"Pusing, mual? Apa jangan-jangan Kimmy ...."
"Udah deh Dylan, jangan mikir yang enggak-enggak," timpal Jeje langsung.
"Ya, kan gue cuman nebak doang. Siapa tahu tebakan gue benar," ungkap Dylan.
Sesaat kemudian, Kim kembali ke dalam kelas menghampiri ketiga sahabatnya.
"Gimana?"
"Udah nggak apa-apa," jawabnya.
''Kim, harusnya tadi Lo nggak usah ke Sekolah. Lagian kita juga nggak belajar apa-apa. Gue ijinin sama Guru piket ya, biar lo bisa pulang dan istirahat," jelas Jeje yang terlihat khawatir.
"Enggak, gue males di rumah," tolak Kim.
Mendapat jawaban seperti itu dari Kim, apalagi yang akan mereka bertiga lakukan. Biasanya yang cuma bisa memaksanya hanya Alvin.
Wajahnya terlihat pucat, dan lemas. Di ajak makan ke kantin pun ia nggak mau. Saat semua siswa sudah diperbolehkan pulang, saat itulah mereka bertiga bisa bernapas lega. Karena Kim bisa pulang dan istirahat.
"Guys, jadi jalan kan?" tanya Kim.
"Kim,
Jam 20:00 saat Kim lagi tiduran, tiba-tina ada yang masuk ke kamar. Awalnya ia pikir siapa? Ternyata orang tuanya lah yang datang."Kimmy, kamu kenapa sih, Sayang," tanya Jessica menghampiri putrinya yang sedang istirahat.Mendengar Mamanya bicara, brasa melihat bayangannya Hani. Lebay-nya mereka berdua memang mirip."Aku nggak apa-apa kok, Ma. Cuma asam lambung ku kambuh nih, dari kemaren," ujar Kim. "Btw kok Mama Papa ada di sini?" tanya Kim."Bibik yang nelepon tadi," jawab Jessica."Kita ke dokter ya?" ajak William."Aku nggak mau," jawabnya singkat padet jelas. Karna apa? Pasti itu akan berurusan sama jarum suntik.Untung saja itu Alvin lagi nggak di rumah, kalaunggak ia pasti sudah diseret-seret ke rumah sakit."Gimana sih kamu Kim. Kapan sembuhnya kalau gini." ini si Papa malah ngomelin anaknya yang lagi sakit.''Bentar-bentar. Aku mual lagi ini," ujar Kim bangun dari tidurnya sambil menutup mulut pake
"Dari gejala yang Kimmy bilang barusan, bisa aku pastiin kalau....""Maaf dokter, ada pasien yang harus segera ditangani," ujar seorang suster yang tiba-tiba datang dan memotong pembicaraan Alvin dan juga Kim."Sekarang?""Iya, dok," jawabnya"Lah, ini gimana ceritanya?" kesal Alvin Andi yang merasa saat ini berasa digantung di pohon toge."Sorry ya, lagi urgent nih. Ntar gue lanjutin atau enggak kalian bisa temui dr. Anita. Dia bisa bantu, kok," jelasnya sambil berlalu pergi meninggalkan keduanya."Sialan banget tu orang," gerutu Alvin."Ish, aku kira Kakak nggak bisa mengumpat," ucap Kim."Tergantung situasi, dan sekarang situasinya mendukung banget," balas Alvin masih dengan tampang kesalnya."Trus gimana ini, kita pulang aja yuk, capek nih," keluh Kim pada Alvin."Enak aja pulang. Bentar, kamu disini dulu. Aku mau cari dr Anita yang di maksud Andi barusan," ujar Alvin berlalu pergi."Giman
Alvin yang kesal dengan penjelasan Kimmy berusaha menenangkan dirinya. Kalau masih tetap berada di sana, ia tak yakin bisa menahan emosinya. Daripada tindakan itu terjadi, lebih baik menghindarinya.Alvin menelepon seseorang..."Lo dimana?""Baru nyampe rumah.""Gue kesana sekarang,""Oke.""Hoho, lihatlah pangeran es kita yang tampan ini, sebentar lagi akan menjadi seorang ayah, Alvin junior akan lahir," heboh Andi saat Alvin baru saja sampai di rumahnya, dan kebetulan ada Fikri dan juga Restu di sana."Serius?" tanya Restu tak percaya"Gue kira lo benar-benar bisa tahan godaan. Tapi ternyata lo masih laki-laki normal," ledek Fikri"Tapi tunggu, harusnya lo seneng dong dengan berita ini, tapi kenapa....""Karena pada kenyataannya, Kim nggak bisa Nerima ini semua," jelas Alvin sambil meneguk minuman kaleng hingg
"Kim!!!" teriak beberapa orang yang tiba-tiba masuk dan memeluknya satu persatu, membuat tampang Alvin udah jutek abiz.. "Selamat ya," ucap mereka satu persatu. "Iya, makasih, Kak," ucapnya. Yap, ternyata yang datang dan memberondong masuk adalah teman-temannya Alvin. Ada Ricky, Fikri, Restu dan Andi. "Ehem," dehem Alvin, yang merasa di abaikan saja oleh teman-temannya. "Oh, pangeran Alvin, kita lupa ngucapin selamat." Restu bersiap hendak memeluk Alvin. "Nggak usah pake peluk-peluk, jijik gue," tolaknya saat hendak diberi pelukan gratis oleh Restu. "Kak, sehat?" tanya Kim pada Restu "Sehatlah. Sehat banget malahan," jawab Restu percaya diri Sehat aja tingkah Restu sudah seperti itu, apalagi kalau nggak sehat, gimana jadinya ya. "Awalnya gue nggak nyangka loh kalau Kimmy bisa hamil," ujar Fikri membuka pembicaraan. "Aku cewek normal loh, Kak," dengus Kim. "Bukan gitu, kita nyangkanya kamu
Seisi kelas yang tadinya heboh mencerca dan menjelek-jelekkan Kim, tiba-tiba terhenti seketika. Saat Alvin tiba-tiba menampar Karin."Dengar! Jangan pernah kamu nyakitin ataupun menyentuh Kim sedikitpun lagi," bentaknya ke arah Karin. ''Dan buat kalian semua, jangan ada yang membicarakan ini lagi, kalau nggak mau berurusan dengan saya," ancam Alvin pada Karin dan seisi kelas.Tentu saja, itu merupakan hal pertama bagi mereka saat melihat Alvin yang sedang emosi. Bahkan saking takutnya, tak ada satupun yang berkomentar.Setelah menampar Karin, ia segera menghampiri Kim yang sedang menahan sakit."Kok Bapak nampar saya, dan malah ngebelain cewek murahan ini. Oo, pasti Bapak sudah termakan rayuan dia, iya kan Pak?" tambah Karin lagi tak terima karna ditampar oleh Alvin"Kamu benar mau main-main dengan ucapan saya barusan?" Sekali lagi Alvin hendak memberikan tamparan pada Karin.Kemarahan Alvin pada ucapan y
Pagi ini, dokter Anita datang ke ruangan Kim untuk memeriksa keadaannya. Sementara Alvin, ia masih tidur di sofa. Melihatnya tidur seperti itu, tentu saja membuat Kim merasa tak tega. "Dokter, apa aku udah di bolehin pulang hari ini?" tanya Kim. "Kamu harus istirahat dulu di sini, Kim." "Aku bisa lanjut istirahat di rumah kan dok, lagian ini aku juga udah nggak kenapa-kenapa, cuma pemulihan doang." "Iya, sih, tapi...." "Plisss, aku bakalan istirahat di rumah, dan nggak bakal ngapa-ngapain, suerr. Asalkan aku bisa pulang hari ini," pintanya memohon "Sebenarnya ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba kekeuh minta pulang?" tanya Anita. "Aku nggak tega, kalau dia harus nemenin aku terus di sini.Semua pekerjaannya bakal terbengkalai dan menumpuk. Kalau aku berada di rumah, ada Bibik dan yang lain bakal nemenin," jelas Kim pada Anita. "Alvin?" "Hmm ...," angguk Kim. "Hanya itu alasan kamu?" "Ya, dia sanga
"Maaf," ujar seseorang yang tiba² masuk dari pintu depan, membuat semua pandangan seisi aula mengarah padanya."Kim," gumam Alvin saat mendapati Kim lah yang berdiri di sana.Ia masuk dan menghampiri Alvin yang saat itu masih berdiri di depan semua orang."Apa yang mau kamu lakukan disini, kamu masih belum pulih."Tapi, Kim seolah tak menghiraukan perkataan Alvin. Ia seolah sedang mengatur kalimat yang akan ia ucapkan dihadapan semua orang."Semuanya, maaf atas kesalahan yang aku lakuin," ucapnya memulai."Aku akuin kalau kemaren itu aku emang lagi hamil, dan memang benar kalau itu adalah anaknya Pak Alvin, tapi, bukan di luar nikah. Kita berdua udah nikah empat bulan yang lalu," jelas Kim takut-takut tak berani memandang ke arah semua orang. Alvin yang yang saat itu berada disampingnya, tiba-tiba menggenggam tangannya, seolah memintanya agar lebih berani.Gimana ia nggak takut, ini posisinya lagi bicara di hadapan orang satu sek
Alvin baru selesai mandi, dan menghampiri Kim yang saat itu sedang menonton televisi di ruang keluarga."Kim," panggil Alvin sambil duduk di sampingnya."Apa sih, kak?" tanya Kim tapi pandangannya masih berfokus ke layar televisi."Ngapain?""Lah, Kakak gimana sih, kan bisa lihat kalau aku lagi nonton," balas Kim sambil menunjuk ke arah televisi."Jangan nonton yang ginian lagi, mending kamu baca buku," pinta Alvin."Kan aku udah selesai ujian, Kak.""Apa belajar itu harus nunggu saat ada ujian dulu, nggak kan?Dan apa kamu yakin pasti Lulus?Aku nggak mau loh, kalau kamu sampe nggak lulus," jelas AlvinKim menarik nafasnya panjang, saat mendengar Omelan Alvin."Iya iya, Bapak Alvin yang bawel," balasnya."Maaf, Den." Tiba-tiba Bibik datang menghampiri."Iya, Bik, ada apa?""Begini Den, Bibik mau minta ijin mau pulang kampung, soalnya anak Bibik udah kangen katanya," jelas Bibik meminta