Ketika hendak keluar dari Bandara, Atlanta tidak sengaja melihat Dylan dan Zunaira yang sedang berjalan bersama penuh wibawa menggunakan seragam. “Ternyata Dylan adalah pilot sungguhan. Aku juga tidak menyangka jika Zunaira telah menjadi pramugari.”
Atlanta tersenyum. “Itu bagus. Setidaknya mereka bukan pembohong sepertiku.”
***
Kim Hani adalah seorang ilmuwan sekaligus mata-mata Hilton. Annie meminta bantuan agen Interpol untuk menyelamatkannya dan membantu Kim Hani untuk mendapatan kesempatan hidup baru. Tentu saja agen Interpol menyetujuinya karena Kim Hani akan menjadi jalan mereka untuk menangkap petinggi Hilton.
Selagi menunggu tim investigasi menyelidiki kasus kematian Kim Hani, Orion masih duduk lemas karena gagal untuk melindungi informan mereka. Sementara Dylan menarik Zunaira ke tempat sepi untuk berbincang dua mata.
“Dari mana kau tahu jika Kim Hani di bunuh?” Dylan mengulangi pertanyaan yang sama.
‘Dimanapun tunanganmu berada, sesuatu yang buruk akan selalu terjadi. Entah itu ada yang kehilangan nyawa ataupun hal buruk lainnya.’
Ingin sekali rasanya Zunaira memberitahu Dylan seperti itu. Tapi apa daya, Zunaira tidak tega menghancurkan rona bahagia Dylan setiap kali ada hal yang berhubungan dengan Atlanta. Lagi pula Zunaira belum menemukan bukti konkrit jika Atlanta terlibat secara lagsung dalam kasus ini.
“Orang penting seperti Kim Hani sedang banyak di buru saat ini. Jika Kim Hani gagal menemukan jalan keluarnya sendiri, maka ia akan kehilangan nyawa.” Jawaban itulah yang bisa Zunaira sampaikan kepada rekan kerjanya.
Dylan mendengus dengan gusar. Ketika Dylan hendak pergi dengan cepat Zunaira menahan tangan Dylan.
“Katakan. Apa alasanmu memutuskan untuk menikah dengan Atlanta secepat ini? kalian belum lama kenal bukan?”
Dylan menaikkan alisnya sebelah. Tidak menyangka mendapatkan pertanyaan pribadi di saat mereka sedang bertugas.
“Dia cantik, pintar, seksi dan menawan. Aku menyukainya.”
“Hanya itu?”
“Memangnya aku memerlukan alasan apa lagi?”
“Dylan, aku mengatakan ini sebagai rekan kerja yang paling dekat denganku. Aku akan mengatakan ini untuk terakhir kalinya.”
Zunaira menarik napasnya dalam-dalam, sementara Dylan menaikkan kedua alisnya. Menuunggu apa yang hendak Zunaira katakan.
“Ini peringatan terakhir dariku. Jangan menikah dengan Atlanta.”
***
Sesuai janji, Dylan pulang ke rumah setelah sepuluh hari bertugas. Dylan pulang ketika waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari dan mendapati lampu kamar thena masih menyala.
“Sedang apa dia jam segini belum tidur?”
Dylan memutuskan untuk mengetuk pintu kamar Atlanta. Tak mendapatkan jawaban, Dylan membuka pintu kamar Atlanta dan mendapati calon istrinya terbangun. Rupanya Atlanta ketiduran di depan komputernya.
“Ah, kau sudah pulang? Pukul berapa ini? Sepertinya aku ketiduran.” Sambut Atlanta dengan suara parau.
Dylan mendekati Atlanta kemudian membawanya ke dalam pelukan. “Aku merindukanmu.”
“Aku juga merindukanmu,” gumam Atlanta dalam pelukan Dylan.
Walau Dylan sedang memeluk Atlanta, mata Dylan tertuju kepada layar komputer Atlanta yang masih menyala. Layarnya menunjukan sederet percakapan menggunakan bahasa Spanyol.
“Sedang apa kau sehingga tertidur di kursi?” tanya Dylan setelah melepaskan pelukan mereka.
“Oh ini, aku sedang menerjemahkan film yang akan tayang akhir tahun ini.”
“Bahasa Spanyol? Waw, calon istriku luar biasa. Omong-omong, komputermu bagus. Kau pintar memilih,” puji Dylan blak-blakan.
Atlanta melirik komputer canggihnya dengan tatapan tak enak. Tentu saja ini terlihat jelas jika komputer canggihnya terlalu berlebihan hanya untuk menerjemahkan sebuah film.
“Berhenti memujiku secara berlebihan,” rengek Atlanta.
Dylan terkekeh ringan. “Rupanya kau pemalu.”
“Aku sangat mengantuk.” Atlanta kembali memejamkan mata dalam keadaan duduk.
Sejujurnya Atlanta ketiduran setelah mencoba menerjemahkan salah satu film yang belum rilis. Sayangnya baru di sepuluh menit pertama Atlanta sudah tumbang. Atlanta tidak bisa menonton film hingga tuntas sepanjang hidupnya. Menonton film sama seperti memakan obat tidur bagi Atlanta.
Untuk orang yang tidak menyukai film, Atlanta mengambil beberapa film dari situs ilegal. Setidaknya Atlanta harus menyiapkan alibi untuk menutupi kedok aslinya.
“Hei, jangan tidur disini.” Dylan menggoyangkan bahu Atlanta supaya tidak tertidur. Usaha Dylan sia-sia karena Atlanta sudah kembali tidur dalam posisi duduk tegak.
Dylan mematikan komputer terlebih dahulu sebelum menggendong Atlanta dan memindahkannya ke atas kasur supaya tidur lebih nyaman. Tidak langsung tidur, Dylan duduk di pinggir ranjang dan merapihkan anak rambut Atlanta. Menatap Atlanta lekat-lekat yang sudah kembali terbang ke alam mimpi.
“Kenapa Zunaira terus memberikan peringatan agar aku tidak menikahimu?”
“Tapi aku sudah merasa kau orang yang paling cocok sejak pertama kali kita berjumpa di restoran hari itu.”
“Aku bisa tahu bahwa kau orang yang tepat melalui sorot matamu padaku. Aneh sekali bukan? Tapi sepertinya, aku jatuh cinta padamu sejak pandangan pertama.”
“Tidurlah yang nyenyak Tuan Puteri. Selamat malam.”
Dylan mendaratkan sebuah kecupan di dahi Atlanta sebelum pergi keluar kamar Atlanta.
***
Hari pernikahan semakin dekat dan persiapan yang di lakukan oleh Dylan dan Atlanta semakin banyak. Dylan diberikan cuti libur bekerja selama dua Minggu. Selama cuti pula Dylan di larang diberi kabar terkait perkembangan kasus.
Hari ini, Dylan dan Atlanta sedang berada di gedung wedding organizer untuk mempersiapkan pernikahan mereka lebih matang.
“Kau sungguh tidak mengundang siapapun? Coba pikirkan lagi, mungkin ada teman lamamu atau sahabat jauhmu yang bisa di undang. Ini hari bahagiamu juga, jadi kau harus mengundang tamu dari pihakmu.”
Atlanta meringis pelan kemudian menggeleng sebagai jawaban. Sepuluh tahun Atlanta telah hidup seperti hantu, selama itu pula Atlanta hanya berkomunikasi dengan petinggi Hilton dan beberapa orang terLayt yang berhubungan dengan kasus Atlanta.
Dylan adalah orang baik pertama yang Atlanta kenal selama sepuluh tahun terakhir.
“Aku benar-benar tidak tahu harus mengundang siapa.” Apalagi Atlanta adalah identitas barunya, menggantikan identitas Leona yang telah tewas lima tahun yang lalu.
“Apa selama kau hidup dua puluh tujuh tahun terakhir tidak ada orang baik dalam hidupmu? Ayolah, pasti manusia membutuhkan manusia lainnya untuk bersosialisasi.” Dylan sedikit mendesak Atlanta.
“Aku sudah hidup mandiri sejak lima belas tahun karena kepala panti asuhan berusaha memperkosaku. Aku juga dirisak oleh teman-teman ketika sekolah menengah pertama karena tidak memiliki orang tua. Jadi saat berada di menengah atas aku adalah murid anti sosial. Aku memutuskan bekerja sebagai penerjemah karena enggan bersosialisasi seperti karyawan pada umumnya. Menyedihkan bukan? Jadi, kau adalah orang baik pertama dalam hidupku.”
Atlanta membicarakan kondisi kehidupannya selama dua puluh tujuh tahun ia hidup kepada Dylan secara jujur. Walau Atlanta tak lagi mempermasalahkan latar belakang hidupnya, namanya luka meski sudah sembuh pasti tetap akan meninggalkan bekas. Seperti itulah perasaan Atlanta setiap kali ada orang yang menyinggung masa lalunya.
“Karena kau sudah hidup lima tahun lebih lama dariku, kenapa kau tidak mengundang banyak orang saja? Aku tidak keberatan dengan siapapun yang akan kau undang,” lanjut Atlanta sebelum Dylan meminta maaf karena merasa tak enak.
Dylan mengusap puncak kepala Atlanta. “Maaf, seharusnya aku hadir dalam hidupmu lebih awal,” sesalnya.
Atlanta tersenyum tulus menanggapi permintaan maaf Dylan. “Bukan salahmu.”
“Baiklah, aku akan mengundang banyak orang supaya kau tak kesepian. Kau pilihlah desain yang kau inginkan untuk pernikahan nanti. Aku harus mengundang beberapa orang lagi,” pamit Dylan seraya menunjukkan ponselnya.
Setelah Dylan pergi keluar ruangan, Atlanta di fokuskan memilih desain cantik melalui tab yang sudah disediakan. Disaat Atlanta sedang fokus memilih, tiba-tiba ponselnya bergetar. Tertera nama ‘Boss’ di layar ponselnya.
Suka tidak suka, mau tidak mau Atlanta harus mengangkat panggilan dari atasannya.
“Leona, jangan menikah.”
“Leona, jangan menikah.” “Tenanglah, aku tidak akan berhenti bekerja hanya karena sudah menikah,” balas Atlanta dengan tenang. Tidak terpengaruh sedikitpun dengan larangan yang diberikan. “Kau boleh menikah dengan seseorang yang berlatar sama denganmu, memiliki pekerjaan yang bisa mengertimu. Tapi jangan menikah dengan orang asing.” Atlanta tersenyum miring. “Sejak kapan petinggi Hilton ikut mengatur urusan pribadiku? Ini nomor Boss, kenapa kau bisa menggunakannya Valeria?” “Boss marah besar ketika dia tahu jika kau akan menikah, Leona. Aku di utus olehnya untuk melarangmu. Omong-omong jangan menyalahkan tentang petinggi, kau juga bagian dari petinggi Hilton.” “Leona sudah mati lima tahun yang lalu. Aku menikah sebagai Atlanta, jadi katakan pada Boss untuk tenang saja. Kau akan tahu ada beberapa keuntungan yang bisa kau dapatkan jika memiliki seseorang di sampingmu.” “Berhentilah bicara omong kosong. Uru
Atlanta tidak bisa menahan rasa harunya saat mendengar janji suci yang Dylan janjikan kepadanya dan janjinya kepada Tuhan. Kini giliran Atlanta yang mengucapkan janji suci pernikahan mereka.“I Nyx Atlanta, take you Dylan Jordan to be my husband. I promise to loving and honor you. Ftom this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness or in health. All the day of my life until death do us apart.”“Do you Dylan Jordan take Atlanta to be your wife?”“Yes, I do,” jawab Dylan mantap.Sang pendeta kini beralih kepada Atlanta. “Do you Nyx Atlanta take Dylan Jordan to be your husband?”“Yes, I do.” Dalam hidup Atlanta, ini adalah pertama kalinya Atlanta memutuskan sesuatu tanpa ada keraguan.“Sekarang kalian adalah pasangan menikah. Silahkan melakukan ciuman pernikahan,” ujar sang pendeta mempersilahkan.
“Kau mirip dengan gadis bernama Leona. Hanya saja kau versi dewasanya saat ini.” Tubuh Atlanta membeku. ‘Apakah Samuel salah satu yang tertinggal di masa laluku? Tapi bagaimana bisa dia mengenaliku? Siapakah Samuel sebenarnuya?’ “Leona?” Atlanta berusaha tetap tenang. “Siapa dia? Mantan kekasihmu?” Mendengar kata ‘mantan kekasih’ Samuel terkekeh. “Bukan. Lebih tepatnya dia—” “ATLANTA!” teriakkan Orion memotong pembicaraan Samuel. Orion masuk terburu-buru dengan sekantung obat di tangannya. “Orion sialan,” rutuk Atlanta pelan, sangat pelan. “Bagaimana sakit perutmu? Aku sudah membawakan obatnya.” Orion mengeluarkan obat sakit perut satu persatu. “Kau pergi terlalu lama hingga sakit perutku sudah membaik,” balas Atlanta sinis. Orion menyodorkan sebutir obat kepada Atlanta. “Maafkan aku. Tetap saja kau harus minum obat supaya sembuh dengan baik. Minumlah.” Samuel berdiri, bersiap hendak pergi. “Bolehkah ak
Atlanta dan Dylan sebagai pengantin baru harus membuang jauh-jauh rencana bulan madu mereka. Padahal tiket pesawat menuju Maldives sebagai destinasi liburan mereka. Sayangnya, mereka harus menunda rencana mereka. Koper yang sudah mereka siapkan harus kembali di bongkar karena mereka tidak tahu penundaan hal ini akan sampai kapan. Sejujurnya Atlanta merasa kecewa karena Dylan harus membatalkan penerbangan mereka hari ini. Terlebih lagi secara mendadak. “Kita sudah membatalkan penerbangan? Kalau gitu aku akan kembali membongkar koper dan mengganti baju.” Pagi ini Atlanta sudah siap menggunakan paLayan berpergian. Selama hidupnya Atlanta tidak pernah pergi ke luar negeri karena terlalu sibuk bersembunyi menggunakan identitas aslinya. Jadi wajar saja jika Atlanta merasa bersemangat untuk berpergian bersama Dylan. “Sayang, maafkan aku. Ini adalah keadaan darurat, tidak ada yang bisa menggantikannya selain aku. Aku harus—” “Aku mengerti,” potong Atl
Sudah hari ke tujuh Dylan pergi bekerja. Selama itu pula Dylan hanya mengirimnya pesan singkat sesekali. Tidak ada telpon. Dikarenakan Atlanta masih berada di masa tidak aktif bekerja, rasa bosan telah membunuh Atlanta selama satu minggu ini. Mendengar suara ketukan pintu, Atlanta segera mematikan komputernya dan pergi membukakan pintu untuk tamu yang datang tanpa di undang. “Samuel? Ada apa datang kemari?” Atlanta sedikit terkejut mendapati saudara iparnya lah yang datang. “Boleh aku masuk?” Samuel meminta izin. Meskipun Atlanta sedikit kebingungan, tapi Atlanta tetap membiarkan Samuel masuk dan duduk manis di ruang tamu. “Mau minum apa?” tawar Atlanta. Samuel bergumam kemudian bertanya, “minuman jenis apa yang Kakakku miliki di rumahnya?” Atlanta berdecak pelan dan duduk manis di sofa. “Aku menyesal telah menawarimu. Ini rumah Kakakmu, ambil minummu sendiri jika haus.” “Hari ini aku datang sebagai tamumu, bukan
Atlanta yang baru saja selesai mandi tidak menemukan batang hidung Dylan di dapur maupun di ruang tengah. Melihat pintu ruang kerjanya yang sedikit terbuka, Atlanta melototkan mata dan cepat-cepat masuk ke ruang kerjanya.“SAYANG!” teriak Atlanta spontak begitu melihat Dylan sedang memegang ransel hitamnya.Atlanta tersenyum dan merebut ransel hitam tersebut secara halus. “Sedang apa kau disini? Apa kita kedatangan paket?” Atlanta berusaha mengalihkan perhatian.“Iya. Aku memesankan beberapa barang untuk kenyamanan ruang kerjamu. Maaf jika tidak memberitahumu terlebih dahulu.” Dylan tersenyum kikuk seraya menunjukkan beberapa barang yang baru saja ia bereskan.Atlanta mendesah pelan. Dylan benar-benar pandai membuatnya merasa bersalah. Selama sepuluh tahun Atlanta bekerja, ini adalah pertama kalinya Atlanta menyesal karena telah memilih pekerjaan seperti itu.Atlanta maju satu langkah, memeluk Dylan dan menendang
“Leona. Nama wanita yang telah bunuh diri itu bernama Leona.”Orion menoleh pada Dylan, meminta klarifikasi sebagai karyawan yang telah mengabdikan diri selama lebih dari sepuluh tahun dalam dunia Interpol.“Itu benar, tersangka utama bunuh diri sebelum kasus itu sampai ke tangan Interpol. Kabarnya dia adalah seorang peretas, namanya pernah tercetak dalam sejarah sebagai orang paling muda yang menjuarai kompetisi hacking bank khusus para elite dunia,” jelas Dylan.“Paling muda? Berapa usianya saat itu?”“Lima belas hingga delapan belas tahun. Kemungkinan dia langsung di pekerjakan oleh Hilton sebagai penyerang cyber mereka, karena setelah kemenangan tiga tahun berurut-turut perlahan namanya mulai menghilang.”“Waw, itu sangat keren.” Orion tidak bisa menutupi rasa terkejutnya.“Leona juga menyapu tiga kompetisi utama anti-hacking utama dunia termasuk CTF. Han
Sebelum pergi ke aula, Atlanta pergi ke basement hotel terlebih dahulu. Atlanta berjalan dengan angkuh menghampiri sebuah mobil box berwarna putih yang terparkir di basement.“Berikan aku dua puluh lima persen, maka aku akan memberikan jaminan jika transaksi ini akan berhasil.” Atlanta melipat kedua tangan di depan dada dan bersandar di mobil.Tentu saja supir mereka menunjukkan raut wajah permusuhan kepada Atlanta. “Siapa kau? Jangan berani bermain-main anak kecil,” remehnya.“Aku memberikanmu kesempatan. Hotel ini sedang di jaga ketat oleh Polisi. Jika aku tidak terlibat, aku yakin transaksi kalian akan gagal.”Acara seminar yang di hadiri oleh orang-orang penting mulai dari pejabat hingga pengusaha memang mengundang kesempatan untuk melakukan transaksi. Sudah pasti jika salah satu dari tamu yang hadir hari ini juga bagian dari dalang transaksi narkoba.“Siapa kau bocah?” tanyanya garang.Wal