“Leona, jangan menikah.”
“Tenanglah, aku tidak akan berhenti bekerja hanya karena sudah menikah,” balas Atlanta dengan tenang. Tidak terpengaruh sedikitpun dengan larangan yang diberikan.
“Kau boleh menikah dengan seseorang yang berlatar sama denganmu, memiliki pekerjaan yang bisa mengertimu. Tapi jangan menikah dengan orang asing.”
Atlanta tersenyum miring. “Sejak kapan petinggi Hilton ikut mengatur urusan pribadiku? Ini nomor Boss, kenapa kau bisa menggunakannya Valeria?”
“Boss marah besar ketika dia tahu jika kau akan menikah, Leona. Aku di utus olehnya untuk melarangmu. Omong-omong jangan menyalahkan tentang petinggi, kau juga bagian dari petinggi Hilton.”
“Leona sudah mati lima tahun yang lalu. Aku menikah sebagai Atlanta, jadi katakan pada Boss untuk tenang saja. Kau akan tahu ada beberapa keuntungan yang bisa kau dapatkan jika memiliki seseorang di sampingmu.”
“Berhentilah bicara omong kosong. Urusi saja pernikahanmu dan kembali dua Minggu lagi untuk menyelesaikan misi.”
“Baiklah, lagi pula aku tidak akan mengundangmu. Sampai jumpa.” Tanpa menunggu jawaban Valeria, Atlanta memutuskan panggilan mereka secara sepihak.
Atlanta menghela napas melihat desain-desain interior pernikahan yang begitu indah dengan tatapan sendu. “Kenapa harus sesulit ini hanya untuk menikah? Padahal aku hanya ingin mempunyai kehidupan yang layak.”
***
“Aku hanya ingin menikah, kenapa kau terus mengingatiku dengan petinggi Hilton yang harus kita tangkap? Bisakah kau membiarkanku bernapas dengan tenang untuk melaksanakan pernikahan?”
Dylan tidak berhenti mengeluh setiap kali Zunaira memberinya peringatan. Padahal niat Dylan mengajak Zunaira makan siang di kafe bertujuan meminta bantuan Zunaira untuk mencari kontak teman-teman sekolah dulu.
“Hilton adalah organisasi spionase industri terbesar di negara kita. Mereka sudah mencuri banyak rahasia perusahaan. Tentu saja aku tidak akan berhenti memberimu peringatan bukan?”
“Aku tahu mereka sangat jahat. Tapi aku memanggilmu untuk mengundang teman-teman kita dulu, bukan membahas pekerjaan,” keluh Dylan.
“Dylan, kau harus mendengarkanku. Percaya padaku jika—”
“Jika apa?” potong Dylan cepat. “Sudah berapa lama kau mengenal Atlanta? Sudah sejauh apa kau mengetahui latar belakangnya? Kau tidak bisa menjawabnya bukan?”
Zunaira dibuat terdiam mendapati serangan Dylan.
“Aku berterima kasih karena kau sudah memikirkanku. Tapi ini sudah terlalu jauh Zunaira. Jika sesuatu terjadi pada pernikahanku dengan Atlanta pun aku akan menyelesaikannya sendiri.” Dylan menunjukkan bahwa ia sudah membuat keputusan bulat yang tidak bisa lagi di ganggu gugat.
“Bagaimana jika ternyata Atlanta memiliki rahasia besar yang ia simpan rapat-rapat darimu?” Zunaira memberanikan diri untuk bertanya.
“Aku juga memiliki rahasia besar yang di simpan rapat-rapat darinya. Jika itu memang benar, maka aku tidak bisa menyalahkannya karena aku pun seperti itu.”
Zunaira mendesah frustasi. Kehabisan akal untuk menghentikan pernikahan ini. Bukannya Zunaira tidak memikirkan kebahagiaan rekan kerjanya, tapi Zunaira juga mengkhawatirkan masa depan Dylan.
“Berhenti berusaha untuk menghentikan pernikahanku Zunaira. Sudah cukup. Aku tidak ingin tindakanmu terdengar oleh Atlanta. Aku akan baik-baik saja, sungguh,” pinta Dylan begitu menyadari raut wajah frustasi Zunaira.
“Tapi Dylan—”
“Aku harus kembali menjemput Atlanta. Calon istriku sudah menunggu.”
***
Persiapan pernikahan berjalan lancar berkat Dylan, Atlanta bisa mewujudkan pernikahan impiannya. Sebelum mengenal Dylan, Atlanta tidak pernah berencana kata ‘pernikahan’ akan ada di kamus hidupnya. Bertahan hidup adalah satu-satunya rencana Atlanta untuk masa depannya.
Hari ini pria itu tampak gagak, tampan dan menawah dalam balutan celana dengan bahan khusus, kemeja putih dan dasi kupu-kupu yang menghiasi lehernya. Begitu pula dengan Atlanta bak bidadari tak bersayap menggunakan gaun putih panjang dengan rambut panjangnya yang dibiarkan teruri ke samping.
“Kenapa kau terus menatapku?” Dylan menjadi salah tingkah sendiri terus di tatap oleh Atlanta.
Atlanta tersenyum tulus, hal itu berhasil membuat Dylan semakin jatuh cinta pada Atlanta.
“Terima kasih,” ujar Atlanta dari relung hati terdalam.
Kedua alis Dylan terangkat. “Terim kasih untuk apa?”
‘Terima kasih telah mencintaiku, terima kasih telah membuatku hidup normal, terima kasih telah memberikanku kehidupan yang layak.’ Ada banyak sekali yang ingin Atlanta ungkapkan, tapi semuanya tertahan di bibir dan Atlanta hanya bisa mengatakan,
“Terima kasih telah menikahiku.”
Dylan tersenyum dan menggenggm tangan Atlanta. Mengusap punggung tangan Atlanta dengan lembut. “Seharusnya aku yang berterima kasih seperti itu.”
Dari arah pintu masuk, Veronica masuk menggunakan gaun mewah. Begitu masuk, Veronica langsung merebut Atlanta dari genggaman Dylan.
“Astaga, anakku yang paling cantik akan segera menikah. Dylan sudah menceritakan banyak tentangmu. Mulai hari ini kau harus memanggilku Ibu. Beritahu aku jika Dylan menyakitimu. Aku akan membalasnya untukmu,” cerocos Veronica bersemangat.
Atlanta tersenyum haru. Selain mendapatkan seorang suami, kini Atlanta juga memiliki seorang Ibu. Kekosongan hati Atlanta mulai terisi sejak ia memutuskan untuk meniahi Dylan dengan segala konsekuensi.
“Coba panggil aku dengan sebutan ‘Ibu’, aku ingin mendengarnya langsung darimu,” pinta Veronica.
Atlanta membuka mulut, memerlukan beberapa detik sebelum Atlanta berani memanggil panggilan sakral seumur hidupnya. “Ibu?”
Bahkan Atlanta tidak berani mengucapkannya dengan lantang untuk pertama kalinya.
Mata Veronica berbinar. “Lebih keras Atlanta,”
“Ibu.” Panggilan kedua terdengar lebih meyakinkan dari panggilan pertama. Sontak Dylan dan Veronica kompak menebarkan senyum bahagia.
“Selamat datang di keluarga Emerlad, Atlanta. Selamat telah menjadi bagian dari keluaga Jordan,” sambut Veronica dengan hangat.
Sesaat Atlanta menahan napas. Tidak pernah sepanjang hidunya ia diterima dengan begitu mudah di suatu lingkungan. Bahkan ketika Atlanta masih tinggal di Panti Asuhan pun mengalami banyak kesulitan.
Atlanta memberanikan diri memeluk Veronica terlebih dahulu. Air mata berhasil lolos dari pelupuk mata saat Veronica mengusap punggung Atlanta dengan hangat.
***
Di depan altar, Atlanta menyambut uluran tangan Dylan. Mereka berdua memutuskan untuk berjalan bersama sepanjang altar. Tepuk tangan para hadirin memeriahkan acara khidmat hari ini. Dylan berhasil membuat orang yang paling kesepian di dunia menjadi seorang ratu hari ini.
Mereka berjalan secara perlahan-lahan, senyuman mereka tampak sangat indah, kebahagiaan mereka melipat ganda hari ini. Seakan Tuhan telah menyiapkan kebaagaiaan yang berlimpah untuk hari spesial ini, setelah bertahun-tahun Atlanta harus menahan pedihnya hidup sebatang kara.
Saat ini Dylan dan Atlanta berdiri berhadapan, ada pria paruh baya diantara mereka. Pria tersebut yang aan menyatukan janji suci kedua insan yang tengah berbahagia.
Dylan menarik napasnya dalam-dalam, kini sudah waktunya ia mengucapkan janji suci untuk mempersunting Atlanta secara resmi dan khidmat.
“I Dylan Jordan, take you Nyx Atlanta to be my wife. I promise to loving and honor you. Ftom this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness or in health. All the day of my life until death do us apart.”
‘Dylan… Semoga keputusanmu untuk menikahiku tidak akan menjadi keputusan yang akan kau sesalkan di masa mendatang.’
Terima kasih sudah membaca ceritaku, jangan lupa tinggalkan jejak ya! Instagram : haniyahhputri
Atlanta tidak bisa menahan rasa harunya saat mendengar janji suci yang Dylan janjikan kepadanya dan janjinya kepada Tuhan. Kini giliran Atlanta yang mengucapkan janji suci pernikahan mereka.“I Nyx Atlanta, take you Dylan Jordan to be my husband. I promise to loving and honor you. Ftom this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness or in health. All the day of my life until death do us apart.”“Do you Dylan Jordan take Atlanta to be your wife?”“Yes, I do,” jawab Dylan mantap.Sang pendeta kini beralih kepada Atlanta. “Do you Nyx Atlanta take Dylan Jordan to be your husband?”“Yes, I do.” Dalam hidup Atlanta, ini adalah pertama kalinya Atlanta memutuskan sesuatu tanpa ada keraguan.“Sekarang kalian adalah pasangan menikah. Silahkan melakukan ciuman pernikahan,” ujar sang pendeta mempersilahkan.
“Kau mirip dengan gadis bernama Leona. Hanya saja kau versi dewasanya saat ini.” Tubuh Atlanta membeku. ‘Apakah Samuel salah satu yang tertinggal di masa laluku? Tapi bagaimana bisa dia mengenaliku? Siapakah Samuel sebenarnuya?’ “Leona?” Atlanta berusaha tetap tenang. “Siapa dia? Mantan kekasihmu?” Mendengar kata ‘mantan kekasih’ Samuel terkekeh. “Bukan. Lebih tepatnya dia—” “ATLANTA!” teriakkan Orion memotong pembicaraan Samuel. Orion masuk terburu-buru dengan sekantung obat di tangannya. “Orion sialan,” rutuk Atlanta pelan, sangat pelan. “Bagaimana sakit perutmu? Aku sudah membawakan obatnya.” Orion mengeluarkan obat sakit perut satu persatu. “Kau pergi terlalu lama hingga sakit perutku sudah membaik,” balas Atlanta sinis. Orion menyodorkan sebutir obat kepada Atlanta. “Maafkan aku. Tetap saja kau harus minum obat supaya sembuh dengan baik. Minumlah.” Samuel berdiri, bersiap hendak pergi. “Bolehkah ak
Atlanta dan Dylan sebagai pengantin baru harus membuang jauh-jauh rencana bulan madu mereka. Padahal tiket pesawat menuju Maldives sebagai destinasi liburan mereka. Sayangnya, mereka harus menunda rencana mereka. Koper yang sudah mereka siapkan harus kembali di bongkar karena mereka tidak tahu penundaan hal ini akan sampai kapan. Sejujurnya Atlanta merasa kecewa karena Dylan harus membatalkan penerbangan mereka hari ini. Terlebih lagi secara mendadak. “Kita sudah membatalkan penerbangan? Kalau gitu aku akan kembali membongkar koper dan mengganti baju.” Pagi ini Atlanta sudah siap menggunakan paLayan berpergian. Selama hidupnya Atlanta tidak pernah pergi ke luar negeri karena terlalu sibuk bersembunyi menggunakan identitas aslinya. Jadi wajar saja jika Atlanta merasa bersemangat untuk berpergian bersama Dylan. “Sayang, maafkan aku. Ini adalah keadaan darurat, tidak ada yang bisa menggantikannya selain aku. Aku harus—” “Aku mengerti,” potong Atl
Sudah hari ke tujuh Dylan pergi bekerja. Selama itu pula Dylan hanya mengirimnya pesan singkat sesekali. Tidak ada telpon. Dikarenakan Atlanta masih berada di masa tidak aktif bekerja, rasa bosan telah membunuh Atlanta selama satu minggu ini. Mendengar suara ketukan pintu, Atlanta segera mematikan komputernya dan pergi membukakan pintu untuk tamu yang datang tanpa di undang. “Samuel? Ada apa datang kemari?” Atlanta sedikit terkejut mendapati saudara iparnya lah yang datang. “Boleh aku masuk?” Samuel meminta izin. Meskipun Atlanta sedikit kebingungan, tapi Atlanta tetap membiarkan Samuel masuk dan duduk manis di ruang tamu. “Mau minum apa?” tawar Atlanta. Samuel bergumam kemudian bertanya, “minuman jenis apa yang Kakakku miliki di rumahnya?” Atlanta berdecak pelan dan duduk manis di sofa. “Aku menyesal telah menawarimu. Ini rumah Kakakmu, ambil minummu sendiri jika haus.” “Hari ini aku datang sebagai tamumu, bukan
Atlanta yang baru saja selesai mandi tidak menemukan batang hidung Dylan di dapur maupun di ruang tengah. Melihat pintu ruang kerjanya yang sedikit terbuka, Atlanta melototkan mata dan cepat-cepat masuk ke ruang kerjanya.“SAYANG!” teriak Atlanta spontak begitu melihat Dylan sedang memegang ransel hitamnya.Atlanta tersenyum dan merebut ransel hitam tersebut secara halus. “Sedang apa kau disini? Apa kita kedatangan paket?” Atlanta berusaha mengalihkan perhatian.“Iya. Aku memesankan beberapa barang untuk kenyamanan ruang kerjamu. Maaf jika tidak memberitahumu terlebih dahulu.” Dylan tersenyum kikuk seraya menunjukkan beberapa barang yang baru saja ia bereskan.Atlanta mendesah pelan. Dylan benar-benar pandai membuatnya merasa bersalah. Selama sepuluh tahun Atlanta bekerja, ini adalah pertama kalinya Atlanta menyesal karena telah memilih pekerjaan seperti itu.Atlanta maju satu langkah, memeluk Dylan dan menendang
“Leona. Nama wanita yang telah bunuh diri itu bernama Leona.”Orion menoleh pada Dylan, meminta klarifikasi sebagai karyawan yang telah mengabdikan diri selama lebih dari sepuluh tahun dalam dunia Interpol.“Itu benar, tersangka utama bunuh diri sebelum kasus itu sampai ke tangan Interpol. Kabarnya dia adalah seorang peretas, namanya pernah tercetak dalam sejarah sebagai orang paling muda yang menjuarai kompetisi hacking bank khusus para elite dunia,” jelas Dylan.“Paling muda? Berapa usianya saat itu?”“Lima belas hingga delapan belas tahun. Kemungkinan dia langsung di pekerjakan oleh Hilton sebagai penyerang cyber mereka, karena setelah kemenangan tiga tahun berurut-turut perlahan namanya mulai menghilang.”“Waw, itu sangat keren.” Orion tidak bisa menutupi rasa terkejutnya.“Leona juga menyapu tiga kompetisi utama anti-hacking utama dunia termasuk CTF. Han
Sebelum pergi ke aula, Atlanta pergi ke basement hotel terlebih dahulu. Atlanta berjalan dengan angkuh menghampiri sebuah mobil box berwarna putih yang terparkir di basement.“Berikan aku dua puluh lima persen, maka aku akan memberikan jaminan jika transaksi ini akan berhasil.” Atlanta melipat kedua tangan di depan dada dan bersandar di mobil.Tentu saja supir mereka menunjukkan raut wajah permusuhan kepada Atlanta. “Siapa kau? Jangan berani bermain-main anak kecil,” remehnya.“Aku memberikanmu kesempatan. Hotel ini sedang di jaga ketat oleh Polisi. Jika aku tidak terlibat, aku yakin transaksi kalian akan gagal.”Acara seminar yang di hadiri oleh orang-orang penting mulai dari pejabat hingga pengusaha memang mengundang kesempatan untuk melakukan transaksi. Sudah pasti jika salah satu dari tamu yang hadir hari ini juga bagian dari dalang transaksi narkoba.“Siapa kau bocah?” tanyanya garang.Wal
“Bagaimana dengan pintu Timur?”Dylan terpaku melihat wanita berambut panjang hitam berponi yang sedang meminum sampanye. Postur tubuhnya mengingatkan Dylan kepada seseorang yang berada di rumah.“Elang, bagaimana dengan pintu Timur? Kau dengar aku?” ulang dari sebrang sana.“Aku dengar. Pintu Timur biar aku yang tangani,” jawab Dylan, kemudian melangkah menuju pintu timur aula yang di maksud.“Bagaimana jika Atlanta benar-benar ada disini? Tapi untuk apa? Atlanta bukanlah tipe orang yang suka bersosialisasi, acara ini di hadiri para anggota VIP. Bagaimana jika itu Atlanta sungguhan? Apa yang harus aku jelaskan kepadanya alasan aku bisa disini?” Dylan menjadi bertanya-tanya sendiri sepanjang jalan.“Apakah Atlanta mengganti warna rambut menjadi hitam? Seingatku rambut istriku adalah warna cokelat terang. Tapi postur itu benar-benar postur tubuh istriku. Aku tidak mungkin salah menilai mengenai i