmy bisa hamil," ujar Fikri membuka pembicaraan. "Aku cewek normal loh, Kak," dengus Kim. "Bukan gitu, kita nyangkanya kamu
Seisi kelas yang tadinya heboh mencerca dan menjelek-jelekkan Kim, tiba-tiba terhenti seketika. Saat Alvin tiba-tiba menampar Karin."Dengar! Jangan pernah kamu nyakitin ataupun menyentuh Kim sedikitpun lagi," bentaknya ke arah Karin. ''Dan buat kalian semua, jangan ada yang membicarakan ini lagi, kalau nggak mau berurusan dengan saya," ancam Alvin pada Karin dan seisi kelas.Tentu saja, itu merupakan hal pertama bagi mereka saat melihat Alvin yang sedang emosi. Bahkan saking takutnya, tak ada satupun yang berkomentar.Setelah menampar Karin, ia segera menghampiri Kim yang sedang menahan sakit."Kok Bapak nampar saya, dan malah ngebelain cewek murahan ini. Oo, pasti Bapak sudah termakan rayuan dia, iya kan Pak?" tambah Karin lagi tak terima karna ditampar oleh Alvin"Kamu benar mau main-main dengan ucapan saya barusan?" Sekali lagi Alvin hendak memberikan tamparan pada Karin.Kemarahan Alvin pada ucapan y