Share

CHAPTER 10

Author: haniyahhputri
last update Last Updated: 2021-05-11 11:44:15

Ketika hendak keluar dari Bandara, Atlanta tidak sengaja melihat Dylan dan Zunaira yang sedang berjalan bersama penuh wibawa menggunakan seragam. “Ternyata Dylan adalah pilot sungguhan. Aku juga tidak menyangka jika Zunaira telah menjadi pramugari.”

Atlanta tersenyum. “Itu bagus. Setidaknya mereka bukan pembohong sepertiku.”

***

Kim Hani adalah seorang ilmuwan sekaligus mata-mata Hilton. Annie meminta bantuan agen Interpol untuk menyelamatkannya dan membantu Kim Hani untuk mendapatan kesempatan hidup baru. Tentu saja agen Interpol menyetujuinya karena Kim Hani akan menjadi jalan mereka untuk menangkap petinggi Hilton.

Selagi menunggu tim investigasi menyelidiki kasus kematian Kim Hani, Orion masih duduk lemas karena gagal untuk melindungi informan mereka. Sementara Dylan menarik Zunaira ke tempat sepi untuk berbincang dua mata.

“Dari mana kau tahu jika Kim Hani di bunuh?” Dylan mengulangi pertanyaan yang sama.

‘Dimanapun tunanganmu berada, sesuatu yang buruk akan selalu terjadi. Entah itu ada yang kehilangan nyawa ataupun hal buruk lainnya.’

Ingin sekali rasanya Zunaira memberitahu Dylan seperti itu. Tapi apa daya, Zunaira tidak tega menghancurkan rona bahagia Dylan setiap kali ada hal yang berhubungan dengan Atlanta. Lagi pula Zunaira belum menemukan bukti konkrit jika Atlanta terlibat secara lagsung dalam kasus ini.

“Orang penting seperti Kim Hani sedang banyak di buru saat ini. Jika Kim Hani gagal menemukan jalan keluarnya sendiri, maka ia akan kehilangan nyawa.” Jawaban itulah yang bisa Zunaira sampaikan kepada rekan kerjanya.

Dylan mendengus dengan gusar. Ketika Dylan hendak pergi dengan cepat Zunaira menahan tangan Dylan.

“Katakan. Apa alasanmu memutuskan untuk menikah dengan Atlanta secepat ini? kalian belum lama kenal bukan?”

Dylan menaikkan alisnya sebelah. Tidak menyangka mendapatkan pertanyaan pribadi di saat mereka sedang bertugas.

“Dia cantik, pintar, seksi dan menawan. Aku menyukainya.”

“Hanya itu?”

“Memangnya aku memerlukan alasan apa lagi?”

“Dylan, aku mengatakan ini sebagai rekan kerja yang paling dekat denganku. Aku akan mengatakan ini untuk terakhir kalinya.”

Zunaira menarik napasnya dalam-dalam, sementara Dylan menaikkan kedua alisnya. Menuunggu apa yang hendak Zunaira katakan.

“Ini peringatan terakhir dariku. Jangan menikah dengan Atlanta.”

***

Sesuai janji, Dylan pulang ke rumah setelah sepuluh hari bertugas. Dylan pulang ketika waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari dan mendapati lampu kamar thena masih menyala.

“Sedang apa dia jam segini belum tidur?”

Dylan memutuskan untuk mengetuk pintu kamar Atlanta. Tak mendapatkan jawaban, Dylan membuka pintu kamar Atlanta dan mendapati calon istrinya terbangun. Rupanya Atlanta ketiduran di depan komputernya.

“Ah, kau sudah pulang? Pukul berapa ini? Sepertinya aku ketiduran.”  Sambut Atlanta dengan suara parau.

Dylan mendekati Atlanta kemudian membawanya ke dalam pelukan. “Aku merindukanmu.”

“Aku juga merindukanmu,” gumam Atlanta dalam pelukan Dylan.

Walau Dylan sedang memeluk Atlanta, mata Dylan tertuju kepada layar komputer Atlanta yang masih menyala. Layarnya menunjukan sederet percakapan menggunakan bahasa Spanyol.

“Sedang apa kau sehingga tertidur di kursi?” tanya Dylan setelah melepaskan pelukan mereka.

“Oh ini, aku sedang menerjemahkan film yang akan tayang akhir tahun ini.”

“Bahasa Spanyol? Waw, calon istriku luar biasa. Omong-omong, komputermu bagus. Kau pintar memilih,” puji Dylan blak-blakan.

Atlanta melirik komputer canggihnya dengan tatapan tak enak. Tentu saja ini terlihat jelas jika komputer canggihnya terlalu berlebihan hanya untuk menerjemahkan sebuah film.

“Berhenti memujiku secara berlebihan,” rengek Atlanta.

Dylan terkekeh ringan. “Rupanya kau pemalu.”

“Aku sangat mengantuk.” Atlanta kembali memejamkan mata dalam keadaan duduk.

Sejujurnya Atlanta ketiduran setelah mencoba menerjemahkan salah satu film yang belum rilis. Sayangnya baru di sepuluh menit pertama Atlanta sudah tumbang. Atlanta tidak bisa menonton film hingga tuntas sepanjang hidupnya. Menonton film sama seperti memakan obat tidur bagi Atlanta.

Untuk orang yang tidak menyukai film, Atlanta mengambil beberapa film dari situs ilegal. Setidaknya Atlanta harus menyiapkan alibi untuk menutupi kedok aslinya.

“Hei, jangan tidur disini.” Dylan menggoyangkan bahu Atlanta supaya tidak tertidur. Usaha Dylan sia-sia karena Atlanta sudah kembali tidur dalam posisi duduk tegak.

Dylan mematikan komputer terlebih dahulu sebelum menggendong Atlanta dan memindahkannya ke atas kasur supaya tidur lebih nyaman. Tidak langsung tidur, Dylan duduk di pinggir ranjang dan merapihkan anak rambut Atlanta. Menatap Atlanta lekat-lekat yang sudah kembali terbang ke alam mimpi.

“Kenapa Zunaira terus memberikan peringatan agar aku tidak menikahimu?”

“Tapi aku sudah merasa kau orang yang paling cocok sejak pertama kali kita berjumpa di restoran hari itu.”

“Aku bisa tahu bahwa kau orang yang tepat melalui sorot matamu padaku. Aneh sekali bukan? Tapi sepertinya, aku jatuh cinta padamu sejak pandangan pertama.”

“Tidurlah yang nyenyak Tuan Puteri. Selamat malam.”

Dylan mendaratkan sebuah kecupan di dahi Atlanta sebelum pergi keluar kamar Atlanta.

***

 Hari pernikahan semakin dekat dan persiapan yang di lakukan oleh Dylan dan Atlanta semakin banyak. Dylan diberikan cuti libur bekerja selama dua Minggu. Selama cuti pula Dylan di larang diberi kabar terkait perkembangan kasus.

Hari ini, Dylan dan Atlanta sedang berada di gedung wedding organizer untuk mempersiapkan pernikahan mereka lebih matang.

“Kau sungguh tidak mengundang siapapun? Coba pikirkan lagi, mungkin ada teman lamamu atau sahabat jauhmu yang bisa di undang. Ini hari bahagiamu juga, jadi kau harus mengundang tamu dari pihakmu.”

Atlanta meringis pelan kemudian menggeleng sebagai jawaban. Sepuluh tahun Atlanta telah hidup seperti hantu, selama itu pula Atlanta hanya berkomunikasi dengan petinggi Hilton dan beberapa orang terLayt yang berhubungan dengan kasus Atlanta.

Dylan adalah orang baik pertama yang Atlanta kenal selama sepuluh tahun terakhir.

“Aku benar-benar tidak tahu harus mengundang siapa.” Apalagi Atlanta adalah identitas barunya, menggantikan identitas Leona yang telah tewas lima tahun yang lalu.

“Apa selama kau hidup dua puluh tujuh tahun terakhir tidak ada orang baik dalam hidupmu? Ayolah, pasti manusia membutuhkan manusia lainnya untuk bersosialisasi.” Dylan sedikit mendesak Atlanta.

“Aku sudah hidup mandiri sejak lima belas tahun karena kepala panti asuhan berusaha memperkosaku. Aku juga dirisak oleh teman-teman ketika sekolah menengah pertama karena tidak memiliki orang tua. Jadi saat berada di menengah atas aku adalah murid anti sosial. Aku memutuskan bekerja sebagai penerjemah karena enggan bersosialisasi seperti karyawan pada umumnya. Menyedihkan bukan? Jadi, kau adalah orang baik pertama dalam hidupku.”

Atlanta membicarakan kondisi kehidupannya selama dua puluh tujuh tahun ia hidup kepada Dylan secara jujur. Walau Atlanta tak lagi mempermasalahkan latar belakang hidupnya, namanya luka meski sudah sembuh pasti tetap akan meninggalkan bekas. Seperti itulah perasaan Atlanta setiap kali ada orang yang menyinggung masa lalunya.

“Karena kau sudah hidup lima tahun lebih lama dariku, kenapa kau tidak mengundang banyak orang saja? Aku tidak keberatan dengan siapapun yang akan kau undang,” lanjut Atlanta sebelum Dylan meminta maaf karena merasa tak enak.

Dylan mengusap puncak kepala Atlanta. “Maaf, seharusnya aku hadir dalam hidupmu lebih awal,” sesalnya.

Atlanta tersenyum tulus menanggapi permintaan maaf Dylan. “Bukan salahmu.”

“Baiklah, aku akan mengundang banyak orang supaya kau tak kesepian. Kau pilihlah desain yang kau inginkan untuk pernikahan nanti. Aku harus mengundang beberapa orang lagi,” pamit Dylan seraya menunjukkan ponselnya.

Setelah Dylan pergi keluar ruangan, Atlanta di fokuskan memilih desain cantik melalui tab yang sudah disediakan. Disaat Atlanta sedang fokus memilih, tiba-tiba ponselnya bergetar. Tertera nama ‘Boss’ di layar ponselnya.

Suka tidak suka, mau tidak mau Atlanta harus mengangkat panggilan dari atasannya.

“Leona, jangan menikah.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My Wife is My Suspect   CHAPTER 150 (END)

    Dylan meraba saku celana dan menemukan sebuah kuku palsu milik Atlanta ketika hendak menaruhnya ke dalam tumpukan pakaian kotor. “Kuku Atlanta?” Sejenak Dylan memperhatikan kuku palsu cantik tersebut dengan detail. Saat mengarahkannya ke arah sinar matahari, Dylan menyadari jika ada yang berbeda. “Ini bukan hiasan biasa. Ini chip. Manikur menanam chip.” Dlan bergegas untuk membuka data dalam chip tersebut. “Kapan Atlanta meninggalkan ini di dalam saku celanaku?” gumam Dylan. Mendapatkan info-info penting untuk menyelesaikan kasusu, Dylan mencetak informasi yang Atlanta tinggalkan untuknya. Ini sama seperti Atlanta meninggalkannya sebuah peta dengan keterangan rinci. Hal yang harus Dylan lakukan adala mengikuti semua ptunjuk yang telah Atlanta tinggalkan untuknya. “Pelaku pembunuhan hilton selama ini adalah Olivia? Ayah Olivia juga membunuh Ibu kandung Atlanta? Oliver selama ini menggunakan replika sidik jari Atlanta untuk menutupi jeja

  • My Wife is My Suspect   CHAPTER 149

    Johnattan menggebrak pintu kantor Interpol. Ada Leondra membuntuti Johnattan. Tak lupa Johnattan membawa beberapa ajudannya. Johnattan datang ke kantor dengan penuh emosi setelah mendapati kabar darii Dylan apa yang terjadi dengan putri kesayangannya.“DIMANA ANAKKU?” bentak Johnattan.Ketika ada salah seorang anggota Interpol yang hendak menenangkan Johnattan, dengan cepat Johanattan menghempaskan tangan tersebut lalu memaksa untuk masuk.Langkah kaki Johnattan berhenti ketika melihat Dylan berdiri lesu. Hidung dan mata Dyan merah, menunjukkan Dylan telah nangis untuk waktu yang lama.“Apa yang terjadi dengan anakku? Aku tahu jika anaku pergi jauh untuk keluar dari orginasasi sialan itu, tapi bagaimana bisa Atlanta bunuh diri?” Johnattan mencengkram kemeja menantunya.Dylan sendiri diam saja. Perasaan Dylan sama hancurnya dengan Johnattan saat ini. Dylan tak bisa mengatakan apa-apa selain kata,“Maaf,” gu

  • My Wife is My Suspect   CHAPTER 148

    Atlanta pergi keluar setelah selesai berpakaian menggunakan kaos milik suaminya. Ketika membuka pintu toilet, Atlanta dikejutkan dengan kehadiran Dylan. Sesaat Dylan dan Atlanta saling menatap tanpa kata-kata. Detik selanjutnya Atlanta menarik kerah seragam Dylan dan mencium bibirnya. Dylan yang awalnya terkejut pun perlahan menetralkan reaksinya sebelum membalas cumbuan itu. Tangan Dylan terangkat untuk merengkuh pinggang Atlanta. Betapa besarnya kerinduan yang terpendam dalam diri mereka satu sama lain. Meskipun tidak ada kata-kata yang terlontar, tetapi Atlanta dan Dylan tahu betul bagaimana perasaan pasangannya yang sesungguhnya. “Aku merindukanmu dengan buruk. Sangat merindukanmu,” bisik Dylan begitu pangutan mereka berakhir. Atlanta mengulum senyum dan menundukkan kepala. Tak berani menatap Dylan sebagai seorang suami setelah apa yang ia lalui selama ini. “Maafkan aku. Sebenarnya aku—” “Aku tahu, aku tahu jika kau sebenarnya melakukan in

  • My Wife is My Suspect   CHAPTER 146 + 147

    CHAPTER 146 Atlanta membaca satu persatu kertas tersebut. Pembunuhan, perampokan, sabotase, spionase Industri, penyerangan siber, dan penipuan. Lengkap sekali. “Kenapa sejak awal kalian tidak menunjukkan ku semua bukti ini? Jika sejak awal aku melihat ini, bukankah akan lebih cepat selesai?” Atlanta berdecak kagum membaca buku kasus dalam rentang tiga belas tahun yang mengarah kepada namanya, Leona. “Ini lebih buruk dari buku kasusku ketika masih SMU dulu,” komentar Atlanta. Atlanta memisahkan tumpukan dokumen bukti-bukti sesuai jenisnya. Pertama, Atlanta menyingkirkan tumpukan dokumen mengenai kasus pembunuhan. “Aku juga baru tahu jika sidik jariku pernah ada di bukti-bukti pembunuhan. Pasti selama sepuluh tahun terakhir, kalian kehilangan jalan untuk menyelesaikan kasus bukan karena bukti selalu mengarah kepada orang yang sudah meninggal. Menemukan sidik jari yang tidak ada pemiliknya. Tapi aku yakin jika sidik jarik

  • My Wife is My Suspect   CHAPTER 145

    “Kau terlambat lima belas menit. Tidak ada waktu. Letakkan saja barang milik Leona di sini dan pergi dari sini,” pinta Lay dingin, tanpa menatap Dylan. “Apa?” Dylan mundur satu langkah, menyadari ada sesuatu yang janggal. Lay berbalik badan, melayangkan tatapan meremehkan kepada Dylan. “Aku pikir kau setampan dewa hingga Leona rela menjadi orang normal ketika menikah denganmu. Ternyata kau tidak sehebat yang aku bayangkan.” “Letakkan saja barang Leona disini. Aku akan membereskannya,” sambung Dylan. Dylan menaikkan alisnya sebelah. “Setidaknya kita harus berkenalan terlebih dahulu bukan? Aku rasa kita memerlukan sedikit formalitas.” Lay memasang kaca mata hitam. “Untuk apa? Bukannya aku sudah mengenalmu?” Dylan tersenyum miring dan melemparkan ransel hitam ke arah Lay. “Itu yang kau inginkan? Ransel Atlanta? Kau memintanya secara paksa seakan ini berisi harta karun,” Ketika Lay menunduk, Dylan menodongkan pistol ke arah Lay. Be

  • My Wife is My Suspect   CHAPTER 144

    Dylan membuka video terakhir, video yang belum lama di ambil. Tepat hari jadi kedua tahun pernikahan mereka.“Hari ini adalah hari jadi tahun kedua pernikahan kita. Aku tidak menyangka jika pernikahan kita masih bertahan.”Di dalam video itu Atlanta tampil anggun menggunakan gaun putih pendek. Rambutnya yang penjang di sanggul dan membiarkan anak rambut menjuntai. Video ini diambil sebelum mereka makan malam.“Sayang, Atlanta, manis, cantik, kenapa aku sangat menyukai setiap panggilan itu setelah menikah denganmu? Setiap kali kau memanggilku ‘sayang’ atau ‘Atlanta’, aku sangat menyukainya hingga ingin melupakan namaku asliku.” Sejak detik pertama, di video terakhir ini Atlanta tersenyum sendu. Tidak ada lagi senyuman ceria yang ia pancarkan.“Mungkin, ini akan menjadi video terakhir yang aku rekam untukmu. Aku tahu jika Interpol mulai menyelidikiku. Untuk kali ini aku akan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status