Enjoy!
-----Pupil Liora melebar, tetapi kemudian ia cepat-cepat memalingkan pandangan ke tempat jatuhnya cahaya bulan di atas laut. Napas Liora menderu akibat perkataan Gavriel yang membuka luka lamanya.
“Vierra adalah anak kandung Rose, bukan? Wanita yang mengaku sahabatmu, tetapi melukaimu,” tambah Gavriel.
Seketika itu pula Liora kembali teringat pada momen-momen kritis Rose di dalam ambulans. Bagaimana saat itu Liora tak panik? Sahabat satu-satunya terkena luka tembak dalam keadaan mengandung delapan bulan. Ada dua nyawa di ambang kematian di hadapannya saat itu.
Namun, Rose pergi lebih dahulu sebelum ambulans sampai di rumah sakit. Ingatan turut membawa Liora ketika ia terduduk menangis seorang diri dengan baju dan tangan yang bersimbah darah di depan ruang operasi. Vierra terpaksa harus lahir prematur secara caesar.
“Ia tak bermaksud melukaiku. Terlebih Vierra hanya bayi tak berdosa.”
<Enjoy!-----Playlist Suggest: Love Is A Bitch-Two FeetTubuh Liora tersentak halus kala menyadari Gavriel baru saja membawanya dalam gendongan. Kedua tangan Liora segera merengkuh leher Gavriel, begitu pula kedua kakinya, sedang mata sebiru sapphire pria itu terus menali pandangan.Bersama dengan itu, di luar sana hujan turun bersama guntur. Seolah mengepung Liora dan Gavriel untuk tetap berada di bungalow dan saling mengisi ruang rintik di bagian diri terdalam.Liora merasakan betapa tangguhnya pria itu membawa tubuhnya ke luar kamar mandi. Jemari Liora merangkak, menyugar rambut gelap Gavriel yang bergelombang, lalu berhenti mengusap pipi yang terasa sedikit kasar dari rambut-rambut pendek yang tumbuh di sekitar rahang Gavriel. Rasa kasar itu justru menggelitik telapak tangan Liora dan membuat ia tak ingin berhenti mengusap.Semakin mata perak Liora menyusuri wajah sang bos
Apa setiap paragraf di bab ini bisa terisi komen? Kalau iya, bab selanjutnya bakal segera meluncur malam ini.Enjoy!-----Seberkas belaian yang berubah menjadi belaian kasar nan tekun itu merusak dunia Liora di detik itu juga. Liora mendongak, memohon pertolongan pada derasnya hujan di luar sana, karena tubuhnya tersengat hebat. Jemari lentik miliknya mengapai-gapai alas ranjang.Sedang Gavriel terus menyapu sepanjang dan sedalam rasa menakjubkan yang menguasai lidahnya. Aroma mawar merah ini mendidihkan darah, membuat denyutan keras yang menjalari seluruh tubuhnya.“Aku merasakanmu, Cara mia. Aku menikmatimu. Aku menyukaimu,” bisik Gavriel di dalam sana dengan kepalanya yang terasa hendak pecah. Bibirnya merapat, menghisap, mengigit lunak hanya demi ia dapat merasakan Liora sepenuhnya di dalam jiwa, mematrinya di ruas diri.Tubuh Liora gelisah, tetapi genggaman tangan Gavr
Makasi banyak yang udah nyerbu tiap paragraf dengan komen :* Meski beberapa ada yang ilang karena eror system. Sesuai janji, selamat lanjut baca. Lope u! Enjoy!----- Nyawa Gavriel seakan melayang, tetapi bagian terdalamnya terjerat oleh himpitan mawar wanitanya yang mengikat. Diri Gavriel di bawah sana terpenjara dan ia menginginkan terus terpenjara, sehingga ia melesak perlahan dengan penuh tekad dan cinta. “Liora, kau begitu hangat, kau begitu mengikat!” Gavriel menggeram di tengah gulungan rasa nikmat yang sesak. “Gavriel ….” Liora mengigit bibirnya sendiri, merintih rapuh dan bahagia karena diri teristimewa itu menjelajahinya di sana. Memenuhinya yang sempit dan sunyi. Bibir keduanya berseteru keras, mengawali gerak lamban yang perlahan menuntut. Gavriel merengkuh leher dan pinggang Liora. Mata mereka saling berpandangan rekat, sedang diri pria itu di bawah sana terus menghujani Liora oleh
Enjoy!-----“Apakah kau rutin meminum pil pencegah kehamilan?” tanya Gavriel ketika ia sedang membantu Liora membersihkan diri di kamar mandi.“Ya. Maaf aku lupa memberitahukanmu sebelumnya,” tutur Liora merujuk pada Gavriel yang tadi melepaskan diri di perutnya.“It’s ok.” Gavriel mengecup bibir Liora ringan.Setelahnya, tak ada lagi kata yang mengiringi mereka. Usai sama-sama saling membantu membersihkan diri, Liora kembali mengenakan piamanya, sedang Gavriel memakai celana pendek dan memilih membalutkan jubah tidur. Keduanya meninggalkan kamar mandi dengan keadaan segar.Liora melangkah ke baby bassinet Vierra dan mengecek sang anak yang tampaknya begitu pulas tertidur. Liora membelai pipi bulat itu penuh sayang.“Kau pasti sangat kelelahan ya?” Liora tersenyum kecil. “Maafkan Mommy, Sayang. Mommy tak bisa terus melawannya.&
Enjoy!-----Usai bersiap untuk sarapan bersama seluruh keluarga di restoran resort, Liora dan Gavriel masuk ke restoran secara terpisah dan membaur bersama keluarga mereka masing-masing seolah tak pernah terjadi apa pun. Namun, mata Gavriel tak bisa untuk mencuri lirik beberapa kali pada Liora.Gavriel semakin menemukan dirinya kagum pada Liora yang sampai meminjam sedikit ruang dapur restoran demi menyiapkan MPASI untuk Vierra sendiri. Starley mengatakan itu sudah menjadi kebiasaan Liora. Ellena, istri Marco yang tak memiliki kesibukan seperti Liora, setahu Gavriel tak sampai menyiapkan makanan untuk Lucio seorang diri karena sudah terbiasa dengan pelayan.Tak membutuhkan waktu lama, Liora kembali di meja dengan membawa semangkuk kecil strawberry peach multigrain cereal. Liora menghela napas syukur kala ayahnya bersikap biasa. Namun, meski demikian, terkadang sang ayah mengetahui banyak hal dalam keterdiaman dan sikap seolah tak acu
Enjoy!-----“Tidak,” jawab Liora main-main seraya melepas pelukan di leher Gavriel.Namun, sebelum Liora berhasil melewati tubuh berlekuk otot yang hanya mengenakan celana renang pendek itu, Gavriel dengan cepat merengkuh pinggang Liora dan mengembalikan wanita itu ke dalam pelukannya.“Kau berkata ‘tidak’? Ya? Aku akan membuatmu menyesal!” erang Gavriel seraya mengusap-usapkan dagu kasarnya ke lekuk leher Liora dengan gemas.“Gavriel! Aw!” pekik Liora geli.“Katakan lagi kau tidak menginginkannya.” Gavriel mengecupi leher dan meremas bokong wanita itu.“Tidak.” Liora meliukkan tubuh tak tahan oleh gelenyar geli dari rambut kasar di dagu Gavriel dan serbuan kecupan serta remasan itu.“Tidak apa?” Satu tangan Gavriel menurunkan tali bikini di pundak Liora dan kian menunduk, membawa bibirnya merasakan dada Liora yang indah.
Enjoy!-----Terik matahari di siang hari telah menggelincir, mempertemukan atap langit dengan semburat jingga sore. Lukisan warna alam di antara awan itu menjadi bagian pemandangan terbaik Liora saat ini. Hal itu karena berpadukan sesosok pria yang sedang memeluknya saat ini seraya memberi kecupan-kecupan manis di pundak telanjangnya.Liora menoleh datar pada Gavriel yang memberikan lengan keras pria itu sebagai tempat kepalanya bersandar. Gavriel membalas tatapan datarnya dengan ciuman lembut di bibir dan Liora menyambut disertai belaian pada rahang tegas di sana.Usai bercinta tadi, mereka memilih berbaring di ranjang jaring dekat kolam renang. Gavriel menghamparkan bedcover di bagian atas jaring dan menambahkan beberapa bantal.Keduanya berpelukan di balik tubuh telanjang mereka yang tertutupi selimut, menikmati pemandangan air laut yang nyaris mampu mereka jangkau dengan tangan. Beberapa nampan berisi roti, buah tropis, da
Enjoy!-----Gavriel mengenakan celana pendeknya dengan enggan, lalu bathrobe putih membalut tubuh atletis itu sebelum benar-benar meninggalkan Liora di ranjang jaring.Liora terdiam memandangi pintu kaca yang menjadi penghubung ruang kamar. Namun, sampai beberapa menit rupanya Gavriel tak kunjung kembali. Liora akhirnya memutuskan segera beranjak dari ranjang jaring dan mengenakan bathrobe yang sama seperti Gavriel dari fasilitas bungalow.Ia melangkah semakin dekat dengan pintu. Ketika ia telah mencapai pintu berbahan kayu warna cokelat itu, Liora baru dapat mendengar suara seorang pria yang sedang berbicara dengan Gavriel.Napas lega berembus dari mulut Liora. Suara di sana bukanlah milik ayahnya, Dexter.Liora kemudian mendesah kasar. Rasanya ia seakan sedang menjalani hubungan diam-diam di belakang orang tuanya. Semua ini semakin terasa konyol karena ia menyadari bahwa Gavriel dan dirinya